17. Minta Maaf

870 135 10
                                    

Keadaan apartemennya saat ini cukup hening. Baik Reira maupun Juan tidak ada yang berani buka suara ketika Winda---Mama Juan, hampir setengah jam lebih berbicara panjang lebar.

Harus mereka akui, keduanya memang bersalah tapi mau bagaimana lagi.

"Mama sudah tahu semuanya." Winda menatap putra satu-satunya lalu ia menatap keponakannya. "Juan kalau ada masalah pasti bakal sembunyi di tempat kamu."

Sejujurnya Winda pun tidak bisa mengomeli keduanya, hanya saja dia tidak ingin anak laki-lakinya ini kabur dari masalah yang dia hadapi. Helaan napas keluar, Winda akhirnya kasihan juga melihat kedua anaknya menunduk tanpa mau membalas perkataannya.

"Kalian sudah makan?" Tanya Winda yang kemudian beranjak dari sofa.

Keduanya menggelengkan kepala. Winda tersenyum, tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala Reira dan Juan. "Ayo bantu Mama memasak di dapur. Tadi Mama bawa banyak bahan masakan."

Bagaikan dua ekor anak anjing yang mengikuti induknya, Reira dan Juan menurut dan mengekor di belakang Winda menuju ke dapur. Winda yang melihat tersenyum tipis, tidak menyangka jika kedua anak yang ada di belakangnya itu kini sudah duduk di bangku kuliah.

"Kamu suka makanan pedas, Nak?" Tanya Winda ke Reira yang kini berdiri di sebelahnya.

Reira menggeleng malu-malu, "Tidak... Hmm, tapi aku bisa kok kalau takarannya tidak banyak. Hehehe..."

"Pedasnya sedang? Begitu ya," gumam Winda yang kini melenggang ke kantong plastik berisi belanjaannya yang ada di atas meja.

Juan yang sama sekali tidak membantu hanya menguap di meja makan. "Sekali-kali kamu harus aku ajak makan seblak."

"Seblak?" Ulang Reira yang kini memandang sepupunya bingung.

Juan langsung mengangguk penuh semangat. "Katanya kalo cewek doyan seblak itu tipe cewek playgirl."

"Hush! Ngawur kamu." Winda menatap putranya tajam. "Jangan ajari sepupumu yang aneh-aneh Juan."

Namun ucapan dari sang ibunda tidak dihiraukan sama sekali oleh pemuda itu. Malah ia mengerling jahil ke Reira. "Mau gak? Nanti kita jalan sama anak-anak yang lain. Berburu seblak tercinta..."

"Sampe berburu seblak?"

"Iya seblak. Nanti kita ngeng-ngeng terus nyari seblak."

Karena tidak dipedulikan oleh Juan, akhirnya Winda memilih fokus dengan apa yang ingin ia masak malam ini. Sebenarnya bisa saja Winda menyuruh Juan membeli makan secara online, tapi Winda yakin jika Reira ingin makan hasil masakannya.

Karena sudah lama sekali ia tidak membuatkan makanan untuk Reira.

"Juan, lain kali ajak Reira ke rumah," ucap Winda ketika ia mengiris bawang tipis-tipis. Kemudian menoleh ke Reira yang fokus mengupas kulit wortel. "Atau kamu aja yang langsung main ke rumah. Udah hapal Malang kan?"

Reira hanya memberikan cengirannya. "Hehehe, belum Tante."

"Duh... Gak apa-apa deh. Kan ada Juan,"

Juan yang sedang memainkan ponselnya langsung berakting pura-pura budek. Bahkan dengan tengilnya pemuda itu mengorek telinganya dengan jari kelingkingnya.

"Hmm, seperti ada yang ngomong."

Sebelum ia kembali fokus bermain dengan ponselnya.

Sebelum ia kembali fokus bermain dengan ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RENJANA | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang