Bismillahirrahmanirrahim, semoga suka dengan part ini. Jangan lupa vote dan juga komen ya, terima kasih❤️
----
Setiap orang berhak untuk berubah. Maka dari itu tak selayaknya kita dapat menjudge orang hanya karena kita lebih baik dari mereka.
-Imam untuk Airin-
----
"Berhasil Tidak Dipuji, Hilang Tidak Dicari, Gagal Dicaci Maki."
Sudah sekitar dua bulan aku berusaha untuk mengumpulkan beberapa informasi terkait kasus investasi bodong yang tentunya merugikan negara dan juga masyarakat.
Dari kasus yang sedang aku selidiki, rupanya sang pelaku sangat pandai menutupi tentang kejahatannya. Sebelumnya agak sulit bagiku untuk mengulik siapa dalang dari ini semua, tapi dengan berjalannya waktu, perlahan tapi pasti, aku beserta tim mulai memecahkan teka-teki yang amat membingungkan ini.
Disini aku berada. Di sebuah kafe yang terletak di tengah-tengah ibu kota. Sudah dua bulan aku menyamar menjadi seorang pelayan kafe-bekerja di kafe kejora untuk menyelidiki kasus investasi bodong yang dilakukan oleh sepasang suami istri yang bernama Maria Selena dan juga Kristanto Oktavianus.
Langkahku terhenti ketika tanpa sengaja mendengar sebuah pembicaraan antara pelaku dan juga calon investor yang membicarakan keuntungan yang akan didapat.
"Bapak jangan khawatir, investasi kami setiap bulannya akan memberikan keuntungan sebesar dua puluh persen dan juga tidak ada minimal rupiah dalam investasi kami."
Sang calon investor terlihat makin terbujuk akan rayuan sang pelaku. Dan tanpa diduga, sang investor langsung memberikan koper yang berisi uang ratusan.
Aku sempat terkejut, karena dengan mudahnya ia ditipu oleh bujuk rayu sang pelaku. Namun dengan cepat aku menetralkan kembali mimik wajahku.
"Senang berbisnis dengan anda." kata sang pelaku-Maria Salena sambil menjabat tangan sang investor.
Setelah sang investor pergi meninggalkan kafe ini, aku menghampiri Maria sambil membawakan secangkir kopi capuccino yang sebelumnya memang beliau meminta untuk dibuatkan lalu diantar ke meja tempat dia berada.
"Kopinya Bu," aku menaruh kopi itu dihadapannya sambil tersenyum, berusaha menutupi jika sebenarnya aku mengetahui semuanya.
"Terima kasih."
Aku berniat untuk pergi meninggalkannya dan menuju kembali ke dapur. Namun suara cegahan Maria terdengar mencegah kepergian ku, aku pun menoleh dan membatalkan niatanku.
"Fahmi, kamu kan sudah dua bulan bekerja disini, dan saya beserta keluarga sudah sangat percaya akan kinerja kamu, maka dari itu, mulai bulan depan gaji kamu akan dinaikkan sepuluh persen dari gaji sebelumnya."
Aku tersenyum sambil memeluk nampan. "Terima kasih, Bu."
Maria mengangguk. "Sama-sama."
Sebetulnya kenaikan gaji bukanlah hal yang sangat menyenangkan bagiku. Tapi, tidak apa lah, hitung-hitung lumayan untuk menambah modal untuk menikah yang Insyaallah akan dilakukan satu bulan lagi.
Dia Airin-perempuan yang Insyaallah akan menjadi istriku kelak. Perempuan yang selama ini selalu ku pinta di setiap sujud dan juga di sepertiga malamku. Dan perempuan satu-satunya yang membuatku mantap untuk segera menghalalkannya meskipun kami sebelumnya tidak saling mengenal.
Semua berawal ketika Iqbal-temanku sekaligus kakak dari Airin bercerita akan keresahannya terhadap adik semata wayangnya. Sebagai kakak, dia takut dengan berjalannya waktu, dia tidak bisa sepenuhnya menjaga adiknya seperti permintaan almarhumah ibunya dulu. Dan lagi, Bapaknya pun divonis mengidap penyakit jantung, yang setiap bulannya harus bolak-balik ke rumah sakit untuk kontrol keadaannya dan tak selang beberapa lama setelah Iqbal menceritakan keresahannya, Bapaknya Iqbal meninggal Dunia. Sehingga Iqbal rasa, segera menikahkan adiknya adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan adiknya dari perbuatan yang tidak-tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Untuk Airin ✓
Spiritual(FOLLOW AKU DULU YA!!!) Airin Haliya Nafisah tak menyangka jika takdir akan mempermainkan alur kehidupannya. Misteri waktu pun perlahan mulai terkuak dengan kenyataan yang sebelumnya tak disangka-sangka. Harus selalu bersama dengan Putra, laki-laki...