16

1.1K 154 12
                                        

"Jadi siapa orangnya, Bang?" Renjun kembali membuka percakapan mereka yang sempat terinterupsi oleh kedatangan perawat yang memberikan sarapan untuk Renjun. Ia baru saja menghabiskan sarapannya.

"Nata. Jung Nata, seniman yang lebih senior dari lo." Yuta berjalan menghampir Renjun sambil membawa laptop Haechan, lalu memperlihatkan layarnya pada Renjun. Terlihat beberapa screenshot dari percakapan si Bos dan Nata, di sana mereka membuat kesepakatan untuk membunuh Renjun dan di ujung percakapan Nata mengirimkan screenshot bukti transfernya ke rekening si Bos.

Mata Renjun membulat saat melihat bukti-bukti yang terlampir di sana, "Kak Nata ... Padahal dia baik banget kok sama gue ..." Renjun menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Mungkin di depan lo keliatannya emang baik, tapi aslinya busuk. Ga ada yang tau pasti kan aslinya orang itu gimana," ucap Yuta menganggapi.

"Ternyata bener ya kata mama ... Selalu baik sama orang ga menjamin bikin orang lain baik sama kita juga, selalu nolong orang ga menjamin bikin orang lain mau nolong kita juga," gumam Renjun. Di wajahnya terpancar kesedihan dan kekecewaan, ekspresi yang sama seperti saat ia mengetahui bahwa Haechan awalnya berniat untuk membunuhnya.

Haechan yang menyadari perubahan raut wajah Renjun pun segera memeluknya. "Jun, orang yang baik banget sekalipun pasti masih ada aja yang benci, ya kayak lo ini contohnya. Dan ini semua bukan salah lo, hati dia aja yang terlalu busuk sampe ngebiarin rasa iri dengki nguasain dirinya," ucap Haechan berusaha menenangkannya.

Renjun masih belum membalas pelukan Haechan. Ia menenggelamkan wajahnya di bahu Haechan dan mulai terisak. Hatinya benar-benar sakit saat mengetahui orang yang ia percaya lagi-lagi mengkhianatinya. Rasanya semakin sulit saja untuk Renjun mempercayai orang lain di sekitarnya.

"Keluarin aja semuanya biar lo lega." Haechan mengelus lembut rambut Renjun, membiarkan pria mungil di dekapannya itu meluapkan semua emosi yang ia rasakan.

"Gue gak tau mesti gimana. Gue cuma bisa doain orang-orang yang iri sama keadaan gue biar mereka dikasih kebahagiaan yang sama atau bahkan lebih dari gue," ujar Renjun di sela tangisnya, "padahal hidup gue juga gak melulu kebahagiaan isinya, kenapa mesti iri."

Yuta menyimpan laptop yang ia pegang di meja samping ranjang lalu ikut memeluk Haechan dan Renjun, "kita lewatin ini sama-sama ya, gue yakin kita pasti bisa," ucapnya sembari mengelus punggung Haechan dan Renjun bersamaan. Saat ini yang mereka punya hanyalah diri mereka satu sama lain. Mereka harus saling mengkuatkan.

ᴖ◡ᴖ · ᴖ◡ᴖ · ᴖ◡ᴖ

Hari ini merupakan hari kelima Renjun menjalani perawatan di rumah sakit dan kondisinya sudah semakin membaik. Badannya sudah cukup kuat untuk berjalan tanpa perlu dipapah oleh orang lain, namun ia masih harus diinfus. Dokter bilang beberapa hari lagi Renjun sudah bisa pulang selepas selesai menjalani seluruh perawatan.

Kali ini Renjun hanya ditemani Yuta di ruangannya, karena Haechan sedang pergi ke rumah Renjun untuk mengambil beberapa pakaian ganti dan barang-barang yang dibutuhkan Renjun untuk beberapa hari ke depan selama ia menjalani perawatan di rumah sakit. Yuta masih sibuk dengan laptop Haechan, ia masih terus mengumpulkan bukti jejak kriminal bos nya agar bisa dilaporkan ke pihak berwajib. Ia juga menghapus permanen seluruh rekaman kriminal dari anggota kelompoknya yang lain agar tidak ada yang ikut terseret ke kasus bos nya saat dilaporkan nanti. Sebenarnya tak ada satupun anak buah dari si Bos yang benar-benar menghormati bos nya itu. Mereka sangat ingin keluar dari sana, namun sayangnya mereka tak punya pilihan lain selain menurut padanya agar tetap bisa hidup.

"Akhirnya udah beres semua!" seru Yuta sambil merenggangkan badannya yang terasa pegal, lalu menutup laptop yang ada di depannya.

"Udah kekumpul semua, Bang?" tanya Renjun mengalihkan pandangannya dari televisi ke arah Yuta.

"Yoi, tinggal tunggu si Haechan aja ntar diskusi sama-sama, sekalian ngatur jadwal anak-anak lain buat ngumpul."

"Syukur deh kalau gitu, semoga bisa cepet beres ya, satu langkah lagi nih." Renjun tersenyum lega.

Yuta mengangguk semangat seraya tersenyum sumringah, merasa lega telah menyelesaikan semuanya, kini hanya tinggal satu langkah lagi untuk menyelesaikan permasalahan ini.

"Duh kebelet, gue nahan boker dari tadi anjir. Gue ke toilet dulu ya, Jun." Yuta langsung berlari ke toilet, membuat Renjun terkekeh melihatnya.

Beberapa saat setelah Yuta masuk ke toilet, terdengar suara pintu ruangan terbuka. Renjun refleks menoleh ke arah pintu, ia pikir Haechan sudah kembali dari rumahnya.

"Eh Chan udah baㅡ" tenggorokan Renjun tercekat saat menyadari bahwa orang yang masuk itu bukanlah Haechan, melainkan sosok bertubuh kekar yang menusuknya di gang tempo hari.

"Wah ternyata emang manis ya orangnya, pantesan si Haechan bisa langsung berubah pikiran untuk ngekhianatin gue pas ketemu lo," ucap sosok bertubuh besar itu sambil tertawa jahat. Wajahnya dipenuhi lebam, hidungnya ditutupi dengan perban. Rupanya luka hasil bogeman Haechan waktu itu masih belum sembuh total.

Renjun meremat selimutnya. Tubuhnya gemetar ketakutan, terlebih saat sosok bertubuh besar itu mengambil sebuah pistol dari saku dalam jaketnya lalu perlahan berjalan mendekatinya sambil mengarahkan pistol itu padanya, "gara-gara lo kerjaan gue jadi lama beresnya, bangsat. Waktu lo di dunia udah abis. Selamat tinggal, keparat."

Tepat saat ia hendak menembakkan peluru ke arah Renjun, Yuta langsung berlari keluar dari kamar mandi dan mendaratkan sebuah tinju di kepala bos nya itu, membuatnya terjatuh ke lantai.

"BANGSAT! SIAPAPUN YANG NGALANGIN GUE BAKAL GUE HABISIN!" sosok tinggi besar itu berteriak kesetanan dan tanpa basa-basi langsung menembakkan peluru tepat di dada Yuta, menimbulkan suara tembakan yang cukup keras. Tubuh Yuta ambruk, tersungkur ke belakang.

Mata Renjun terbelalak menyaksikan kejadian mengerikan yang terjadi tepat di hadapannya, ia refleks berteriak histeris meminta tolong. Tepat beberapa detik setelahnya pintu terbuka dan banyak orang yang berbondong-bondong masuk ke ruangan untuk memastikan apa yang terjadi. Sebagian dari mereka langsung mengamankan pistol yang dipegang si Bos dan membekuknya, sedangkan beberapa perawat dan dokter yang masuk langsung membawanya ke ruang instalasi gawat darurat untuk menyelamatkannya. Sosok bertubuh besar yang biasa dilanggil dengan sebutan Bos itu masih terus berontak saat akan digiring ke kantor polisi, ia terus mengumpat pada Renjun dan Yuta.

Haechan baru saja sampai keika gerombolan orang itu sudah mulai pergi dan hanya menyisakan beberapa orang yang berusaha menenangkan Renjun, ia mengernyit bingung karena melihat ada banyak orang di ruangan Renjun.

Haechan berlari menerobos orang-orang yang berkumpul di depan ruangan Renjun, "Jun? Ada apa?" tanya Haechan cemas.

"Bang Yuta ditembak, Chan. Sekarang dia lagi dibawa ke IGD."

ᴖ◡ᴖ · ᴖ◡ᴖ · ᴖ◡ᴖ

𝙺𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚊𝚍𝚊 𝚔𝚛𝚒𝚝𝚒𝚔 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚛𝚊𝚗 𝚋𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚎𝚝 𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚗𝚐𝚜𝚞𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚎𝚒𝚗
𝚔𝚎 𝚊𝚔𝚞, 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚍𝚛𝚘𝚙 𝚍𝚒 𝚌𝚞𝚛𝚒𝚘𝚞𝚜𝚌𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚞 𝚕𝚒𝚗𝚔
𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚋𝚒𝚘 𝚑𝚎𝚑𝚎

camaraderie | hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang