Bab 21 (Airin POV)

142 24 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim, semoga suka dengan part ini. Jangan lupa vote dan juga komen ya, terima kasih❤️

----

Aku yang terlalu ingin, atau kamu yang terlalu dingin?

-Imam untuk Airin-

----

Kadang kala, ada saatnya kita harus berdamai dengan takdir, berteman dengan rasa kecewa, dan bersahabat dengan luka.

Aku tahu ini tidak mudah. Mencoba melangkah menapaki jalan yang sunyi, tetapi hati masih terpaku pada kesetiaan yang lama.

Ya, kuakui hatiku masih terpatri padanya. Sosok menyebalkan yang entah mengapa akhir-akhir ini selalu datang ke mimpiku. Entah dalam keadaan menggangguku, membuatku naik darah, dan yang lebih parahnya lagi dia hadir kedalam mimpiku untuk mengucapkan kata perpisahan.

Aku tak tahu maksud dari semua ini. Semesta begitu lucu mempermainkan alur kehidupanku.

Malam ini, adalah malam prosesi khitbah antara aku dan juga Fahmi setelah beberapa kali melakukan pertemuan untuk berta'aruf.

Banyak sekali lika-liku yang harus ku hadapi untuk mencapai pada titik ini. Harus berusaha legowo pada ketetapan takdir, melawan ego untuk terus melanjutkan hubungan ini, dan ya, harus mengubur dalam-dalam perasaanku terhadap Putra.

Entahlah. Lagi pula sudah tiga hari aku lose contacts terhadap Putra. Bukan Putra yang menghilang tanpa sebab atau kabar, melainkan aku yang memutuskan untuk menjauh darinya sebagai bentuk usahaku untuk menghilangkan perasaan sukaku terhadapnya.

Menghilangnya ku dihadapan Putra tentu menjadi sebuah tanda tanya baginya. Buktinya, hampir dua puluh empat jam Putra selalu menanyakan kabarku apakah aku baik-baik saja atau hanya sekedar mengirimkan stiker lelucon sebagai bentuk perhatiannya terhadapku.

Jujur, itu membuatku sulit untuk segera melupakan dan melepaskannya. Terlebih ketika Putra memberi kabar jika tiga hari yang lalu dia bertolak menuju Kuala lumpur dalam waktu satu bulan untuk mengurus pembangunan hotel milik keluarganya.

Dan kalian tahu Putra pergi dengan siapa? Ya, dengan Tasya! Parah sih woi! ini sih bukan kesel lagi, tapi kuakui aku cemburu ketika mengetahui hal itu melalui postingan foto di Instagram milik Putra.

Oh Allah, mengapa makin hari makin rumit perasaanku terhadapnya. Sudah tidak direstui karena berbeda keyakinan, ditambah lagi perjodohan yang tidak pernah ku harapkan sebelumnya, dan yang makin memperparah yaitu hubungan Putra dengan Tasya yang sudah sampai tahap pacaran open public.

Sudahlah, untuk saat ini aku tidak ingin memikirkan hal itu. Lagi pula, jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam, itu tandanya Fahmi beserta keluarganya akan datang pada pukul delapan malam.

Sebetulnya, pribadi aku sendiri tidak begitu menyiapkan sesuatu yang istimewa dalam acara ini. Pakaian yang ku kenakan juga bukan pakaian mewah atau pun mahal. Hanya gamis biasa dengan tambahan aksen kain brokat di ujung gamisnya. Para tamu yang diundang juga tidak banyak, hanya ada Aila, para tetangga terdekat, dan sanak saudara yang tinggal di Jakarta.

"Ai, udah dong, ini terlalu menor," aku berusaha menolak ketika Aila berusaha untuk memakaikan lipstik berwarna pink di bibirku. "Ini kan acara biasa, bukan acara pertunjukan lenong." lanjutku masih berusaha untuk menolaknya.

"Sedikit doang Rin, biar bibir Lo nggak pucat."

Aku mendengus menatap Aila yang masih memegang gincu itu di tangannya. "Lip balm aja kan cukup."

Imam Untuk Airin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang