O5

1.7K 254 2
                                    

Hari ini adalah hari ketiga Haechan berada di apartment milik Renjun. Keadaannya sudah lebih membaik, ia sudah bisa duduk dan berdiri. Namun, badannya masih terasa ngilu dan kakinya masih terasa sakit kalau harus dipakai berjalan.

"Lo gapapa udah tiga hari gak ke studio?" ucap Haechan sambil melahap sarapannya yang tadi dibuatkan oleh Renjun.

"Gapapa lah, gue kan yang punya studionya," jawab Renjun sambil menunjuk-nunjuk dirinya.

"Widih shombong amat!"

"Lo sendiri gimana? Lo kerja dimana?"

Haechan terdiam mendengar pertanyaan Renjun. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, berpikir jawaban apa yang harus ia berikan. Ia tak mungkin menjawab jujur kalau ia adalah seorang pembunuh bayaran yang ditugaskan bosnya untuk membunuh Renjun.

"Gue ... " belum sempat Haechan menyelesaikan kalimatnya, suara dering dari ponsel Renjun berbunyi. Renjun segera mengambil ponselnya yang berada di atas meja ruang tamu. Haechan bernapas lega, ia jadi tak perlu menjawab pertanyaan Renjun tadi.

Selang beberapa menit mengobrol via telepon, Renjun kembali masuk ke dalam kamar. "Chan, hari ini gue mesti ke studio ternyata, ada media yang mau wawancara gue. Sorry ya lo gue tinggal dulu, bentar aja kok sebelum makan siang juga gue balik."

Renjun langsung keluar dari apartment nya setelah mengambil beberapa benda yang ia butuhkan lalu memasukannya ke dalam tas selempangnya.

Tepat beberapa saat setelah Renjun meninggalkan apartment ponsel Haechan berdering, ia segera mengambil ponselnya di atas nakas di samping kasur. Ternyata ada sebuah panggilan dari bos nya, Haechan meneguk salivanya gugup sebelum akhirnya mengusap layar ponselnya.

"Halo, Bos?" Haechan berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.

"Woy Chan, lo kemana aja? Udah tiga hari gak ada kabar. Gimana job lo?" ucap Bos nya dari seberang telepon.

"Tiga hari yang lalu saya kecelakaan Bos, jadi korban tabrak lari. Makanya sekarang baru bisa cek HP."

"Hah?! Yang bener lo?! Kok bisa? Siapa yang nabrak lo sini biar gue habisin dia, berani beraninya nabrak anak buah kebanggan gue!" volume suara si Bos meninggi, terkejut mendengar perkataan Haechan.

"Ya gak tau, Bos. Namanya juga kan tabrak lari," jawab Haechan seadanya diiringi tawa renyah.

"Yaudah kalo gitu job lo gue pindah tangankan ke si Yuta aj-"

"J-jangan Bos! Biar saya aja, sebentar lagi juga saya pulih kok ini udah mendingan," Haechan menyanggah perkataan bos nya bahkan sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.

Terdengar suara tawa dari ujung telepon,"Hahaha lo gak rela ya upah sebanyak itu dikasih ke orang lain?"

Haechan menggelengkan kepalanya, justru ia ingin melindungi Renjun.

"Yaudah kalo gitu job ini bakal tetep gue kasih ke lo, tar biar gue yang jelasin ke orang yang nyewa kita kalo proses eksekusinya bakal sedikit terlambat. Kabarin gue secepatnya kalo lo udah sembuh total," lanjut si Bos lalu menutup sambungan telepon.

Keheningan menyeruak kala sambungan telepon itu terputus. Rasa gundah dan cemas menjalar di seluruh tubuh Haechan. Kepalanya terasa pening, pundaknya terasa berat. Ia bingung harus melakukan apa. Ia tak ingin terlibat dengan masalah yang lebih besar dengan mengkhianati kelompoknya, namun di sisi lain ia juga tak ingin jika harus menyakiti Renjun.

Seringkali terbersit pikiran untuk keluar dari kelompoknya itu, namun selalu urung saat mengingat konsekuensi apa yang akan ia hadapi kedepannya.

"Peraturan yang paling utama di sini adalah; kalau suatu saat aksi kalian gagal dan akhirnya ketangkep polisi, jangan pernah bongkar soal kelompok ini, jangan pernah sebut sebut nama gue. Siapapun yang berani ngelanggar peraturan ini bakal gue abisin lo dan semua orang yang lo sayang. Hal ini juga berlaku buat kalian yang mutusin buat keluar dari sini atau bahkan berkhianat."

Ucapan bos nya kala Haechan baru saja bergabung dengan kelompok mafia nya itu terputar jelas di ingatannya. Ia mengacak rambutnya frustasi, rasa penyesalan atas keputusan yang ia ambil di masa lalu itu selalu menghantuinya kemana pun ia pergi.

camaraderie | hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang