-empat belas-

44 8 10
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Maaf, Nak Gio. Sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit saja. Ini sudah parah, dan fasilitas di sini belum terlalu lengkap," ujar petugas UKS pada Gio. Tadi, saat menemukan keadaan Eisha yang tak sadarkan diri, Gio segera membopongnya menuju UKS untuk diberikan pertolongan pertama. Namun, ini yang Gio dapat.

Gio kalang kabut. Terlalu khawatir memikirkan keadaan Eisha hingga dirinya lambat dalam bertindak. "Saya bantu siapkan mobil, ya. Kamu jaga dia," ucap si penjaga lantas pergi keluar untuk segera menyiapkan mobil miliknya yang akan digunakan untuk mengantar Eisha ke rumah sakit.

Gio menghampiri ranjang Eisha. Tak berani menyentuh kulit Eisha, karena warnanya sangat merah saat ini. Terlihat melepuh. Takut-takut lukanya akan tambah parah jika ia sentuh sembarangan.

Menatap wajah yang terekspos sepenuhnya. Bagian wajah pucatnya hanya memerah sedikit. Malaikatnya sangatlah cantik. Namun sayang sekali, ia sedang tak sadarkan diri.

"Eisha, bangun ya," lirih Gio seraya meremat sprei ranjang yang Eisha tiduri. Ingin rasanya Gio menggenggam tangan Eisha, namun keadaan sedang tak berpihak.

"Nak, mobilnya sudah siap. Ayo bopong Eisha. Hati-hati," ucap penjaga UKS menginterupsi. Gio mengangguk lalu segera membopong Eisha dengan terhati-hati.

Selama perjalanan, Gio tak henti-hentinya berdo'a untuk keselamatan Eisha. Jarak ke rumah sakit cukup jauh, selama itu juga Eisha tak kunjung tersadar.

***

"Gimana, dok?" tanya Gio setelah bangkit dari duduknya dengan tergesa-gesa saat dokter yang memeriksa Eisha keluar dari ruangan.

"Teman kamu baik-baik saja. Namun, ada sesuatu hal yang perlu saya bicarakan pada keluarga pasien. Bisa tolong kamu bantu hubungi keluarganya?"

Gio menghela napas lega mendengar kabar baik itu. Namun, ia kemudian termenung. Siapa yang musti ia hubungi? Sedangkan, Eisha sudah tak punya siapa-siapa lagi.

"I–iya, Dok. Akan segera saya lakukan," balas Gio pada akhirnya. Si dokter tersenyum mendengar jawaban Gio.

"Untuk keluarga pasien, nanti bisa langsung temui saya di ruangan sebelah sana," pesan dokter seraya menunjuk ruangan yang ia maksud.

"Baik, Dokter. Saya boleh masuk?"

"Iya, silakan. Pasien sedang sedang istirahat. Jangan mengganggunya, ya," ucap dokter lantas terkekeh. Gio pun ikut terkekeh dengan terpaksa.

Si dokter melenggang dan Gio segera masuk ke dalam ruang inap Eisha. Pemandangan pertamanya adalah tubuh yang nampak ringkih tengah terbaring lemah di atas brankar. Matanya terpejam. Wajahnya terlihat sangat pucat. Pakaiannya telah terganti dengan pakaian rumah sakit yang lebih steril. Kulitnya juga tak semerah tadi.

Beautiful Noktural [SELESAI✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang