F O U R T E E N

7.4K 941 33
                                    

Alreyshad

Sudah dua bulan semenjak meninggalnya Schalea, El masih tetap sama. Lebih banyak diam, merenung dan sesekali ku dengar ia menangis.

Akhir-akhir ini aku selalu pulang larut, karena pekerjaan yang sudah mulai menumpuk. Aku sedang mengerjakan dua program sekaligus, itu yang membuat jam kerjaku jauh lebih padat dari sebelumnya.

Pukul 22.00, aku tiba di rumah. El sudah memejamkan matanya. Setelah kepergian Schalea, komunikasi antara aku dan El menjadi sangat jarang, disamping karena kesibukan kami masing-masing, sebab lainnya karena El yang masih sangat rapuh lebih memilih untuk berdiam diri.

Aku menghampiri sisi El, menaruh buku yang ia baca hingga terlelap dan merapihkan letak selimutnya. Aku ingin sekali memeluknya, namun tak ku lakukan karena takut membangunkannya.

Kamar Schalea yang selalu enggan ku masuki, masih terjaga dan tersusun rapih dengan barang-barang yang kami tata dengan suka-cita saat itu, namun ruangan itu menjadi sangat asing buatku, hingga tak pernah ku buka selama dua bulan ini walaupun sesekali aku mendengar El menangis disana.

***

Pagi ini aku tak menemukan El di kasur sesaat setelah aku tersadar dari tidurku.

"El mana, mbak Sari?" Tanyaku pada mbak Sari sesaat setelah aku turun dari kamarku menuju dapur.

"Mbak El udah berangkat mas, ini bekal buat mas Ale." Ucap mbak Sari dengan memberikan kotak makan siangku lengkap dengan irisan buah.

Aku terdiam menatap kotak bekal yang mbak Sari berikan. Jujur, sudah dua bulan ini aku tak pernah mencicipi masakan El. Semua makanan yang kami makan, mbak Sari yang menyiapkan. Aku tak keberatan, karena memang aku yang mengatakan agar El lebih banyak istirahat dan melimpahkan segala tugas rumah ke mbak Sari. Namun, rasanya aneh. Aku rindu melihat El di dapur dengan segala kerepotannya untuk membuatkanku bekal atau sekedar sarapan.

"El, dianter pak Tirto mbak?" Tanyaku lagi.

"Enggak mas, tadi mbak El nyetir mobilnya sendiri." Ucap pak Tirto yang tiba-tiba muncul dari arah taman belakang.

***

Setelah rapat aku berjalan ke arah lift dan tak sengaja bertemu El.

"Le?" Panggilku.

El yang sedang bersama rekannya, pada akhirnya meminta agar rekannya berjalan lebih dulu menuju department-nya.

"Makan siang bareng aku ya?" Ucapku.

"Aku udah janji sama Tere dan Ghea." Jawabnya seketika.

"Oh gitu, yaudah nggak apa-apa asal jangan lupa makan." Ucapku pelan sambil menatapnya.

El hanya mengangguk tanpa menatapku, "aku balik ke ruangan ya." Tambahnya.

Aku mengangguk dan tersenyum mempersilahkannya.

Beginilah kondisi kami dua bulan belakangan, hanya diisi dengan percakapan seadanya dan seperlunya. Ditambah dengan minimnya waktu luangku bersama El menambah panjang jarak kami.

"Lo sama El kenapa sih?" Ucap Aji saat kami sedan makan siang.

"Nggak kenapa-napa." Jawabku santai.

PETRICHOR [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang