Bismillahirrahmanirrahim, semoga suka dengan part ini. Jangan lupa vote dan juga komen ya, terima kasih❤️
----
Sabar, kesabaran bukan seberapa lama kamu bisa menunggu. Akan tetapi, seberapa baik kamu bersikap saat kamu menunggu.
-Imam untuk Airin-
----
Kuakui jika Tasya yang saat ini berbeda dengan yang dulu. Betul apa kata bunda, jika sekarang Tasya lebih cantik dan tingginya seperti model-model yang sering mondar-mandir di red karpet.
Awalnya pertemuan diantara kami sedikit canggung. Karena baik aku maupun Tasya, kami berdua tidak berani untuk memulai obrolan terlebih dahulu. Ya, bisa dibilang gengsi.
Aku menyesap kopi capuccino sambil sesekali melirik kearah Tasya. Aku pikir, saat ini Tasya masih memiliki dendam kesumat terhadapku karena masa lalu kita. Nyatanya tidak. Justru Tasya lebih banyak tersenyum kepadaku.
Ah, andai saja yang tersenyum kepadaku adalah Airin, mungkin saat ini aku sudah jingkrak-jingkrak nggak karuan.
"Kamu kan sama Tasya udah Lim belas tahun nggak ngobrol bareng. Lebih baik, kamu nonton film aja sana, biar hubungan kalian kembali akrab kayak dulu." saran bunda tiba-tiba.
"Nah, betul itu jeng," sambar Mamanya Tasya.
Aku mendengus. Sementara Tasya tersenyum lebar. Bukannya aku nggak mau ngobrol barengan Tasya, tapi masalahnya, aku sangat anti sama yang namanya nonton di bioskop, apalagi nonton film dengan genre yang romantis. Lebih baik nongkrong di alun-alun deh.
"Gimana?" tanya bunda.
Tasya mengangguk. "Kalo Tasya sih, oke-oke aja Tante."
Bunda tiba-tiba menepuk lenganku. "Putra juga oke-oke aja kok. Iya kan?" tanya bunda dengan menekankan intonasi pada kalimat 'iya kan' dan melihatku dengan tatapan yang tajam.
Aku mendengus. Sumpah ya, ini kenapa bunda yang jadi ngebet banget aku bisa deket lagi sama Tasya? Padahal kan, aku nggak tau kedepannya seperti apa, dan aku pun nggak mau menaruh hati pada hati yang salah.
Kalo menaruh hati pada si ember bocor, mungkin akan ku pertimbangan lagi.
"Ya udah sana berangkat." perintah bunda sambil memberikan kunci mobilnya kepadaku.
Aku tidak bisa mengelak apalagi menolak. Aku hanya bisa mengiyakan seruan dari bunda. Kalo tidak dilaksanakan, bisa-bisa jatah kuota untukku akan dipotong. Aku tidak mau hal itu sampai terjadi.
Aku meraih kunci mobil tersebut. "Nanti bunda pulang sama siapa?"
"Gampang. Nanti bunda suruh Fahmi untuk anterin bunda pakai mobil cafe."
Aku tersenyum lalu berpamitan pada bunda dan juga mamanya Tasya. "Kami berangkat ya." ucapku setelah mencium tangan bunda dan juga mamanya Tasya.
"Hati-hati ya kalian." peringat mamanya Tasya.
"Iya Mah."
Kami berdua pun berangkat menuju mall Grand Indonesia yang terletak di Jl. M.H. Thamrin No.1, Kb. Melati, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat.
-Imam untuk Airin-
"Mau makan dulu atau langsung nonton?"
Aku menoleh kearah Tasya. "Terserah Lo."
"Makan dulu, ya?"
"Ya udah." ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Untuk Airin ✓
Spiritual(FOLLOW AKU DULU YA!!!) Airin Haliya Nafisah tak menyangka jika takdir akan mempermainkan alur kehidupannya. Misteri waktu pun perlahan mulai terkuak dengan kenyataan yang sebelumnya tak disangka-sangka. Harus selalu bersama dengan Putra, laki-laki...