T W E L V E

7.4K 963 40
                                    

Elea

Seletah pertengkaranku dengan Ale semalam, Pada akhirnya, aku susah payah meyakinkan Ale kalau memang tak akan terjadi apa-apa karena musibah kemarin. Dokter juga mengatakan hal itu, aku dan adek, bayi kami, baik-baik saja.

"Jadi Ale nggak mau lo kerja El?" Ucap Tere.

Aku mengangguk, "bukan nggak mau sih Ter, dia khawatir kejadian kemaren terjadi lagi. Gue mewajarkan hal itu sih. Lo tau sendiri seberapa excited-nya Ale nunggu dia." Ucapku sambil mengelus perutku.

"Iya sih El, nggak cuma khawatir sama calon ponakan gue, Tapi dia juga khawatir sama lo nya. Lo tau nggak kemaren dia langsung lari dari control room pas denger lo di rumah sakit. Gue rasa pagi ini dia kena teguran." Ucap Tere.

Aku terdiam mendengar ucapan Tere.

"Ale tuh sayang banget El sama lo, cuma lo tau sendiri kan dia orangnya susah merangkai kata. Jadi suka salah-salah ngomong." Tambahnya.

Aku mengangguk, bagaimana aku bisa tak mengenal seorang Ale. Ale memang selalu begitu, sulit memilih kata untuk mengungkapkan maksudnya. Aku paham ia khawatir, namun semalam aku benar benar terbawa emosi.

"Jadi mbak sari sekarang di rumah?" Ucap Tere.

Aku mengangguk, "iya, Ale yang nyuruh."

Mbak Sari adalah anak dari mbok di rumah Bandung. Ale memintanya untuk bekerja di rumah untuk membantuku mengurus pekerjaan rumah.

"Hari minggu dateng kan?" Tanyaku

Tere mengangguk, "pasti dong." Jawabnya.

***

Sejak pagi rumah kami sudah ramai dengan keluarga dan teman-teman terdekat yang datang untuk menghadiri acara tujuh bulananku.

"Waah sebentar lagi ya tante?" Ucap Tere pada Bunda.

"Iya nih, nggak sabar tante tuh mau liat cucu pertama." Sahut Bunda yang diselingi dengan tawa.

Aku dan Ale tak membuat acara besar, hanya pengajian biasa yang dihadiri teman-teman terdekat, keluarga, ibu-ibu pengajian dan beberapa anak yatim-piatu dari yayasan yang Bunda dan Ayah kelola. Tak ada acara lain setelahnya, hanya makan-makan bersama.

Sepanjang acara pengajian, Ale tak henti-hentinya memanjatkan doa sambil terus mengelus perutku. Bahkan setelah selesai acara pengajian pun Ale tetap berada di sampingku, dan secara berkala menanyakan keadaanku.

"Mas Ale, udah ketauan belum bayinya cewek apa cowok?" Ucap Ojan.

"Kemaren sih pas USG terakhir cewek katanya." Ucapnya.

Terdengar hiruk pikuk gembira teman-teman yang mendengar.

"Udah punya nama El?" Tanya Tere.

Aku mengangguk, "udah." Ucapku

"Apa mbak El?" Tanya Ghea semangat.

"Schalea Chariva Tavish" ucap Ale. "Malaikat cantik yang rendah hati dari keluarga yang terhormat." Lanjutnya.

"Waw! Bagus banget namanya." Ucap Aji yang diikuti oleh tatapan kagum semua teman-teman.

PETRICHOR [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang