Alreyshad
Jam menunjukan pukul 13.00, saat aku dan El tiba di depan kediaman Ayah El. Berulang kali El menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.
"Le, are you okay?" Ucapku pelan.
El mengangguk dan tersenyum.
El menggenggam tanganku dengan erat saat kami menuju pintu rumah Ayahnya. Setelah mengetuk pintu, kami disambut dengan seorang wanita, yang sepertinya istri dari Ayah El.
"Oh, Ale ya. Dan ini..... Elea? Masuk sayang" Ucapnya dengan ramah.
"Iya tante." Jawab kami dengan senyum.
"Duduk nak, sebentar tante panggilkan Ayah ya." Ucapnya menyuruh kami masuk.
El, benar-benar hanya menunduk dan diam.
"Le?" Panggilku khawatir.
El kembali menatapku dan tersenyum. Aku benar-benar tak akan melepas genggamanku padanya kali ini. Aku tau ia menahan segalanya. Aku tau ia benar-benar ingin menemaniku menemui Ayahnya.
"Ale." Panggil seseorang dari arah belakang.
El semakin menunduk, sekilas aku melihat ia menutup matanya dan mencoba untuk mengalihkan pikirannya. El benar-benar berusaha semampunya.
Ayah El duduk di dekatku dan menatap anaknya yang sedari tadi menunduk sambil memejamkan matanya. Sungguh saat ini aku hanya ingin membawa El keluar dari situasi ini. Aku tau El menahan segalanya karena genggaman tangannya benar-benar kuat.
"Om, seperti yang udah Ale utarakan sebelumnya di telfon tempo hari, Ale mohon izin dan restu untuk menikahi El, pernikahannya akan dilangsungkan 2 bulan ke depan." Ucapku.
Ayah El mengangguk, namun pandangannya tak lepas dari putri satu-satunya yang duduk di sampingku. Ada rasa bersalah di matanya.
Ayah El sudah siap dengan kata-katanya, namun terdiam saat tiba-tiba El membuka suaranya.
"Ayah." ucapnya getir.
Punggungnya bergetar. El menangis.
"Ayah, Elea minta maaf. Maaf jika seumur hidup Lea, Lea pernah mengecewakan Ayah. Maaf jika ada sikap dan perkataan Lea yang tidak berkenan di hati Ayah. Lea, mohon restu dan izin Ayah, untuk dinikahkan dengan Ale di hari Akad nikah kami, tanpa perantara lain, Lea pengen Ayah yang jadi wali Lea." Ucapnya terbata-bata.
Ia benar-benar mengatakannya dengan mata yang tertutup dan kepala yang tertunduk.
Ayah El terdiam sejenak, "Le, Ayah bersedia dan merestui Lea dan Ale. Ayah harap Lea, putri kecil Ayah selalu bahagia." Ucap Ayah El.
Setelah memohon izin dan mengobrol sebentar akhirnya aku dan El pamit.
"Om, Ale mohon maaf sebelumnya. Mengingat kondisi Lea...." ucapku yang terpotong oleh ucapan Ayah.
"Nggak apa-apa, om mengerti. Ale jaga Lea ya." Ucapnya yang aku iyakan.
Aku segera membawa El pamit menuju mobil. Nafas El terengah, badannya bergetar, ia juga menutup telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR [COMPLETED]
General Fiction(Sequel of EPOCH) Hari itu menjadi sangat kaku, Ketika sepasang mata ini bertemu lagi denganmu.. Terpaku menatap senyuman yang tertuju padaku. Hai, Aku rindu... PETRICHOR ˈpɛtrʌɪkɔː (n) : A pleasant smell that frequently accompanies the first rain a...