Lima Belas

10 7 0
                                    


 

    "Ketika cinta sudah lama bertahta, namun takdir berkata, bukan dia jodoh yang dikirimkan Tuhan untukmu."

         𝕯ua bulan yang sangat panjang kini telah berlalu,sangat terasa seperti penantian yang begitu lama. Tapi hari ini, penantian itu telah terbayarkan. Hari yang  kutunggu sudah tiba, hari ini kak Fariz dan keluarganya akan berkunjung ke rumahku untuk menemui ayah bunda sesuai dengan janji yang kami setujui beberapa waktu lalu.

          "Ara...kamu dandan yang cantik ya..masa mau ketemu calon mertua biasa-biasa aja  penampilan nya.." Ujar bunda  sambil membantuku menyelesaikan cuci piring.

     "Iya bunda, tenang aja..lagian kata kak Fariz Ara udah cantik kok.."

       "Iya bunda tau, Aranya bunda wanita tercantik sedunia. Tapi tetap harus pake make up, dikit aja ya Ra.." Nada bunda sedikit memohon.

      "Siap bundanya Ara..." Sebenarnya bukan masalah besar untuk berdandan, asal jangan terlalu berlebihan saja.

   " Udah sana siap-siap, biar bunda aja yang selesain ini..."

    "Ya udah bunda, Ara ke kamar dulu ya." Ujarku sambil menuju kamar di lantai atas.

  "  Iya sayang."
  

        Walaupun sudah pernah bertemu orang tuannya kak Fariz, tapi hari ini aku sangat tidak sabar lagi. Aku yakin, ayah akan setuju dengan hubungan kami. Lagi pula keluarga kak Fariz juga berasal dari keluarga baik-baik, seperti yang ayah mau. Yaitu keluarga yang paham akan agama islam.

         Dengan segera aku mandi kemudian mengganti baju dengan yang lebih bagus. Sebenarnya aku tidak begitu mengerti tentang make up, tapi dulu bersama Sena  kami pernah belajar memakai nya, walau hanya memakai bedak dan lipstik seadanya, tapi itu sudah cukup dan hasilnya memuaskan.

      Hari sudah menunjukkan pukul 10.30. Itu artinya sekitar setengah jam lagi kak Fariz dan keluarganya akan tiba disini. Di bawah ayah dan bunda sudah bersiap-siap menunggu kedatangan mereka. Sedangkan adik kecilku Rana sedang sekolah, mungkin sebentar lagi pulang.

     "Ara....sudah selesai nak..? Sebentar lagi mereka datang loh..." Bunda dengan sedikit berteriak memanggil ku.

      "Iya bunda....Ara turun sekarang nih..." Jawab ku dari tangga.

    Lihatlah bunda, semangat nya memenuhi rumah ini. Mungkin bunda sangat bahagia karena aku sudah menemukan orang yang tepat.

        Sedangkan ayah hanya geleng-geleng kepala lihat kelakuan bunda.

                  -----

    Akhirnya penantian ku kali ini berakhir, Fariz dan keluarganya sudah datang. Mobilnya baru saja memasuki perkarangan rumahku.

     Disana juga ada tante Rania dengan senyuman indah di wajahnya, begitupun dengan om Ardi dan terakhirnya kak Fariz pria paling tampan sedunia beserta adik kecil itu,Raihan.

    " ASSALAMUALAIKUM tante..." Aku segera berlari menyambut tante Rania dan menyalami tangannya. Kemudian menyalami tangan om Ardi

     "WAALAIKUMSALAM sayang..." Tante Rania segera memelukku dan om Ardi juga mengusap kepalaku sambil tersenyum.

   " ASSALAMUALAIKUM kak...Raihan.." lanjutku sambil melihat kak Fariz dengan senyuman indah yang selalu terbit di wajahnya.

"Waalaikumsalam..." mereka menjawab salamku.

    Ingin sekali aku menatap wajahnya lebih lama. Wajah yang selalu membuat hatiku damai, wajah dengan senyuman indah itu bahkan mampu menghilangkan segala lelahku.

  Jika mungkin, aku akan melukis pelangi di langit yang luas itu sehingga seluruh alam semesta tau betapa bahagianya diriku memiliki mu. Aku akan mengatakan pada seluruh dunia bahwa kau hanya untuk ku. Aku akan jadi manusia paling bahagia didunia. Akan ku buat para bidadari di surga sana cemburu melihat kebahagiaan ku.

   "Ara, apa tante akan terus berdiri di sini melihatmu menatap Fariz seperti itu..." Tante Rania melerai lamunan ku.

" Eh.... iya tante....silahkan masuk. Ayah dan bunda ada di dalam...silakan om.." Aku sedikit gugup.

" Nanti kalo udah nikah Ara boleh kok natap Fariz terus, tapi jangan sekarang ya nak...bahaya..." lanjut tante Rania disusul tawanya begitupun yang lainnya.

Sedangkan aku hanya menahan malu sambil menunduk menyembunyikan wajah ku yang sudah memerah.

"Ayo masuk.."

" Tante pasti lelah ya, rumah Ara kan jauh..?"

     "Tadinya iya sayang, tapi sekarang tante udah liat mukanya Ara. Jadi letih yang tante alami sudah hilang. Lagian mau liat calon mantu tante."

"Tante mah... Makasih tante."

" Harusnya tante yang makasih, udah mau jadi menantu tante, jadi pendamping anak tante yang manja ini." Tante Rania terus saja memelukku, apakah sebahagia ini bertemu dengan mertua? Sepertinya bukanlah hal yang buruk.

"Hehehe...iya tante.."

     " Ayah..bunda...kak Fariz sudah datang... " Aku memanggil ayah dan bunda, karena mereka tak lagi terlihat di ruang tamu.

    "Iya nak...suruh mereka duduk dulu nak...bunda ambil gelas dulu...." Suara bunda terdengar dari dapur.

"Ayah mana...?" Aku kembali bertanya dari ruang tamu.

"Ayah disini...bantu bunda bawa air..." Kini ayah menyahut dari dapur.

    "Silahkan duduk tante, om, kak Fariz, dan Raihan...tunggu aja ayah sama bunda nya Ara disini."

"Iya sayang..duduk lah dekat tante..." Tante rania menepuk sofa di sebelah nya mengisyaratkan aku untuk duduk di sana.

"Iya tante..."

    "Bunda sama ayah da......tang...." Seketika saja gelas yang ada di tangan bunda jatuh begitu saja.  Disambut lantai keramik yang hanya menyisakan serpihan beling.







Solok,
@devinofri69_

Kau Bukan Untukku(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang