Kali ini, yang berada di kos an hanya Adel, Javier, dan Asep alias Septian. Ketiga manusia itu kini sedang menonton tv di ruang tamu. Tepatnya, hanya Javier yang menonton benda berbentuk kotak tersebut. Sedaritadi Asep benar benar tidak bisa diganggu gugat. Pemuda itu terlihat amat sangat fokus menorehkan coretan coretan diatas kertas gambarnya. Sedangkan Adel? Jangan ditanya, gadis itu sama sekali tidak melepas matanya dari ponselnya barang sedetikpun.
"Btw," Javier dan Adel sontak menoleh ke arah Asep yang memecah keheningan. Pemuda itu tampak berfikir sejenak, sebelum berkata, "Aruna itu beneran bukan kembarannya Mbak Arin ya?."
Adel memutar bola matanya. "Ngapain lu kepo kepo soal Mbak Runa, Mas?" Tanyanya jutek. "Awas lu, jangan macem macem sama dia!."
Asep meringis, "Gue enggak tahu banyak soal Mbak Runa, sejauh yang gue tahu, Mbak Aruna tuh emang sepupunya Mbak Arin. Mamanya Mbak Runa itu adiknya Mamanya Mbak Arin, satu keluarga besar lah, Maheswara," Adel menjeda kalimatnya,
"Kemaren gue udah berusaha korek korek informasi dari Mbak Arin. Katanya keluarganya itu punya perusahaan terkenal git—"
"Kok gue gak tahu ya anjir!?" Tanya Asep heboh yang sukses mendapat geplakan dari Adel. "Dengerin dulu!".
Javier yang sedang menonton televisi itu juga diam-diam ikut mendengarkan. Walaupun pemuda itu terlihat seolah tidak peduli. "Sibuk menonton" itu adalah alasan Javier. Kalain tahu apa yang sedang pemuda itu tonton?.
Si Jadu.
Ya, serial anak anak. Toh, ia tidak benar benar menontonnya karena atensinya sekarang teralihkan oleh perbincangan mengenai sosok Aruna Maheswara.
"Keluarga Mbak Runa tuh juga punya perusahaan gitu, dan Mbak Arin sama Mbak Runa emang udah deket dari kecil. Sampe pas SMP, Mbak Aruna sekeluarga tiba tiba pindah ke luar negeri. Alasannya sih gegara perusahaan yang di handle sama bokapnya Mbak Runa bangkrut. Tapi gatahu lagi sih,"
Asep hanya manggut manggut mendengarkan penjelasan dari Adel. Gadis itu memang dikenal sebagai Lambe Turah. Ia selalu tahu gossip dari segala penjuru kampus. Jadi tidak heran, gadis itu dapat mengetahui sedikit latar belakang Aruna dan Arin.
Asep melirik ke arah bawahnya, tempat Javier duduk. Ia tahu sedari tadi pemuda itu mencuri dengar pembicaraannya dengan Adel. Ia tersenyum miring, muncul ide jahil di otaknya.
"Del" Panggilnya sambil menoel gadis yang duduk di sebelahnya itu.
"Hmm"
"Nanya dong~"
Adel menoleh. Barusan, nada Asep terdengar sangat menggelikan di telinganya. Lantas gadis itu melayangkan tatapan tajam pada pemuda tersebut. "Apaan!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST GOOGLE
Ficção AdolescenteMenceritakan suka duka yang dirasakan para remaja remaja yang mencari kebebasan