Seorang gadis bersurai hitam legam itu menghela napas. Ia menatap sebuah koper besar di atas ranjang yang bisa terbilang cukup mewah. Atensinya jatuh kepada sebuah foto yang terpampang di dinding. Foto sebuah keluarga.
Ceklek
Gadis itu menoleh ke arah ambang pintu. Terlihat seorang wanita berdiri di sana dengan senyuman. Gadis itu terdiam, sebelum kemudian juga memasang senyum di wajah cantiknya.
"Kamu sudah mau pergi, rin?" Tanya wanita itu sambil mendekat ke arah gadis tersebut.
Gadis itu terkekeh pelan, "Iya ma, doain Arin ya" Ucapnya kepada wanita yang diketahui adalah ibunya.
Sang ibu melirik koper besar di belakang Arin. Tanda bahwa seakan akan putrinya itu sudah sangat siap meninggalkan rumah. Ibu mendekat ke Arin dan mengelus surai hitam gadis tersebut. Pelan dan penuh kasih sayang.
"Kamu yakin mau nge kost? Kamu yakin kamu siap?" Ucap sang ibu, untuk memastikan bahwa Arin sudah siap untuk menghadapi apa yang menantinya.
Arin hanya tersenyum, "Mama enggak usah khawatir, Arin bisa jaga diri kok, dan Arin janji bakal pulang seminggu sekali".
Mengetahui tekad putrinya sudah bulat dan tak bisa diganggu gugat, sang ibu pun hanya tersenyum sendu. Tak dapat dipungkiri, ia merasa berat untuk melepaskan putrinya tersebut. Apalagi, Arin mengatakan niatnya untuk mengekos secara tiba tiba. Tentu saja membuat sang ibu berpikir bahwa ada sesuatu dibalik niatan tersebut.
"Ini bukan karena Papa yang menuntut kamu untuk jadi sempurna kan?" Sang ibu bertanya.
Arin terdiam, senyum di wajahnya luntur. Tak tahu harus menjawab apa. Gadis itu berpikir sejenak, menimbang nimbang apa yang seharusnya ia katakan sebagai alasan.
Setelah berpikir beberapa detik, Arin menggeleng "Enggak kok ma..." lirihnya pelan.
Sang ibu pun terlihat lega mendengar jawaban dari Arin. Ia kemudian memeluk gadis tersebut.
"Kamu baik baik ya disana... Mama bakal doain dari sini, semoga kamu bisa nemuin apa yang kamu cari disana"
"Amiinn... makasih ya ma, udah mau ngerawat Arin dari kecil, Arin sayang sama Mama, sampein salam Arin buat Papa sama yang lain ya ma" Arin membalas pelukan ibunya.
Arin hanya butuh fokus untuk menggarap skripsinya. Ia merasa tidak akan mampu untuk melakukan hal tersebut jika ia menetap di rumahnya.
●●●
Arin melepas kacamata hitamnya. Ia menatap bangunan di depannya yang lebih mirip dengan rumah. Disana tertulis,
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST GOOGLE
Teen FictionMenceritakan suka duka yang dirasakan para remaja remaja yang mencari kebebasan