"Oh jadi gini?"
Haechan sontak menoleh ke belakang saat mendengar suara yang amat familiar di telinganya itu.
"B-bos?" ucap Haechan terbata saat melihat sosok bertubuh kekar yang tiba-tiba muncul di hadapannya dengan Renjun. Ia semakin mengeratkan genggaman tangannya pada pria mungil di sampingnya itu.
"Oh jadi ini yang lo lakuin selama lo ngilang? Lo emang udah niat ngekhianatin kelompok ini? LO MAU NGEKHIANATIN GUE?!" sosok bertubuh kekar yang amat ia kenali itu berteriak sambil menunjuk-nunjuk ke arah dirinya, mukanya tampak memerah karena menahan amarah.
"LO EMANG UDAH BOSEN DI DUNIA INI YA? BAKAL GUE BIKIN LO MENDERITA!" ketua dari kelompok mafia yang diikuti Haechan itu berteriak kesetanan. Ia mengeluarkan sebilah pisau dari saku bagian dalam di jaketnya, menancapkannya tepat di dada Renjun.
Darah segar mengalir dari dada Renjun, ia terbatuk menahan sakit membuat lebih banyak darah keluar dari mulutnya. Tubuh Haechan bergetar melihat orang yang ia sayangi terluka tepat di depan matanya sendiri. Ia menahan tubuh Renjun yang hampir tersungkur ke belakang, tubuhnya kian melemah. Haechan terduduk, menyandarkan kepala Renjun pada pahanya. Air matanya tak dapat lagi terbendung melihat sosok mungil yang amat ia sayangi terkapar tak berdaya bersimbah darah.
"RENJUN! JANGAN TINGGALIN GUE JUN!" Haechan berteriak histeris sambil mengguncang pelan tubuh Renjun. Air mata membanjiri wajahnya. Dada nya sesak dipenuhi rasa sedih teramat dalam, juga amarah yang memuncak.
"JUN BANGUN JUUN!"
"RENJUN!"
ᴖ◡ᴖ · ᴖ◡ᴖ · ᴖ◡ᴖ
"Chan! Haechan bangun!" Renjun terduduk di sebelah Haechan sambil mengguncang pelan tubuhnya, berusaha membangunkan ia dari tidurnya.
Haechan membuka matanya perlahan. Keringat dingin membanjiri sekujur tubuhnya, wajahnya basah karena air mata, dan jantungnya berdegup kencang.
"Mimpi buruk ya?" tanya Renjun cemas melihat keadaan pria di sebelahnya itu.
Haechan langsung mendekap tubuh Renjun, menenggelamkan wajahnya di leher pria mungil itu. Renjun membalas pelukan Haechan seraya mengelus punggungnya lembut, berusaha membuatnya merasa lebih tenang.
"Jangan tinggalin gue Jun," bisik Haechan di telinga Renjun, suaranya masih bergetar. Renjun mengangguk pelan lalu mengeratkan pelukannya. "Gue kan di sini aja Chan, gak kemana mana," ujarnya lembut.
Sekitar dua menit mereka hanya diam terduduk sembari saling mendekap satu sama lain, membiarkan keheningan memenuhi ruangan berukuran 3x3 itu. Hanya deru napas mereka yang terdengar, juga jantung mereka yang berdetak secara teratur. Rasa hangat dan nyaman menyelimuti mereka.
"Tidur lagi yuk, masih jam 2 pagi ini," ucap Renjun melepaskan pelukannya. Haechan hanya mengangguk sebagai jawaban lalu kembali membaringkan tubuhnya. Renjun ikut berbaring di sebelahnya seraya menutupi tubuh mereka berdua dengan selimut. Ia bergeser mendekati Haechan lalu memeluknya dari samping, menyandarkan kepalanya pada bahu Haechan.
"Tidur yang nyenyak ya. Lo gak sendirian, ada gue di sini," ucap Renjun lembut. Haechan tersenyum seraya balas memeluk tubuh mungil Renjun, menyandarkan dagunya pada pucuk kepala Renjun. Tak butuh waktu lama, mereka pun kembali terlelap.
ᴖ◡ᴖ · ᴖ◡ᴖ · ᴖ◡ᴖ
Cahaya pagi menyelinap masuk ke dalam ruangan 3x3 itu melalui jendela, membuat Renjun terbangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menoleh ke arah kanan. Dahinya mengernyit bingung saat mendapati sisi ranjang di sebelahnya kosong, Haechan tak ada di sana.
"Chan?" Renjun sedikit menaikan volume suaranya. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, hingga tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka.
"Eh udah bangun. Ayo sarapan Jun, udah gue siapin," Haechan menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Belum sempat Renjun menjawab, ia sudah langsung melengos kembali ke ruang makan.
Renjun segera bangkit dari ranjangnya dan menghampiri Haechan di ruang makan. Di meja makan sudah tersedia dua piring sandwich dan dua gelas teh hangat yang telah disiapkan oleh Haechan.
"Lo udah bisa jalan, Chan? Kaki lo beneran udah gapapa?"
"Gapapa Jun. Tadi gue pengen ke kamar mandi tapi gak enak kalau bangunin lo, jadi gue coba sendiri dan ternyata kaki gue udah gapapa. Cuma emang masih kerasa ngilu aja sih sedikit," jelas Haechan, "ciye khawatir."
"Bacot," Renjun mengepalkan tangannya ke arah Haechan yang sedang tersenyum jahil ke arahnya. Haechan terkekeh melihat reaksi Renjun. Ternyata menyenangkan juga ya menggoda makhluk mungil galak satu ini.
Beberapa menit kemudian di atas meja hanya tertinggal piring dan gelas yang sudah kosong, mereka telah menghabiskan sarapan mereka. Haechan mengelus perutnya, menandakan bahwa ia sudah benar-benar kenyang.
"Gue pengen yang seger seger deh," celetuk Renjun.
"Liatin gue aja, pasti langsung seger," Haechan mengedipkan sebelah matanya dan kembali menunjukan senyum jahilnya pada Renjun.
Renjun menggetok kepala Haechan, membuatnya mengaduh kesakitan sambil memegangi kepalanya. "Gue mau bikin es buah, lo mau gak?" Renjun bangkit dari duduknya untuk mengambil bahan-bahan untuk membuat es buah.
"Lo gak kenyang apa Jun?"
"Yaudah kalo gak mau."
"Gue gak bilang gak mau???"
Renjun memutar bola matanya kesal. Ternyata ada juga orang se-menyebalkan Haechan. Renjun mengambil satu buah semangka yang telah dibelah, sebuah mangkuk besar, pisau, dan satu kotak besar susu putih lalu kembali ke meja makan. Kemudian Renjun mulai memotong semangka itu dengan pisau. Karena keteledorannya hampir saja pisau itu melukai tangannya.
"Heh! Hati-hati tangan lo!" Haechan memegangi tangan Renjun yang hampir saja terkena goresan pisau lalu merebut pisau itu dari Renjun, "udah sini gue aja yang siapin. Serem gue liatnya anjir."
"Ciye khawatir," Renjun tersenyum jahil, balas menggoda Haechan. Ia penasaran bagaimana reaksi malu-malu Haechan saat ada yang menggodanya. Namun yang terjadi ternyata tak sesuai dengan apa yang Renjun kira. Bukannya ekspresi malu-malu, tapi malah senyuman jahil yang ia dapat.
"Ciye udah bisa bales godain gue juga sekarang. Pesona gue tuh emang parah banget sih, gue takut lo bakal naksir gue nanti. Atau jangan-jangan lo emang udah naksir gue?" Haechan menatap Renjun dengan tatapan yang sulit diartikan, lengkap dengan senyum anehnya yang menyebalkan.
"MALES!" Renjun bangkit dari duduknya dan langsung memasuki kamar sambil menutup pintunya agak keras.
"Lah, Jun!! Ini es buahnya gimana?!"
"DAH GA NAFSU!"
ᴖ◡ᴖ · ᴖ◡ᴖ · ᴖ◡ᴖ
𝙱𝚝𝚠 𝚖𝚊𝚊𝚏 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚎𝚝 𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔 𝚝𝚢𝚙𝚘 𝚢𝚊𝚊😭 𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚊𝚍𝚊 𝚔𝚛𝚒𝚝𝚒𝚔
𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚜𝚊𝚛𝚊𝚗 𝚋𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚎𝚝
𝚔𝚊𝚕𝚒𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚎𝚒𝚗 𝚔𝚎 𝚊𝚔𝚞𝚞!
KAMU SEDANG MEMBACA
camaraderie | hyuckren
Fanfictionca·ma·ra·de·rie /ˌkäməˈrädərē,ˌkaməˈrädərē/ (n.) rasa saling percaya di antara orang-orang yang menghabiskan banyak waktu bersama. . . . Haechan, seorang anggota kelompok mafia terkeji di kotanya mendapatkan tugas untuk membunuh seorang seniman muda...