Tiga

83 78 22
                                    

           𝕸enjelang azan zduhur  mereka sudah sampai lagi di kontrakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

           𝕸enjelang azan zduhur  mereka sudah sampai lagi di kontrakan. Sungguh begitu cepat waktu berlalu bagi kedua gadis bersahabat tersebut, tapi walaupun begitu hari ini begitu indah untuk mereka kenang. Entahlah, senyum mereka seakan tak akan pernah pudar, berbeda dengan cuaca siang ini yang sedikit mendung tambah lagi angin sepoi-sepoi yang leluasa mengibarkan jilbab mereka...🍃🍃

     Setelah selesai sholat, mereka kembali melanjutkan perjalanan ke acara nikahan sang adik dari om Danu sang paman Sena.

Jaraknya dari kontrakan mereka  tak terlalu jauh, sehingga mereka tak perlu naik angkot atau apapun untuk sampai ke sana, cukup jalan kaki sekitar sepuluh menit juga sudah sampai.

***

    
       "Sen, sejauh apa perjalanan kita kali ini...?" Tanyaku ketika memulai perjalanan.

       "Nggak jauh kok, ganti olah raga... Secara kita kan jarang juga keluar rumah.."jawab Sena tak acuh.

   Aku dan Sena terus berjalan sambil bersenda gurau, sedangkan tante Maria dan om Danu agak jauh di belakang kami, mungkin mereka juga sedang menikmati perjalanan ini. Sesekali terdengar tawa mereka seperti dua sejoli yang baru menikah saja.

   Benar saja yang dikatakan sena, tak terasa kami sudah sampai di rumah paman Sena. Disini banyak juga orang kampung Sena yang aku temui, mereka sedang bersiap siap untuk menuju rumah sang mempelai perempuan.

    Tapi setiba kami disini, senyuman yang secerah mentari pagi di wajah aku dan Sena hilang seperti debu yang diterbangkan angin sepoi-sepoi hari ini. Pasalnya tuan rumah disini bahkan tidak menyapa kami, hufftt.... Sangat membosankan.

  Entah kenapa aku selalu begini, aku sangat tidak suka ketika bertamu ke rumah seseorang dan tidak di pedulikan sedikitpun... Sungguh menyakitkan.. Setidaknya mereka menyapa kami walau hanya sekali saja dan itu cukup bagi ku. Tapi tidak untuk bertamu kali ini...

  Bahkan salah satu tuan rumah nya adalah teman sekolah ku waktu SD dan SMP, tapi dia seakan-akan tidak mengenalku. Entah aku yang semakin cantik sehingga dia tidak mengenalku... Aku juga tidak mengerti sama sekali.

Begitu juga Sena yang tampak tidak terlalu nyaman dengan suasana sekarang. Bahkan kami juga sempat berfikiran untuk pulang ke kontrakan lagi, tapi kata tante Maria nggak usah, sudah di tengah perjalanan.

***

    Saat sedang menunggu keberangkatan, aku dan Sena hanya duduk sambil memainkan ponsel masing-masing seakan orang sibuk padahal hanya sekadar nonton youtube. Sesekali juga ada tamu disini yang menyapa kami, orang kampung Sena juga.

  "𝙺𝚊𝚠𝚊𝚗 𝚂𝚎𝚗𝚊 𝚔𝚊𝚗? 𝙻𝚊𝚒 𝚙𝚊𝚒 𝚕𝚘 𝚖𝚊𝚗𝚌𝚊𝚕𝚒𝚊𝚔 𝚞𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚗𝚒𝚔𝚊𝚑 𝚐𝚊𝚒?? ⁴" Tanya salah satu ibu ibu yang duduk di sebelahku.

   "𝙸𝚢𝚘 𝚝𝚎𝚔, 𝚖𝚊𝚗𝚐𝚊𝚠𝚊𝚗𝚒 𝚜𝚎𝚗𝚊.." Jawabku sembari memberikan senyuman setulusnya.

  Kemudian lanjut lagi ke acaraku nonton tim Jurnalrisa di youtube,vya aku salah satu penggemar mereka. Senang aja lihat mereka ketika di rasuki sosok sosok hantunya... ada yang lucu juga, setidaknya mempertahankan moodku yang mudah berubah-ubah ini.

      Ketika kami semua Siap-siap masuk mobil, pandanganku terhenti pada seseorang.
"Sempurna dan sosok lelaki idaman.." Batinku
     Dia dan ketiga temannya terus berjalan menuju kearah ku, lebih tepat nya masuk kedalam  rumah ini.

  Ketika dia hampir sampai di dekatku, buru buru ku alihkan pandang. Nggak lucu juga kan,  lihat pangeran tampan ini seperti terhipnotis.

   "Ra, kenapa bengong aja disana??"  Sena membuyarkan lamunanku.

  "Eeh...iya Sen..." Jawabku.

     Kemudian  aku susuli Sena kedalam mobil sambil mengabaikan tatapan dari sang pangeran tampan itu. Ya, ternyata dia juga melirik kearahku walau hanya sebentar, tapi cukup menyenangkan dan mengembalikan senyumanku yang hilang tertelan bumi tadi.

***
  Di sepanjang perjalan  menuju tempat nikahan, aku sempat menanyakan tentang si pangeran tadi pada Sena.

  "Sen, itu siapa?" Tanyaku sambil berbisik dan menunjuk ke arah si tampan yang duduk di kursi belakang kami.

  "Itu namanya kak Fariz, Muhammad Alfarizi.  Dia adalah anak paman tertua ku, kenapa??" Sena bertanya balik sambil menatap ku sedikit curiga.

"Nggak papa.. cuman pengen tau aja.." Jawabku sambil memanggut manggut.

   "Ooo...suka???"  Sena kembali menginterogasi ku.

    "Nggak ah.. baru juga ketemu.." Jawabku sambil mengalihkan pandangan ke luar jendela.

  "Suka juga nggak papa.."ucap Sena lagi.

     Aku hanya diam, jika terus di jawab perkataan Sena, bisa panjang urusannya. Secara dia adalah si super kepo terhadap apapun, apalagi tentang orang yang aku sukai.

  "Jadi namanya Fariz, nama yang indah,seindah tatapannya di hiasi dengan bulu mata yang lebat." Batinku

Nb
#  𝚔𝚊𝚠𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚗𝚊 𝚔𝚊𝚗??? 𝙻𝚊𝚒 𝚙𝚊𝚒 𝚕𝚘 𝚖𝚊𝚗𝚌𝚊𝚕𝚊𝚒𝚔 𝚞𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚗𝚒𝚔𝚊𝚑 𝚐𝚊𝚒{ 𝚃𝚎𝚖𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚗𝚊 𝚔𝚊𝚗??? 𝙸𝚔𝚞𝚝 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚔𝚎 𝚊𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚗𝚒𝚔𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚒𝚗𝚒??}

#𝚒𝚢𝚘 𝚝𝚎𝚔,𝚖𝚊𝚗𝚐𝚊𝚠𝚊𝚗𝚒 𝚜𝚎𝚗𝚊.{ 𝚒𝚢𝚊 𝚝𝚊𝚗𝚝𝚎,𝚗𝚎𝚖𝚊𝚗𝚒𝚗 𝚜𝚎𝚗𝚊}

@devinofri69_
Solok

Kau Bukan Untukku(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang