18🌚

5.8K 445 8
                                    

BRUKKKK

Tubuh Risa limbung ke tanah. Devano yang melihat itu segera menghampiri nya, bagaimana pun Risa adalah sahabat nya.

Didepan mata Kanaya, Devano menggendong Risa. Udara atmosfer Kanaya menipis, rasa sesak di dada nya sangat terasa. Alana yang melihat perubahan pada wajah Kanaya hanya bisa mengusap pelan bahu temannya itu. "Lo gapapa?" Tanya Alana khawatir.

Kanaya menggeleng sebagai jawaban ia tidak apa-apa. Sebenernya kepala nya terasa pusing karena tadi ia tidak sarapan. Papanya pun sudah menyuruhnya sarapan tetapi Kanaya sedang tidak ingin memakan apapun tadi pagi. Terlebih lagi melihat Devano yang begitu khawatir pada Risa membuat pikirannya bertambah. Apakah ia harus mengikhlaskan nya?

Upacara telah usai, murid-murid pun segera kembali ke kelasnya untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran nya.

Kanaya berjalan lesu menghampiri teman-teman nya ke kelas. Sejak kapan ia lemah karena cinta seperti ini? Ayolah bukan Kanaya banget.

"Vano dimana Bar?" Tanya Kanaya pada Bara yang duduk di belakang nya.

"Masih di UKS kayaknya Nay," Jawaban Bara membuat Kanaya semakin gelisah, sebenarnya apa hubungan Devano dengan Risa? "Bar, Risa itu siapa sih?"

"Ya murid baru lah! Lu kan tau!"

"Gue juga tau Bara! Maksudnya tu ada hubungan apa sama Vano?" Kanaya memang benar-benar sangat ingin mengetahui siapa itu Risa sebenarnya. Kenapa ia sangat dekat dengan kekasihnya itu?

Bara tidak tau harus menjelaskan apa, mata nya melirik Dion untuk meminta bantuan, Dion menggeleng kan kepala berarti jangan dulu diberitahu.

"Gue gatau lah!"

Kanaya mendengus kesal mendengar jawaban itu.

Tidak lama setelah itu, Devano muncul di ambang pintu kelas, tetapi tidak dengan Risa. Ia langsung duduk di kursinya lalu menoleh ke arah Kanaya. Devano tak mengerti apa yang sedang Kanaya pikirkan sekarang, ia bukan cowok yang mudah peka.

Setelah lama dalam keheningan, Devano membuka suara. "Kamu ngambek?"

"Gak. Van." Jawab Kanaya penuh penekanan.

"Aelah Van! Pake nanya lo! Pacar mana yang gak ngambek liat pacarnya gendong cewek Laen di depan matanya!" Sahut Alana yang ada di depan meja mereka.

Mauren yang mendengar itu langsung menimpali. "Parah lo!"

Melihat Devano yang terpojokkan, Bara dan Dion terkekeh geli.

Devano menatap tajam satu persatu temannya itu, jangan sampai mereka mempengaruhi pacarnya itu. Apalagi Alana dan Mauren.

Matanya kembali terfokus pada Kanaya yang sedang membaca sebuah novel itu, "Aku cuman nolongin dia, Nay." Tangan Devano beralih menggenggam tangan Kanaya. "Maafin ya." Ucap Devano meminta maaf.

Tetapi Kanaya sama sekali tak menggubris nya, malah perlahan-lahan melepaskan genggaman tangannya dari Devano.

"DUNIA SERASA MILIK BERDUA YA! YANG LAIN MAH CUMAN NGONTRAK!" Heboh Dion membuat tertawa murid-murid yang ada dikelas.

"Siapa yang ngontrak, Dion?" Suara itu membuat kicep nama yang tadi disebut. Guru dengan penggaris panjang yang ada di genggaman tangannya, sejak kapan guru itu masuk? Bisa mati Dion.

Murid yang lainnya tertawa melihat muka pias Dion, begitu pun dengan Kanaya yang sedari tadi menahan tawanya.

***

Bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu, kini Kanaya sedang berada di rooftop untuk menepati janjinya pada si pengirim pesan itu.

Devano tadi sudah mengajaknya pulang, tetapi ia menolak. Dan setelah itu Risa menghampiri untuk meminta tolong Devano mengantarkan nya pulang. Kanaya pergi dari kelas itu dengan perasaan kesal.

"Segitunya ya lo mau tau gue siapa." Ujar seseorang yang membuat buyar lamunan Kanaya.

"Kak Jessica!?"

"Iya ini gue, kenapa? Kaget?" Ujar Jessica dengan senyuman devilnya. Ya, Jessica letta. Kakak kelas yang waktu itu hampir membully nya di kantin.

"Mau Lo apasih!" Ketus Kanaya. Menghilangkan embel-embel "Kak."

"Heh! Denger ya murid baru! Lo tuh udah ngambil Devano dari gue! Dari dulu gue suka sama dia tapi gaada sama sekali responnya! Sedangkan Lo? Murid baru genit langsung dapet aja tu Devano!" Sungut Jessica.

"Gue gak genit! Pantes aja Devano gak respon lo! Kelakuan aja lo kayak gini! Mau cosplay jadi Tante girang? Haha." Kanaya masih bisa bergurau di saat serius seperti ini.

"Oh, berani Lo ya?!" Jessica menyunggingkan senyuman liciknya itu. "Kalian! Masuk!" Lalu terdapat dua orang teman Jessica yang masuk kedalam rooftop yang sepi itu.

"Berani nya maen keroyokan!"

"Kenapa? Takut? Bukannya Lo berani?!"

Jessica dan kedua temannya menghampiri Kanaya dan memulai menjambak rambut gadis itu. Tapi Kanaya langsung menangkis tangan salah satu teman Jessica sampai mengaduh kesakitan. Jangan salah, Kanaya bisa bela diri walaupun sedikit-sedikit.

"Ssshh, lepas anjing!" Ringis Kanaya saat teman Jessica yang satu nya lagi berhasil meraih rambutnya. Cih. Dasar. Maennya jambakan.

Jessica menyeringai, "Mau yang lebih dari ini?" Lalu ia mengambil cutter dari kantongnya.

"Mau ngapain Lo?!"

"Hanya sedikit bermain-main, Tan! Robek baju dia!" Titah Jessica pada temannya itu. Lalu merobek baju Kanaya dan menyisakan tanktop nya saja.

"Mau yang mana dulu nih?"

"Awshhh." Ringis Kanaya saat Jessica menggoreskan cutter pada pipi mulusnya itu.

Jessica tersenyum puas. "Kalo wajah Lo jelek, Vano gak akan mau sama Lo! Haha."

Lalu tangannya beralih ke leher Kanaya itu, "Awsshh, stop it!"

BRAKKKK!

Suara pintu yang di dobrak oleh seseorang, "STOP JESSICA!"

***




Follow Instagram
@melatiiiidw
@wattpadmelati

Lebih suka di spam komen, hehe.

Kanaya & Devano [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang