[17]

1.1K 147 1
                                    

"Kevin? Kamu pulang ke sini?"

Waktu baru mau naik tangga, mamanya manggil Kevin. Kayaknya sih dari dapur. Beliau langsung peluk anaknya itu dengan sayang. Pahadal sehari aja ga ketemu Kevin rasanya rindu, tapi anaknya sendiri yang mau hidup mandiri jadi mau gimana lagi.

"Iya, Ma. Papa nyuruh aku pulang ke sini tadi."

Mamanya jadi terdiam agak lama. Beliau natap Kevin yang entah kenapa malah senyum terus sejak pertama dia lihat mamanya.

"Vin, mending ngobrolnya besok pagi aja, ya? Kamu istirahat aja di kamar."

Kevin geleng pelan. Dia genggam satu tangan mamanya, "Ga apa-apa kok, Ma. Udah ya. Nanti aku nginep di sini kok, kangen masakan Mama, hehe."

Anak pertamanya itu perlahan naik tangga lalu belok ke ruang kerja suaminya.

"Pa?" Kevin ketuk pintunya beberapa kali lalu langsung masuk.

Papanya lagi duduk di kursi kerjanya. Ada laptop yang terbuka di atas meja.

"Duduk sini, Nak."

Kevin sebenarnya males banget tiap ngobrol berdua dengan papanya. Pasti ujungnya bakal berantem, Kevin capek sendiri.

"Kamu lagi ada masalah apa, Nak? Kenapa bisa nilaimu turun begitu?"

Papanya sedikit ngelempar beberapa lembar kertas di hadapannya. Kevin langsung ambil kertas itu. Ternyata bukan cuma nilai Kevin, nilai Chan-Hee dan Chang-Min pun ada.

See? Kevin udah otomatis pasang ekspresi datar lantaran sebenarnya ga ada masalah apa pun dengan nilainya. Cuma turun sedikit, beneran sedikit.

"Pa—"

"Tetap saja penurunan, Kevin."

Udah hapal. Kevin udah mengalami hal ini sepanjang hidupnya. Bahkan untuk jelasin ke papanya pun sulit.

Tapi semakin dewasa, sekarang Kevin udah males debat dengan beliau. Dia lebih banyak diam saat diceramahi.

"Udah? Ga ada yang mau diomongin lagi selain ini?"

"Kevin—"

"Pa, aku capek. Please kali ini aja jangan bahas nilai, ya—"

Plak!

Udah berapa kali Kevin ditampar seperti ini, ya? Kevin sendiri pun lupa.

"Kamu jadi ga ada hormatnya ke orangtua. Kamu kenapa? Apa ada sesuatu di kampus yang bikin kamu jadi mudah membangkang orangtua?"

Kevin takut meledak di sini, jadi dia lebih milih diam.

Akhirnya, lagi-lagi, Kevin ngalah.

"Maaf, Pa."

Dia nunduk, ga mau lihat wajah papanya lagi. Setidaknya untuk hari ini.

"Ujian akhir nanti Papa lihat nilai kamu. Kalau turun lagi, lebih baik ga usah kuliah. Ngerti, Nak?"

Setelah mengangguk pelan, Kevin langsung keluar ruangan. Dia ngelamun di sepanjang lorong.

Bruk!

Kevin nabrak sesuatu, atau mungkin seseorang?

"Kak? Lo kenap—Kak??? Pipi lo kenapa??"

Kevin angkat pandangannya. Ternyata Chan-Hee. Kayaknya dia baru pulang. Mungkin Chang-Min masih di bawah. Biasalah dia, nempelin mamanya.

Kevin senyum kecil, geleng pelan. "Kenapa? Ga kenapa-napa."

"Ih itu pipi lo—"

"Mama mana, Chan?"

Triplets || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang