Extra Chapter

48 12 11
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sentuhan angin menerpa lembut kulit Gio. Ia menghela nafas berat. Sudah jelas bagian penting dari hidup telah pergi. Pergi yang abadi, dan takkan pernah kembali. Kecuali, dia sendiri yang menyusulnya.

Bangkit dari duduknya. Menepuk pelan celana yang sedikit kotor karena pasir putih pantai yang menempel. Berjalan menyusuri tepi dengan kedua tangan di dalam masing-masing saku.

Beberapa menit lagi matahari akan terbenam. Namun, tak membuat Gio berniatan untuk pulang. Pantai sepi ini menenangkan.

Pluk!

"Aduh!" Gio mengaduh. Terkejut saat merasakan batu kecil menimpuk kepala belakangnya. Berbaliklah Gio. Niat hati ingin memarahi pelaku, namun ia urung saat melihat siapa orangnya.

"E–Eisha?" gagap Gio. Rahangnya menurun membuat mulutnya terbuka lebar.

"Hai," sapa Eisha. Dalam balutan gaun putih selutut, rambut terurai bergelombang tertiup angin, Eisha melambaikan tangannya seraya tersenyum.

"Ini nyata? Ini bukan halusinasi gue, kan?" batin Gio. Masih tak percaya jika pujaan hatinya ada di hadapannya saat ini.

Berlari segera. Menabrak Eisha dengan pelukan erat. Saking eratnya, Eisha hampir saja terhuyung jika tak mampu menjaga keseimbangan.

"Ini beneran, kan? Ini Eisha, kan? Gue gak mimpi? Ini nyata?" tanya Gio. Masih saja tak percaya jika Eisha memang nyata.

"Lo kenapa sih?" tanya balik Eisha. Nada bicaranya bingung. Tak kunjung mendapat jawaban, yang ia terima malah pelukan yang semakin erat. Mau tak mau, Eisha melingkarkan tangannya di sekeliling perut Gio.

"Lo jangan pernah ninggalin gue, ya," lirih Gio. Tangannya ia gunakan untuk menangkup kedua sisi wajah Eisha. Ibu jarinya mengusap-usap pipi Eisha dengan lembut.

Dahi Eisha mengkerut. Gio ini sangat aneh membuat Eisha bingung dibuatnya.

"Jawab, Eisha," pinta Gio. Eisha tersenyum, menangguk, dan mengucapkan, "Gak akan. Gue gak akan pernah tinggalin lo."

Bahagia sekali rasanya. Gio kembali menghambur ke dalam pelukan Eisha. Dagunya ia simpan di pucuk kepala Eisha. Tangannya mengusap surai panjang Eisha.

"Makasih."

Senyuman terus saja terukir di wajahnya. Hingga, meredup saat netranya menangkap siluet gadis yang tengah tersenyum begitu tulus pada Gio.

Tangannya melambai, sebelum gadis itu mulai melangkah menuju air pantai. Terus melangkah sampai air kini setinggi pinggangnya.

"Eisha. Eisha!" jerit Gio terus memanggil Eisha yang kini menatapnya sendu di jauh sana. Tersenyum sarat pilu yang mendalam. Ia mulai melangkahkan kakinya hingga kini tersisa kepala saja yang terlihat.

"Eisha! Jangan gila!" jerit Gio semakin menjadi. Gadis yang dipanggil Eisha itu menoleh sekali lagi. Sebelum kini seluruh tubuhnya telah tenggelam dimakan air.

"Eisha!"

"Hei! Gue di sini! Lo kenapa, Gio?" Gio terkejut. Sadar tengah memeluk seseorang, ia melepas pelukannya perlahan. Menatap gadis di depannya yang tengah menatap heran pada Gio. Pakaian yang Eisha gunakan sama persis seperti pakaian gadis yang baru saja tenggelam tadi.

"Gila! Ini gila!"

"Sekarang, mending ikut gue. Ayo," ajak Eisha. Tangannya menarik tangan Gio yang bengong menatapnya untuk mengikuti kemana ia melangkah.

Sampai di tempat tujuan, Eisha dan Gio duduk di atas bangku. Masih di pantai, rancanya Eisha akan mengajak Gio untuk menikmati jagung bakar seraya melihat senja.

"Ayo, makan," ajak Eisha. Jika dilihat-lihat, Eisha tak berhenti tersenyum sejak tadi. Hal itu patut Gio syukuri.

"Iya," balas Gio. Ikut tersenyum seraya menatap wajah Eisha yang tengah menatap matahari yang mulai turun. Sepertinya ia mulai lupa pada gadis tenggelam tadi.

"Gio ...," gumam Eisha.

"Ya?" tanya Gio. Tanpa menjawab, Eisha mendekat, mencondongkan tubuhnya pada Gio. Semakin dekat ... semakin dekat.

"Gio ...."

"Gio ...."

"Gio ..., astaga! Kamu ini kebo banget!"

Gio terbangun. Meraup oksigen dengan rakus. Peluh membanjiri pelipis dan dahinya. Menatap Mina dengan bingung.

"Cepet bangun. Ini udah setengah tujuh, ih. Mana kamu harus jemput Eisha dulu, kan," ucap Mina. Kesal sekali karena Gio susah untuk dibangunkan sejak tadi.

"Lho? Ma? Ini ada apa?" tanya Gio linglung. Bangun-bangun ada di atas tempat tidur. Lalu, yang tadi itu?

"Bukan ada apa ada apa. Cepet mandi, sekolah." Setelah mengucapkan itu dengan wajah garang, Mina melongos pergi dari kamar Gio.

"Itu tadi ... mimpi? Eisha masih hidup? Clarissa juga dong? Ya Tuhan!" Gio mengusap kasar wajahnya. Menampar-nampar pipi dan mencubit lengannya dengan keras. Terasa sakit. Berarti, ia sudah bangun saat ini.

"Gio! Cepet!" teriak Mina menggelegar mengisi pendengaran Gio. Bergegas, Gio segera melesat menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Selama mandi, pikiran Gio tak henti-hentinya tertuju pada mimpinya yang terasa sangat nyata semalam.

***

»-----»

Ngaco? Iya. Wgwg.

Gak nunggu 300 votes karena pasti lama banget kanㅋㅋㅋ

Vomment + koreksi typos, yaa.

Mau EXTRA CHAPTER 2?

»-----»

🐰

28 Oktober 2020

Beautiful Noktural [SELESAI✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang