Dua Belas

35 33 9
                                    

   

 Jangan lupa vont and koment 😁😁    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 Jangan lupa vont and koment 😁😁    

 
    ℌari yang di tunggu telah tiba, sekarang sudah menunjukkan pukul 11;30. Itu artinya sebentar lagi waktu Zduhur akan masuk dan sesuai janji dengan kak Fariz kemarin kami akan bertemu. Pikiran ku campur aduk antara bahagia, gerogi, entahlah seperti nano-nano saja. Deg-degan...

      "Sen, kira-kira kak Fariz nggapain ajak ketemu ya..?" Tanyaku pada sena.

      " Nggak tau juga Ra, kak Fariz nggak ada lagi chat aku."  Ujar Sena yang sedang asyik memilih-milih baju yang akan ia pakai nanti.

      "Aneh, gua yang mau ketemu pujaan hati, malah dia yang repot. Benar-benar sahabat yang satu ini, untung nggak dua. Kalo dua mah, udah gua gantung di patung liberty sana." Batinku.

        " Kok aku deg-degan yan sen..?"

    "Aneh kamu Ra, kemaren aja nyuri fotonya santai aja, sekarang giliran mau ketemu malah deg-degan. Kalo aku di posisi kamu nih ya Ra, pasti udah sibuk dandan, hafal kosa kata, banyak deh pokoknya. Lah, kamu malah masang muka ditekuk kayak dompet akhir bulan gitu." Sena terus saja mengomel seperti mak-mak minta uang bulanan.

"Yeee ngeledek ni anak, kalo nyuri foto dia kan nggak nyadar Sen . Lah ini, mau ketemu tatap muka. Haduh, mau di samperin takut, kalo nggak di samperin kan sayang. Orang ganteng dianggurin kan nggak lucu."  Huft.

  "Tenang aja Ra, Sena cantik dan baik hati ada disini. Kalo bisa yah, biar aku aja yang jadi jubir. Kamu tinggal duduk manis aja. Ok."

   Sayang aku ingin berbicara... Kepadamu...
Sena terus bernyanyi-nyanyi dengan suara yang tak enak didengar itu.Haduh, bahkan sena juga menuju ketidak warasannya.

    "Ealah, suara kamu bagus bener Sen, apalagi diam pasti lebih bagus". Aku segera melempar bantal yang sedari tadi berada di sampingku. Kemudian bergegas ke kamar mandi.

    "Hus...hus...sana mandi, suara emas gini di suruh diam." Sena mengibas-ngibaskan tangannya. Dia pikir ini ayam...

------

Pukul 14;00 wib

    Aku dan Sena telah  sampai ditempat yang dijanjikan, di jam gadang, Bukittinggi. Tapi orangnya tidak terlihat, entah dimana mereka.

     Beberapa saat kemudian Fariz datang, bukan hanya dia. Tapi disana juga ada sepasang paruh baya dan juga temannya yang ikut ke acara nikahan kemaren.

   "Sen, yang sama kak Fariz itu siapa?“. Daripada penasaran setengah mati yang membuatku semakin gugup, lebih baik bertanya pada Sena.

    "Itu tante Rania sama om Ardi". Jawab Sena dengan terus tersenyum ke arah mereka sambil melambai-lambaikan tangannya.

    " Siapanya kak Fariz Sen...?" Aku kembali bertanya. Entah kenapa, hawa panas semakin mendekatiku dan menambah kegugupan. Pasalnya penampilan Fariz lebih tampan dari yang ku temui sebelumnya.

" Udah lah Ra, kita tunggu aja. Eh kamu sakit Ra...? Kok pucet gitu..?" Sena melihat ku dengan sedikit khawatir.

    "Nggak lah Sen, aku deg-degan , suer✌. Kayak mau sidang di depan Jokowi". Jawabku asal sambil mengatur nafasku yang sudah tak beraturan.

"emang segugup itu ya Ra, mau ketemu cal..."

     Belum sempat sena menyelesaikan ucapannya, Fariz beserta khodamnya lebih dulu menyapa kami.

   "Assalamu'alaikum Sena, Aira. Sudah lama menunggu??" Salam itu bukan dari Fariz, melainkan dari temannya.

"Waalaikumsalam kak". Jawabku dan Sena berbarengan.

" Tante....Sena kangen...!!". Sena langsung memeluk wanita paruh baya yang berada di samping Fariz. Sedangkan aku hanya melihat mereka dengan berbagai pertanyaan.

   Fariz seakan mengerti dengan yang aku fikirkan, langsung berkata.

  "Oh ya Ra, kenalin ini ke-dua orang tua kakak". Ucap Fariz mengenalkan mereka padaku sambil tersenyum.

      Ya allah, senyuman saja membuatku meleleh seperti es krim kena cahaya matahari. Terus kalo dapat hatinya gimana....? Apa aku akan berubah jadi air yang paling cair dimuka bumi...?

  "Haaa...???... Eh.... Assalamu'alaikum tante, om, aku Aira temannya Sena". Aku memperkenalkan diri sambil menyalami keduanya dengan ekspresi sedikit terkejut. Kenapa kak Fariz bawa orang tua segala..? Bukan tak ingin ketemu calon mertua, hanya saja belum siap😁.

   " Waalaikumsalam. Teman Sena cantik ya iz... Eh... Namanya siapa tadi...?". Tanya mama Fariz sambil tersenyum ke arah ku.

"Masya Allah, pantesan anaknya ganteng gini... Emang dari sononya kek gitu". Batinku.

   "Aira tan". Jawabku sambil membalas senyumnya.

1...
2....
3.....

"Boleh tante peluk kamu...?". Entah kenapa, ekspresi mamanya Fariz sedikit berubah jadi sendu.

  "Eh iya boleh kok tan".

Tak butuh waktu lama, tante Rania langsung memelukku dengan sangat erat, bak dua orang yang terpisah sekian lama.

    " Maaf nak, tante hanya teringat...."

Ucapan tante Rania terhenti karena Fariz langsung menyela.

     "Udah lah ma, sebelumnya aku juga berfikiran kesana. Tapi kayaknya nggak mungkin deh".
 

@devinofri69_

Solok

Kau Bukan Untukku(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang