"If you're brave enough to say goodbye,
life will reward you with a new hello."
- Paulo Coelho
AlreyshadHari ini aku memutuskan untuk pergi ke Bandung, setelah mungkin hampir tiga bulan tidak pulang ke rumah Bunda dan menengok makam Ayah.
"Abang, udah sampe mana?" Ucap Bunda di ujung telfon.
"Baru keluar tol, Bun." Jawabku.
"Abang nggak usah jemput deh, ketemu di makam Ayah aja. Bunda sama Acha minta anter Pak Dedi." Jelas Bunda.
"Yaudah kalo gitu Abang langsung ya, Bun." Jawabku.
"Iya nak. Hati-hati ya." Ucap Bunda yang ku iyakan.
Setelah dari makam Ayah, Aku bersama Bunda dan Acha mampir sejenak ke jalan Banteng untuk menyambangi mie kocok langganan kami. Mie kocok Mang Dadeng yang tak bisa dilewatkan setiap aku pulang ke Bandung.
"Abang stres banget ya ditinggal kak El?" Ucap Acha tiba-tiba.
Aku terkejut, "maksudnya?" Jawabku.
"Kurus banget." Tambahnya yang ku selingi dengan tertawa.
"Capek cha. Abang kurang tidur kayaknya. Makan juga sering ke skip." Jawabku sambil melahap mie kocok pesanan kami dan tak lupa membungkuskan beberapa untuk mbok, Anaknya dan Pak Dedi.
***
Setelah sampai rumah, aku duduk di kasurku sambil memandangi sebuah foto yang masih ku taruh di nakas sebelah kasurku.
Fotoku dengan El. Masih ku simpan rapih, tanpa ada niat untuk membuangnya atau menaruhnya di laci. Ku biarkan saja terpajang di nakas samping kasurku.
"Bang?" Panggil Bunda yang tiba-tiba menyambangi kamarku.
Aku tersenyum, "kenapa Bun?" Jawabku.
"Udah selama ini tetep nggak mau cerita alasannya nggak lagi sama El?" Tanya Bunda.
Aku memang tidak menceritakan secara rinci alasanku dan El tak lagi bersama. Bukan karena itu mauku, namun aku dan El pikir kami sudah cukup dewasa untuk menyimpannya hanya berdua. Lagipula, hubungan ku dengan keluarga El tetap baik, walaupun status kami sudah bukan sepasang kekasih lagi. Begitu pula dengan El. Kami sepakat untuk tidak menyalahkan siapapun atas keputusan kami untuk tidak bersama lagi.
Namun, pada akhirnya Bunda menanyakannya lagi. Wajar bagiku ketika Ibu El dan Bunda menanyakan alasan kami, karena selama ini kami benar-benar terlihat baik-baik saja. Segala macam masalah dapat kami lewati bersama. Namun, kenapa berpisah? Itu yang mereka pertanyakan.
Pada akhirnya, aku menceritakan sebabnya, dan tau apa reaksi Bunda?
"Abang beneran nggak tau sebab awal El sikapnya aneh kenapa?" Tanya Bunda.
Aku menggeleng, "pokoknya sepulang dari lamaran Arla, El jauh lebih diem, dan abang ngerasa dia ngasih jarak ke Abang, Bun."
"Mungkin El denger omongannya tante Keenan." Ucap Bunda yang tiba-tiba membuatku bingung.
"Emang tante Keenan ngomong apa Bun?" Tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR [COMPLETED]
General Fiction(Sequel of EPOCH) Hari itu menjadi sangat kaku, Ketika sepasang mata ini bertemu lagi denganmu.. Terpaku menatap senyuman yang tertuju padaku. Hai, Aku rindu... PETRICHOR ˈpɛtrʌɪkɔː (n) : A pleasant smell that frequently accompanies the first rain a...