Hari ini adalah hari kelima sekaligus hari terakhir Haechan berada di apartment Renjun. Karena keadaannya sudah pulih total, ia memutuskan untuk pulang. Ia tak enak terus menerus merepotkan Renjun.
"Lo pulangnya naik apaan? Mau gue anterin pake mobil gue?" ujar Renjun menawarkan.
Haechan menggeleng, "gue bawa mobil kok."
"Hah? Lo bawa mobil?" Renjun mengernyitkan dahinya bingung.
"Waktu itu sebenernya gue abis ada urusan di sekitar sini terus mobil gue diparkir di deket apartment lo, tuh di parkiran umum deket taman itu," Haechan menjelaskan, jarinya telunjuknya menunjuk-nunjuk ke arah parkiran umum yang ia maksud. "Pas gue mau balik ke mobil malah jadi korban tabrak lari, apes banget gue."
Renjun mengangguk-anggukan kepalanya, tampaknya ia percaya dengan kata-kata Haechan.
"Ikut ke rumah gue yuk," ajak Haechan. Sebenarnya ia berusaha mengalihkan percakapan agar Renjun berhenti menanyakan hal-hal yang bersangkutan dengan hari dimana ia menjadi korban tabrak lari. Tapi apa salahnya jika ia mengajak pria manis ini untuk berkunjung ke rumahnya? Inilah yang disebut sebagai 'sekali melompat, dua tiga pulau terlampaui.'
Renjun mengangguk menyetujui ajakan Haechan. Mereka segera berjalan menuju mobil Haechan yang sudah terparkir sejak lima hari yang lalu di sebuah parkiran umum dekat taman. Setelas mereka selesai memasang sabuk pengaman, Haechan langsung memacu mobilnya menyusuri jalan yang hari ini tampak lengang. Setelah sekitar 15 menit menyusuri jalanan yang asing bagi Renjun, akhirnya mereka sampai pada sebuah permukiman yang cukup elite. Haechan memarkirkan mobilnya di pekarangan sebuah rumah yang cukup besar dengan cat abu-abu.
"Wiih, keren banget rumah lo," ucap Renjun saat ia melangkahkan kakinya turun dari mobil.
"Mau tinggal di sini bareng gue gak?" Haechan menaik turunkan alisnya sambil merangkul pundak Renjun, yang langsung disambut dengan tepisan kasar dari Renjun.
"Gak usah macem-macem lo!" ketus Renjun sambil melotot ke arah Haechan. Tapi bukannya merasa takut, Haechan malah terkekeh gemas melihat Renjun. Menurutnya Renjun justru terlihat sangat menggemaskan saat sedang ngambek, karena itulah dia senang mengganggu Renjun.
Mereka berjalan memasuki rumah Haechan. Ternyata bagian dalam rumahnya juga tak kalah indah dengan tampak luarnya. Haechan langsung duduk di sofa dan mengambil remote yang tergeletak di atas meja lalu menyalakan televisinya.
"Netflix kuy, Jun! Mau nonton apa?" tanya Haechan sambil tetap memfokuskan netranya pada layar televisi di depannya.
"Terserah lo deh. Gue kebelet, numpang ke wc, ya." Renjun berjalan cepat masuk ke kamar mandi yang berada tak jauh dari ruang tengah.
Saat Haechan tengah sibuk memilah film yang akan ia tonton, terdengar suara bel berbunyi. Ia segera beranjak dari sofa lalu melangkahkan kakinya menuju pintu depan, mengintip melalui door viewer dan terlihat sosok yang ia kenali sedang berdiri di sana. Ternyata itu Yuta, seniornya yang paling dekat dengan Haechan di kelompok mafianya.
"Eh Bang Yuta! Masuk masuk!" seru Haechan saat pintu sudah terbuka.
"Udah sembuh lo? Bos bilang lo abis jadi korban tabrak lari." Yuta menepuk pundak Haechan seraya melangkahkan kakinya ke dalam rumah Haechan, "sekitar dua hari lalu gue ke sini tapi lo ga ada di rumah. Dirawat di rumah sakit mana lo?"
"Gue dirawat di rumah temen gue, soalnya waktu itu dia yang nolongin gue. Ini baru aja balik, udah pulih total soalnya."
Yuta menganggukan kepalanya mengerti. "Job lo gimana? Hampir dikasih ke gue tuh sama si Bos, udah dikasih detailnya juga. Huang Renjun, seniman muda terkenal, kasusnya dibikin seolah dia mati karena bunuh diri."
Haechan tersentak saat mendengar Yuta membicarakan tentang Renjunㅡyang notabene sedang berada di rumahnya. Ia refleks membekap mulut Yuta dengan tangannya, menyuruhnya untuk berhenti membicarakan hal itu. Haechan membawa Yuta yang terlihat kebingungan itu ke bagian belakang rumah, tangannya masih terus membekap mulut Yuta.
Haechan baru melepaskan tangannya saat mereka sudah sampai di taman kecil yang berada tepat di bagian belakang rumahnya, "bang, jangan ngomongin it-"
"Dari awal lo emang berencana buat bunuh gue, Chan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
camaraderie | hyuckren
Fanfictionca·ma·ra·de·rie /ˌkäməˈrädərē,ˌkaməˈrädərē/ (n.) rasa saling percaya di antara orang-orang yang menghabiskan banyak waktu bersama. . . . Haechan, seorang anggota kelompok mafia terkeji di kotanya mendapatkan tugas untuk membunuh seorang seniman muda...