Jangan mati..

317 24 3
                                    

"MIKASAAA!!! AWAS!!!"

BRUK!*

"Eh? Kenapa aku kembali kesini lagi? Dan kenapa aku selamat-"mikasa melihat tangan nya,dan dia tidak sadar diselamatkan oleh..

"Huh?! EREEEN!!!"

Mikasa melihat eren tergeletak dijalan raya dengan keadaan pingsan. Kepala nya mengeluarkan darah,kaki dan tangan nya terluka karena aspal. Mikasa segera memanggil ambulan dan membawa eren ke rumah sakit terdekat.
.
.
.
.
Dirumah sakit

"Aku ceroboh! Bodoh! Karena aku,eren jadi seperti ini"mikasa menampar dirinya sendiri.

Beberapa jam kemudian

"Ngh..ah kepala ku..."eren sudah sadar lalu duduk dan memegang kepala nya yang sudah diperban. "Eh?"eren melihat mikasa yang sedang duduk dikursi dan tertidur sambil duduk. Eren tersenyum.

"Uh?"mikasa terbangun. "Eren!"mikasa langsung memeluk eren,dan menangis dipelukan eren.

"Ah! Ada apa mikasa?"

"Aku sangat bersalah padamu ereeen..! Tadi aku tidak percaya pada mu,lalu kau menyelamatkan ku dari kecelakaan itu..maaaff.."mikasa memohon minta maaf kepada eren.

"T-tak masalah mikasa..ini bukan salah mu,sudah"eren melepaskan pelukan mikasa. Mikasa mengelap air mata nya menggunakan tangan nya.

Eren kembali duduk diranjang nya. "Mikasa,kenapa kau seperti ini?"

"Mgh..l-levi..levi.."mikasa terus saja menangis

"Kenapa? Levi kenapa?"tanya eren penasaran

"Levi..dia..meninggalkan ku,tadi..tadi dia mencium petra dihadapan ku..."mikasa menjelaskan.

"Hmm begitu. Lalu kau akan meninggalkan nya?"eren melihat ke arah mikasa

"Aku tidak tau..kurasa aku akan menjauhi nya saat ini entah sampai kapan"mikasa murung.

"Ah mikasa,apa tadi saat kau ku lempar kau terluka?"eren khawatir

"Tak apa apa,aku hanya terbentur sedikit"mikasa memegang kepala nya

"Ah eren,apa kau perlu ku hubungi orang tua mu? Mereka pasti khawatir"mikasa ingin membantu

Eren menghadap kebawah. Sebenarnya dia tidak ingin membicarakan nya. Mikasa terkejut,dia mengerti orang tua nya kenapa. "M-maaf,seharuanya aku ti-"

"Bukan mikasa,orang tua ku belum meninggal"jelas eren

"Ah benarkah,maaf"

"Orang tua ku pisah..mereka tidak mempedulikan ku,mereka begitu sejak aku kelas 6,lalu aku hidup sendiri"eren mengusap air mata nya

"Ah aku berbuat salah lagi kepada mu"mikasa merasa bersalah

"Tak apa apa mikasa"eren kembali membaringkan tubuh nya

"Kapan kau boleh pulang,akan ku tanyakan ya"mikasa berdiri dari tempat duduk nya dan mencari dokter.
.
.
.
Mikasa kembali. "Kata dokter,kau boleh pulang jika kau sudah membaik"mikasa duduk

"Aku sudah tidak apa apa,ayo pulang"eren bangun

"Jangan! Kau terlihat pucat,istirahatlah sebentar lagi"mikasa menghalangi

"Ya ya baiklah"eren kembali tidur

"Hei mikasa,kau pulang duluan saja,aku bisa mengurus diriku sendiri"tawar eren

"Lebih baik aku menemani mu,daripada bertemu levi"mikasa mengalihkan pandangan nya kesal.

"..."

"Omong omong..dimana syal mu?"tanya eren

Mikasa memegang leher nya. "S..sepertinya hilang,ah..padahal itu pemberian orang tua ku"mikasa sedih

"Mungkin bisa dicari"eren

"..."

"Mikasa,tolong jangan mati.."batin eren






Levi sudah menelusuri seluruh isi taman,tapi mikasa masih belum ditemukanya. Levi sudah menghubungi mikasa berkali kali,tapi tidak pernah diangkat,karena hp mikasa kehabisan baterai.

"Sial! Ini semua karena petra!"

Levi mencoba menanyakan orang orang disekitar sana,tapi semua tidak tau. Lalu levi keluar taman,dia sudah di pinggir jalan tepat ditempat mikasa diselamatkan eren. Levi melihat ada mobil yang depan nya sudah rusak akibat menabrak eren tadi. "Permisi,apa yang terjadi di sini?"

"Tadi ada orang tertabrak mobil itu,kepala nya berdarah,lalu kaki dan tangan nya terluka"

"Lalu?"levi

"Saya tidak tau,saya mendengar nya dari teman saya"

Levi melihat ada syal yang jatuh di dekat jalan raya itu. "I-ini kan syal mikasa?"levi memungut syal mikasa yang jatuh itu.

"Kenapa..benda ini ada disini?! Apakah..mikasa yang tertabrak?"levi memeluk syal itu dan menangis.
"Mikasa...jangan mati..."

T.B.C

Aku bukan benda untuk direbut!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang