Magnolia dan Bintang refleks berbalik ke arah sumber suara. Jika Bintang terlihat sangat terkejut, maka lain hal dengan cewek yang kini masih mengenakan jas kebanggaan seorang dokter, menatap berang Anila. Air mineral botol digenggaman gadis itu pun dihempaskan begitu saja, tidak jadi melanjutkan kegiatan merugikan bagi Bintang.
Anila bersidekap dada seraya berjalan mendekati teman semasa SD-nya, sementara Mia tanpa pikir panjang membantu Bintang. Entah apa yang dipikirkan oleh gadis itu, tetapi cewek bersuara tegas tersebut menolak bantuan Mia. Bintang sigap berdiri sendiri, meraih tas serta laptop yang hampir saja lenyap karena siraman air. Namun, dia tak lantas berlalu dan memilih berdiri tepat di sebelah Magnolia.
Mia dan Anila sama-sama mengerutkan kening, penasaran dan curiga mengenai tindakan aneh teman seangkatan dan sejurusan mereka. Andai saja Bintang adalah tipe gadis lemah seperti kebanyakan korban bullying Magnolia dan Bita, mungkin mereka bisa percaya, tetapi ini adalah seorang Bintang, sangat sulit dipercaya. Setelah dirundung malah tetap memilih berada di posisi pelaku perundungan.
"Bi, lo sadar, kan diapain tadi?" Anila bertanya dengan nada tinggi dan berusaha menarik tangan Bintang agar menjauh dari Magnolia. Magnolia melengos seraya tertawa kecil melihat usaha Anila yang tidak akan membuahkan hasil.
"Percuma, dia bakalan nolak. Bintang ini babu gue, jadi pasti nurut sama majikannya. Iya, kan?" Magnolia menarik rambut panjang Bintang dari belakang hingga membuat gadis itu meringis, tetapi tetap mengangguk, membenarkan ucapan gadis bercelana jins seperempat itu.
Semakin berang, Anila menatap Magnolia penuh penindasan. Akan tetapi, percuma saja, toh yang ditatap tak 'kan peduli. Mia berusaha menenangkan, juga mengingatkan sahabatnya.
Seraya mengangguk pelan, gadis bergaun biru gelap selutut itu berkacak pinggang. "Tugas kaya gini aja lo gak bisa? Sia-sia gue pinjamin lo uang buat kuliah!" ucap Anila, mengikuti cara Magnolia berbicara beberapa menit lalu saat membentak Bintang.
Tersinggung, Magnolia mencibir dan sontak menampar Anila. "Itu pelajaran buat lo karena kurang ajar sama gue. Gimana, tamparan gue masih sama rasanya kayak waktu SD dulu?"
Mia dan Bintang refeleks terperanjat, tetapi Bintang tak dapat bertindak banyak. Dalam hati gadis itu hanya merapal maaf berulang kali, meski sebenarnya dia juga jengkel karena kali ini Anila harus bertindak menjadi pahlawan untuknya yang sebenarnya tak begitu dia perlukan.
Amarah jelas tersulut begitu cepat, membakar sisi kesabaran yang telah Anila bangun. Dapat dia rasakan desiran darah mendidih menghampiri ubun-ubunnya, tetapi tak lantas membuat gadis bermata bulat tersebut melakukan hal serupa kepada Magnolia.
Dia harus belajar mengontrol emosinya jika ada yang menyinggung masa lalu kelamnya. Dia tidak mau terus tersiksa oleh bayang-bayang itu. Anila berusaha mengulang kalimat yang membuatnya dapat sedikit teralihkan dari kemarahan.
Semua hanya masa lalu, baginya pertemuan dengan Magnolia di universitas yang sama adalah sebuah ajang pembentukan mental lebih kuat agar tidak lantas jatuh saat tertarik kembali ke dimensi gelapnya beberapa tahun silam.
"Iya, rasanya masih sama, dan lo masih sama kurang ajarnya kayak dulu, dan ... begonya pun masih sama, gak ada perubahan. Eh, salah, malahan tambah meningkat. Selamat." Anila mengulurkan tangan, hendak mengajak Magnoli bersalaman. Lawan bicaranya justru menghempas tangan mungil gadis itu.
"Hahahah. Kenapa? Jijik pegang tangan gue? Sebenarnya gue bahkan lebih jijik liat lo. Tapi, apa mau dikata, kehadiran lo di sini adalah sebuah anugerah buat gue ... melatih kesabaran dan gue dengan senang hati lihat lo kehabisan kesabaran karena harus marah-marah ke korban bulian lo. Ck, kasian banget kehidupan calon dokter satu ini, gimana bisa kuliah di jurusan kedokteran, tapi sikap kayak gitu. Yang ada pasien lo bisa mati kali, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake ✓
Fiksi RemajaAnila refleks memejam kala cowok beralis tipis itu menyejajarkan wajah, embusan napas dapat dia rasakan. Kerongkongannya semakin tandus, oksigen sulit diraup. Dalam hitungan detik bulu kuduk langsung meremang ketika mendengar sapuan suara di gendang...