Enam

61 65 9
                                    

     𝕳ari sudah semakin sore, tapi mobil yang ditumpangi Aira tak kunjung menampakkan diri di rumah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


     𝕳ari sudah semakin sore, tapi mobil yang ditumpangi Aira tak kunjung menampakkan diri di rumah itu. Padahal si pria itu, Fariz tengah harap-harap cemas menantikan kedatangan si gadis itu.
    Entah kenapa, padahal ini adalah pertemuan pertama kali bagi mereka. Tapi Aira mampu memporak-porandakan hati Fariz yang tengah menatap jalan raya.

    " Heh...kenapa lo.... Liatin apaan..??" Tanya sang sahabat, Dafi.

  "Eh..nggak... Orang-orang kok belum pada balik ya??? "Fariz bertanya balik.

     Dafi hanya mengangkat bahu, itu artinya dia juga tidak tahu menahu.

    "Emangnya siapa yang lo tungguin...??" Dafi kembali mengajukan pertanyaan seperti sedang melakukan wawancara.

   "Gadis tadi... "Jawab fariz enteng.

  "Gadis yang mana..??"  Lagi lagi Dafi hanya bertanya.

Bukannya menjawab pertanyaan dari Dafi, Fariz hanya diam sambil terus menatap ke arah jalan raya dengan penuh harapan.

   Sedangkan Dafi hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku sahabatnya yang satu ini, berbeda dengan Fadil dan Andra. Mereka jika suka seseorang langsung mendekatinya, sedangkan Fariz bahkan untuk kenalan saja harus berfikir ribuan kali.

     
*****

       Pria itu bahkan hampir dua jam duduk dikursi itu, tapi orang yang ia tunggu juga belum datang. Sedangkan Dafi hanya melontarkan bermacam-macam pertanyaan. Berbeda lagi dengan Andra dan Fadil,mereka juga belum menampakkan batang hidungnya masing-masing. Padahal kata mereka lagi di perjalanan pulang, tapi kenapa lama sekali.

      Tak butuh waktu lama, deru suara mobil akhirnya terdengar juga. Benar saja nampak Aira dan sahabatnya turun dari mobil dengan ekspresi yang sulit di artikan. Mungkin mereka sudah sangat letih. Tapi cukup menerbitkan senyuman dari bibir Fariz.

 

-----

    Akhirnya gadis itu datang juga, tapi kenapa diwajahnya tak ada lagi senyum seindah tadi. Hanya ada guratan kelelahan menghiasi wajah cantik nya. Fariz bermonolog dengan dirinya sendiri

      Ketika semuanya sudah turun dari mobil, om Danu langsung menghampiri ku.

       "Fariz, kamu maukan antarin Sena dan Aira..?? Mereka terlihat sangat lelah sekali, sepertinya mau hujan juga..."  Itulah kata yang langsung terlontar dari mulut om Danu ketika baru turun dari mobil.

    Sedangkan aku hanya mengangguk sambil menatap gadis manis itu, jadi namanya adalah Aira. Mirip dengan nama seseorang masa kecilku. Tapi Mungkin hanya perasaan saja.

    Kemudian  aku menghampiri mereka..

      "Sena, ayok kakak anterin. Udah mau hujan.." Tawar ku.

   " Oh iya kak....makasih.... Ayo Ra.." Jawab Sena.

  "Ayok...."

     Tersenyumlah seperti tadi, aku sangat merindukan nya..   Itulah yang selalu dikatakan hatiku.

   Tapi Aira tetap mempertahankan ekspresi nya dan berjalan sambil menundukkan wajah manis nya itu.

   Ingin sekali aku menyapa nya. Tapi keberanian dalam diriku tak cukup besar.

       Aira dan Sena sudah masuk kedalam mobil. Mereka keduanya lebih memilih duduk di belakang.

      "Seperti sopir saja... "Gumamku

***

       "Kerja apa sekarang Sen, ??" tanyaku sambil memecahkan keheningan.

      
     "Menjahit kak, Aira juga...." Jawab Sena

     Aku hanya ber-o iya, kenapa Sena bawa-bawa Aira. Menambah gugup ku saja, sedangkan Sena hanya memperlihatkan senyum jahilnya.

       Lain pula dengan Aira, dia terus menatap kearah luar jendela mobil, bahkan dia mungkin tidak mendengar percakapan aku dan Sena tadi. Entah apa yang sedang gadis itu pikir kan.

       Tak terasa, kami sudah tiba di kontrakan Aira dan Sena. Kontrakan mereka cukup bagus, berada di kompleks yang termasuk elite, karena sekelilingnya hanya ada rumah bagus-bagus dan juga berjejer pohon alpokat sehingga menambah ke asrian lingkungan sekitar.

        Tak butuh waktu lama, mereka turun dari mobil dan kembali ke kontrakan tanpa lupa ucapan terimakasih.

    Sedangkan aku kembali melajukan mobil tanpa melihat senyuman indah milik Aira yang bikin candu itu.

@devinofri69_
Solok
  

Kau Bukan Untukku(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang