17

2.2K 183 10
                                    

Tiga hari berlalu semenjak insiden penembakan Yuta, namun masih belum juga ada kabar baik dari Yuta, kondisinya justru malah semakin kritis. Berbalik dengan Yuta, keadaan Renjun justru sudah sangat membaik, ia tak perlu diinfus lagi dan sudah bisa mulai beraktivitas seperti biasa walaupun masih belum bisa melakukan aktivitas yang berat. Dokter bilang kalau sore ini Renjun sudah boleh pulang selepas menyelesaikan perawatan terakhirnya nanti. Sedangkan Haechan kini semakin sibuk bolak-balik menjaga Renjun dan Yuta.

Semenjak insiden penembakan itu, sudah sekitar empat kali polisi datang ke rumah sakit untuk menemui Renjun yang posisinya sebagai saksi saat itu. Haechan juga ikut dimintai keterangan oleh pihak polisi karena mereka bilang bahwa si Bos yang saat ini tengah ditahan di kantor polisi terus saja menyebut-nyebut namanya dan Yuta. Polisi bilang si Bos selalu menyebutkan bahwa Haechan dan Yuta sebenarnya punya hubungan bisnis yang sama dengannya, yaitu sebagai pembunuh bayaran. Namun karena belum ada bukti yang konkret, maka polisi masih terus melakukan penyelidikan. Rencananya besok setelah Renjun benar-benar keluar dari rumah sakit dan bebas melakukan aktivitas, Haechan dan Renjun akan pergi ke kantor polisi untuk menyelesaikan kasus ini.

Saat ini Haechan tengah berada di ruangan Yuta karena Dokter menyuruhnya datang untuk mendiskusikan kondisi Yuta. Ia duduk di samping ranjangnya sambil menatap satu-satunya sosok keluarga yang ia punya itu, matanya nampak berkaca-kaca, dan mulutnya tak berhenti merapalkan doa agar Yuta cepat diberikan kesembuhan. Renjun tak ikut menemani Haechan menengok keadaan Yuta sebab ia sedang menjalani perawatan terakhirnya.

Suara pintu terbuka membuat Haechan tersadar dari lamunannya, ia segera berdiri dari duduknya lalu membungkuk sopan pada Dokter yang masuk.

"Gimana keadaan kakak saya, Dok?" tanya Haechan penuh harap.

"Kondisi Yuta semakin memburuk karena peluru langsung masuk ke bagian jantungnya," ucap Dokter tersebut lalu mengambil napas panjang sebelum melanjutkan kalimarnya, "sebenarnya jika bukan karena bantuan dari alat medis yang menempel di seluruh tubuh Yuta, jantungnya sudah berhenti berdetak. Jadi saya memanggil anda ke sini karena saya membutuhkan persetujuan dari pihak keluarga untuk melepas alat-alat yang menempel di tubuhnya sekarang."

Badan Haechan seketika terasa lemas saat mendengar penjelasan Dokter, kakinya seakan tak mampu lagi menahan beban tubuhnya. Ia terkulai lemas di kursi sambil menatap wajah damai Yuta yang sedang terpejam, air mata mulai mengalir dari pelupuk matanya. Ia merasa sangat menyedihkan, ia merasa gagal untuk kedua kalinya dalam melindungi orang yang disayanginya. Haechan menutupi wajahnya dengan telapak tangan, pundaknya berguncang, dan isak tangis parau memenuhi ruangan. Dokter mengelus pundak Haechan lembut, berusaha menenangkannya.

"Maaf gue gagal lindungin lo, Bang. Maaf. Gue janji bakal urus masalah ini sampai tuntas, dan gue pastiin hidup si keparat yang udah bunuh lo itu bakal hancur," bisik Haechan di sela isak tangisnya.

ᴖ◡ᴖ · ᴖ◡ᴖ · ᴖ◡ᴖ

"Gimana keadaan Bang Yuta, Chan?" tanya Renjun saat Haechan masuk ke ruangannya. Ia baru saja selesai menjalani perawatan terakhirnya, kini ia sedang membereskan barang bawaannya dan bersiap untuk pulang.

Tak kunjung mendapat jawaban, ia pun membalikkan badannya ke arah Haechan lalu menghampirinya.

"Chan?" panggil Renjun lembut.

"Bang Yuta udah ga ada, Jun ..." ucap Haechan lirih, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

Renjun tersentak mendengar jawaban Haechan, tanpa sadar pipinya mulai dibasahi air mata. Ia tak menyangka bahwa Yuta akan meregang nyawa. Haechan pun menarik tubuh mungil Renjun ke dekapannya, mengelus rambutnya lembut. Mereka saling mendekap dan saling menguatkan, membiarkan pundak mereka masing-masing dibasahi oleh air mata satu sama lain.

"Hari ini kita urusin kuburan untuk Bang Yuta ya, biar besok pagi sebelum pergi ke kantor polisi kita bisa anter Bang Yuta dulu ke tempat istirahatnya yang terakhir," kata Haechan sambil masih terus terisak di pundak Renjun.

Tak pernah mereka sangka bahwa Yuta akan pergi mendahului mereka secepat ini. Haechan dan Renjun pikir mereka bertiga akan dapat melewati masalah ini bersama-sama, namun ternyata takdir berkata lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

camaraderie | hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang