11

1.2K 173 2
                                    

Yuta memacu mobilnya dengan kecepatan normal. Ia sedang dalam perjalanan menuju kediaman Haechan untuk menjemput Haechan dan Renjun. Seperti kesepakatan yang telah mereka buat kemarin, hari ini mereka akan mencoba usul dari Renjun, yaitu pergi menemui salah satu temannya semasa kuliah yang dikenal ahli dalam bidang IT untuk memintanya menyadap data yang terdapat dalam ponsel milik pemimpin kelompok mafia yang keji itu, bos dari Haechan dan Yuta, guna menghilangkan jejak barang bukti yang pastinya dapat menghambat upaya Haechan dan Yuta untuk menghancurkan kelompok mafianya.

Haechan dan Renjun sudah duduk di sebuah kursi kayu di halaman depan rumah Haechan saat Yuta sampai di sana, rupanya mereka telah menunggu Yuta sejak tadi. Yuta segera memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Haechan, menunggu mereka masuk ke mobilnya. Tapi setelah sekitar dua menit berlalu, belum juga ada tanda-tanda pintu mobilnya dibuka. Ia lalu membuka jendelanya dan menemukan Haechan yang masih saja asik bercanda dengan Renjun, nampaknya mereka tak menyadari kehadiran Yuta. Dunia serasa milik berdua, batin Yuta sambil menepuk jidatnya pelan.

"Woy! Sampe kapan gue mesti nungguin kalian kelar ngobrol?!" Yuta menyembulkan kepalanya keluar jendela sambil memencet klakson mobilnya, membuat dua insan yang tengah asik berbincang itu terlonjak kaget.

"Lah?! Kapan sampenya lu, bang?!" Haechan beranjak dari duduknya, heran dengan dirinya sendiri yang tak sadar mobil Yuta telah terparkir di depan rumahnya.

"Dari tadi keles, kalian aja malah keasikan mojok!" cibir Yuta, "dah cepetan masuk!"

Haechan dan Renjun berjalan beriringan menuju mobil. Haechan duduk di kursi sebelah Yuta, sedangkan Renjun duduk di kursi barisan kedua. Mereka langsung melesat ke tempat tujuan setelah selesai memasang sabuk pengaman. Mereka mendengarkan musik di radio selama perjalanan, sesekali mereka ikut menyanyikan lirik dari lagu yang sedang diputar lalu tertawa ketika ada salah satu dari mereka yang salah menyanyikan lirik. Lengkungan senyum tak pernah luntur dari wajah Renjun kala itu, entah mengapa ia merasa nyaman berada di sekitar Haechan dan Yuta—dua orang yang tiba-tiba muncul di hidupnya dengan membawa permasalahan yang membuat kepalanya terasa pening. Terlepas dari latar belakang hidup yang kurang baik, sebenarnya dua pria di hadapannya itu memiliki hati yang baik. Mereka hanya terhimpit keadaan.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 30 menit, akhirnya mereka sampai di sebuah perumahan kecil. Yuta memarkirkan mobilnya di depan rumah tipe 36 berwarna hijau pucat yang berada tak jauh dari gerbang perumahan atas arahan Renjun. Setelah mobil terparkir mereka segera turun dan memencet bel.

Selang beberapa detik pintu pun terbuka, menampilkan sosok lelaki dengan eyesmile yang menawan dan lengkungan senyum terpatri di wajahnya. "Eh udah pada nyampe, yuk masuk!" ucapnya ramah sembari membukakan pintunya lebih lebar, mempersilahkan mereka masuk. Pria itu lalu mempersilahkan mereka duduk di sofa ruang tamu.

"Kenalin Jen, ini Haechan sama Bang Yuta. Bang Yut, Chan, kenalin ini Jeno." Renjun memperkenalkan Haechan dan Yuta kepada pria bernama Jeno tersebut.

Mereka tersenyum dan saling berjabat tangan memperkenalkan diri mereka masing-masing.

"Gimana nih? Langsung aja yuk, si Jeno ada urusan ntar sore soalnya," ucap Renjun menatap ketiga pria di hadapannya bergantian yang langsung disusul anggukan dari mereka.

"Bentar gue ambil laptop sama HP gue dulu." Jeno beranjak pergi ke kamarnya dan beberapa saat kemudian kembali dengan membawa laptop, ponsel, serta sebuah flashdisk.

"Coba telepon bos lo pake HP gue, terus suruh dia telepon balik biar bisa gue lacak. Pura-pura pulsa lo sekarat atau apa kek," ujar Jeno sambil menyodorkan ponselnya ke arah Haechan dan Yuta.

"Gak bisa dilacak lewat call logs yang udah ada aja? Kemarin dia baru nelepon gue nih," tanya Yuta sambil mengangkat ponselnya.

"Gak bisa, kurang akurat kalo gitu ntar."

"Yaudah kalau gitu gue aja yang nelepon. Kalo si Haechan ntar ribet, pasti dia nanya-nanyain soal job lo." Yuta mengambil ponsel Jeno lalu mengetikkan nomor bos nya di sana. Nada sambung dari telepon mulai terdengar.

"Bang, loud speaker dong," kata Haechan setengah berbisik.

Yuta mengangguk lalu mengetuk layar ponsel Jeno, mengaktifkan mode loud speaker di sana.

"Ya, halo?" ucap suara di seberang telepon.

"Halo Bos, ini Yuta. Saya minjem HP temen soalnya punya saya ketinggalan di rumah. Maaf Bos, bisa tolong telepon balik ke sini ga? Ada yang mau saya omongin tapi pulsa dia udah sekarat banget, ga bisa dipake ngobrol lama."

"Lo mau bohongin gue?"

Deg. Jantung mereka seakan berhenti berdetak kala mendengar ucapan yang terlontar dari seberang telepon. Mereka saling tatap dengan ekspresi panik bercambur gugup. Bertanya-tanya apa mungkin si Bos telah mengetahui rencana mereka?

ᴖ◡ᴖ · ᴖ◡ᴖ · ᴖ◡ᴖ

𝙼𝚊𝚊𝚏 𝚢𝚊 𝚝𝚊𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚖𝚙𝚎𝚝
𝚔𝚎𝚙𝚎𝚗𝚌𝚎𝚝 𝚙𝚞𝚋𝚕𝚒𝚜𝚑 𝚙𝚊𝚜
𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚜𝚎𝚕𝚎𝚜𝚊𝚒 𝚎𝚍𝚒𝚝 𝚃__𝚃

camaraderie | hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang