F I F T E E N

7.4K 967 33
                                    

Alreyshad

Setelah gagal mengajak El untuk makan siang bersama, pada akhirnya aku makan siang bersama Aji dan lanjut mengerjakan laporanku di ruangan sampai tiba waktu pulang, namun saat sedang bersiap untuk pulang handphone-ku memunculkan notifikasi.

Kiara is calling...

"Ya Ra?" Ucapku.

"Al, Kamael rewel banget." Ucapnya

"Udah lo kasih susu? Kompres?" Tanyaku.

"Udah tapi dia nggak mau, panasnya juga nggak turun-turun." Jawabnya dengan nada yang panik.

Ya, Kiara memiliki putra kecil, Kamael, yang sekarang sudah berusia lima bulan dan belum bertemu dengan Ayahnya karena kami pun masih mencari keberadaan Kael.

"Yaudah tunggu, gue kesana." Jawabku sambil mengambil kunci mobilku menuju Apartment Kiara.

***

Aku mengantar Kiara dan Kamael menuju rumah sakit, terlihat jelas wajah khawatir Kiara saat mencoba menenangkan Kamael yang tak henti-hentinya menangis.

"Kamael baik-baik aja kok, Ra." Ucapku padanya.

Aku menemaninya cukup lama sehingga aku tiba di rumah sedikit terlambat. Aku menyadarinya ketika ku lihat mobil El sudah terparkir di carpot.

Aku menatap El yamg sedang duduk di ruang TV. Ia menatapku dalam sampai pada akhirnya tatapan itu terhenti saat aku mengajaknya untuk makan malam dan menyantap masakannya yang sudah lama tak ku rasakan.

"Kamu sampe rumah jam berapa tadi?" Tanyaku

"Hemmm jam tujuh-an kayaknya." Ucapnya.

Kami kembali diam. Suasana seperti ini sudah sangat sering kami rasakan sepeninggal Schalea.

"Aku aja yang bersihin. Kamu mandi aja." Ucap El setelah kami menyelesaikan makan malam kami.

Aku kembali ke kamar setelah mandi. Duduk di sofa dan memikirkan cara untuk berbicara perihal sikapku ke Kiara. Di tengah-tengah lamunanku, tiba-tiba Bunda menelfon.

"Ya Bun?" Sapaku.

"Abang, sehat kan? Bunda kok tiba-tiba kepikiran El sama Abang ya. Kalian sehat kan?" Ucapnya.

Aku terdiam, selama ini aku tau naluri seorang Ibu itu tak pernah salah.

"Sehat kok Bun." Jawabku.

Di sela-sela obrolanku dengan Bunda, El memasuki kamar tepat saat Bunda memintaku untuk memberikan handphone-ku kepada El.

Bunda memang sangat menyayangi El. Apapun yang El lakukan Bunda selalu bisa memahami, Bunda pernah bilang "kalau Abang buat El sakit, Abang sama aja nyakitin 3 perempuan. El, Ibu, dan Bunda. Jadi, jangan pernah buat El sakit ya Bang."

Aku menatap El yang sedang bercengkrama dengan Bunda di telfon, rasanya rindu melihat El senyaman itu berbicara.

***

Pagi ini aku bangun lebih dulu dari El. Memperhatikannya saat ia masih memejamkan matanya adalah hal yang paling sering aku lakukan. Namun, beberapa saat setelahnya El membuka matanya perlahan dan menatapku.

PETRICHOR [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang