46

6K 329 0
                                    

Semesta emang punya skenario indah ya. Gue percaya kok. Meski rasanya ini berat gue jalanin tapi gue akan selalu yakin pasti ada jalan yang terbaik nantinya.

Masih inget banget satu jam yang lalu rasanya seneng banget bisa video call sama mas Reza meski sebentar doang. Tapi tepat detik ini gue di kabarin dari temennya kalo mas Reza gak sengaja terkena panahan dari orang suku gegara nyari signal yang bagus buat video call sama gue coba.

Kalo aja gue gak maksa mas Reza supaya hasrat kangen gue melihat mukanya terealisasikan, mungkin mas Reza masih baik-baik aja di sana.

"Udah lo tenang Frey. Jangan meratapi gitu deh. Nangis boleh. Tapi di sini kita cuma bisa doain yang terbaik sama Allah."usap Arabela ke pundak gue dengan halus.

"Tapi di sana jauh dari rumah sakit dengan perawatan yang memadai Bel. Apalagi di suku terpencil itu masih primitif. Gue gak bisa bayangin mas Reza kena panahannya di bagian mana dan bisa bertahan gak?."

"Yakin sama Allah Frey."

"Tapi gue gak kebayang Bel, padahal gue udah gak sabar tungguin mas Reza pulang 3 hari lagi. Dengan gak sabarnya gue pengin video call jadinya di sana dia sampai berapa lama coba? Gue rasanya bersalah banget."

"Berhenti menyalahkan diri sendiri Frey. Emang udah takdirnya."

"Tapi gue gak becus rasanya jadi pendamping mas Reza. Disaat di terpuruk, gue malah di sini gak rawat dia."

"Udahlah berhenti meratap Frey. Sekarang lo telpon lagi temene mas Reza coba."perintah Arabela ke gue supaya telpon mas Fandri salah satu temen koas mas Reza.

"Gak bisa dihubungi Frey hiks hiks hiks."tumpah sudah tangis gue rasanya nyesekkkkk.

"Pokoknya gue mau nyusul ke sana sekarang."tegas gue akhirnya daripada di sini terus meratap.

"Lo jangan gegabah Frey. Di sana lo malah berbahaya."tarik Arabela ke tangan gue.

"Tapi gue gak bisa di giniin Bel."frustasi beneran gue.

"Assalamualaikum. Apa kabar adik gue. Tumben lo nangis. Rindu nih sama suami."celetuk mas Belva yang tetiba dateng ke rumah.

"Waalaikumsam."

"Ada apaan sih? Kok suasananya tegang gini?"tanya mas Belva bingung.

"Mas Reza kena panah orang suku mas."balas Arabela ke mas Belva.

"What??! Kok bisa?"

"Semua ini gegara gue mas. Gue yang maksa dia supaya video call sama dia. Dia manut aja terus gak sengaja kena panah sama orang suku😭😭😭"pecah sudah tangis gue lantas memeluk mas Belva gegara gak nahan lagi.

"Tenang Frey. Sekarang kita ke rumah sakit aja minta penjelasannya ya."elus mas Belva ke pundak gue perlahan.

Rumah Sakit

Pihak rumah sakit pun langsung turun tangan menuju daerah terpencil tersebut untuk menindaklanjuti kejadian yang dialami mas Reza.

"Jadi, bisakah saya ikut ke sana pak?"tanya gue ke salah satu manajer rumah sakit.

"Maaf, sebaiknya mba tetap di sini saja. Penjelasan selanjutnya akan dikabari mba."jelas manajer rumah sakit.

"Pokoknya saya harus ikut pak. Saya istrinya. Saya berhak untuk mendampingi dan merawatnya pak."

"Tapi di sana rawan bahaya mba. Sebaiknya mba tenang saja di sini."

"Gak bisa pak. Saya harus ketemu sama suami saya pak."

"Udah Frey, jangan ngeyel. Manut sama prosedur rumah sakit aja."nasehat Arabela ke gue.

"Gak mau Arabela. Gue tetep mau nekat ke sana pokoknya."

My Sweet Polar Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang