Tiga Belas

11 10 2
                                    

" Maaf nak, tante hanya teringat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Maaf nak, tante hanya teringat...."

Ucapan tante Rania terhenti karena Fariz langsung menyela.

     "Udah lah ma, sebelumnya aku juga berfikiran kesana. Tapi kayaknya nggak mungkin deh".
 

----

   𝕾etelah pertemuan dan perkenalan tadi, tampak mereka langsung menuju sebuah restoran terdekat dan makan siang bersama.

   Terlihat jelas, Aira tidak begitu canggung berada diantara keluarga Fariz. Entahlah, mereka seolah sudah saling mengenal satu sama lain. Itu juga membuat Aira mudah menyesuaikan diri dan saling bertukar cerita.

" Ma, kira-kira boleh nggak ya Fariz ajak Aira jalan disekitar sini. Ada yang mau dibicarakan?". Ucap pemuda itu sambil merajuk plus muka memelas.

    "Mama ikut Aira aja, Airanya mau?". Tanya tante Rania pada gadis cantik tersebut, Aira.

     " Gimana Ra? Nggak lama, cuma beberapa menit aja". Tanya Fariz pada Aira.

    "Boleh kak, tapi jangan lama-lama ya, eh... Sena ikut juga kan?"

  " Nggak Ra, kita cuma ke rooftop mall aja, lagian dekat dan banyak orang juga disana." Fariz yang harap-harap cemas menunggu jawaban Aira.

"Baiklah kak. Tapi Sena, tunggu aku sebentar ya jangan kemana-mana."

    " Iya Ra."

"Ra, jalanlah lebih dulu. Ada sesuatu yang harus kakak ambil di mobil." Titah pemuda itu, sedangkan Aira hanya menganggukkan kepala kemudian berjalan menuju rooftop mall.

---

   Sambil menunggu kak Fariz datang, aku hanya bisa mondar-mandir sambil melafalkan do'a " Ya Allah, ampuni Ara. Jangan hukum ayah Ara nanti nya. Ayah, maafkan Ara. Ara telah melanggar janji dari ayah. Tapi ayah tenang aja, Ara nggak cuman berduaan kok sama kak Fariz. Disini juga banyak orang-orang, lagipula hanya sebentar ayah. Hanya sebentar." Huft.

   Diujung sana, Fariz berjalan sambil menenteng sebuah keranjang yang cukup besar. Entahlah apa isinya, aish benar-benar gugup. Apa yang akan dia katakan nantinya, Ya Allah.

  "Maaf Ra, tadi agak lama." Fariz sudah berdiri dihadapanku. Dia bahkan tidak sempat bernafas, entah karena buru-buru atau mungkin gerogi juga. Hehe.

  "Nggak papa kak, Ara juga baru nyampe kok." Lah, suaraku bahkan nyaris tak terdengar. Kemana dia, padahal tadi biasa saja. Keringatku juga sudah bermunculan padahal disini di ketinggian dan banyak angin juga tidak mungkin karena kepanasan.

  "Ppfff... Jangan tegang Ra, kakak cuman bicara sebentar kok. Nggak ngapa-ngapain, kamu tenang saja." Aihs, memalukan sekali, terlihat Fariz sedang berusaha menahan tawanya.

"Sebelumnya..... Ara tidak pernah berduaan seperti ini kak." Huf, ada apa ini. Bahkan aku tidak berani menatapnya, hanya mampu menundukkan wajah sambil meremas jari.

"Tidak apa-apa, jangan terlalu dipikirkan." Dia tak lagi memandang ke arah ku, tapi ke arah luar rooftop sambil menghirup udara bebas. Dan aku? Aku juga melakukan hal yang sama.

   Cukup lama untuk saling terdiam dan menghela nafas. "Kuliah disini Ra?" . Tanyanya sambil melirik ke samping sesekali.

Aku berusaha mengurangi kecanggungan dan menjawab pertanyaannya, "Tidak kak, Ara kerja disini."

"Kenapa?, tidak mungkinkan dilarang orang tua?" Lagi-lagi pertanyaan, sebenarnya ini bukan yang pertama kali, tapi tetap saja sangat bosan mengulang jawaban yang sama.

Yah, mungkin kali ini harus dijawab lagi, "tidak, Ara ingin punya butik sendiri. Kalo kuliah memakan waktu yang lama, jadi Ara hanya ikut pelatihan selama 6 bulan."

  Dengan bicara yang cukup panjang, akhirnya kegugupan tadi sudah mulai menghilang. "Dan setelah itu lanjut kerja disini?". Tak perlu menjawab aku hanya perlu menganggukkan kepala.

  " Hm.. Semangat Ra, semoga berhasil. Kakak juga pernah dengar pintu kesuksesan itu banyak, tak hanya lewat kuliah. Semoga butik baju yang kamu olah nanti bisa jadi amal jariyah." Berhenti sejenak.

   "Eh iya Ra, ini buat kamu. HBD yah." Terukir sebuah senyuman yang sangat indah diwajahnya,benar-benar memabukkan. Kemudian tangannya terulur memberikan keranjang yang tadi kulihat. Lumayan berat juga.

"Makasih kak." Wah, mimpi apa semalam. Sehingga ada pangeran berbaju kotak-kotak hitam putih mengasih kado.

   Sudah cukup lama bertukar cerita, bahkan nomor WA juga. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke bawah menemui tante Rania dkk.

"Maaf dan terimakasih Ya Allah "

---

  Lumayan melelahkan, perlahan ku rebahkan tubuhku di atas kasur. Sedangakan Sena sedang sibuk membuka kado yang tadi di kasih sama kak Fariz, isinya satu stel baju gamis lengkap hijab dan cadarnya juga. Wah, apa itu pertanda aku harus lebih memantaskan diri lagi untuk jadi wanita shalehah?. Benar-benar romantis.

"Ra, aku benar-benar nggak nyangka kalau kak Fariz seromantis ini." Ujar sena sambil mencoba pakaian tadi. "Eh ini ada boneka ra" Tambah nya sambil cekikikan.

    Haha, entah sengaja atau bagaimana. Ternyata di dalam keranjang tadi ada sebuah boneka beruang berukuran kecil. Lumayan lucu.

  Sebenarnya aku tidak terlalu suka dengan boneka, tidak suka dibilang cantik. Mungkin ini agak aneh bagi seorang wanita, tapi yang namanya perasaan tidak bisa dibohongi.
  
   Btw, apa lelaki selalu berfikiran bahwa setiap wanita menyukai boneka ?. Sebaiknya jangan yah..!

Solok,
@devinofri69_

Kau Bukan Untukku(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang