33🌚

5.3K 391 36
                                    

Tandai kalo ada typo ya

Part ini mengandung bawang(T T)

Baca nya pelan-pelan biar keliatan panjang><

Vote dulu udah?

_________________________________

“Terimakasih telah menjadi bagian dari hidup gue, walaupun cuman sebentar.”
Kanaya Putri Maulin
______________________

Kanaya sampai di rumah sakit, kaki nya tidak berhenti berlari menelusuri koridor rumah sakit. Dia menuju kamar rawat Danu, tetapi saat membuka pintu tidak ada siapa-siapa di kamar itu.

Apakah Kanaya salah kamar? Dia rasa tidak.

Kanaya keluar, melihat suster yang melewati kamar itu, “Sus!” panggil Kanaya membuat Suster itu menoleh.

“Ada yang bisa saya bantu?”

“Pasien yang di kamar ini kemana ya sus?” tanya Kanaya.

Suster itu ragu untuk menjawab, “Pasien nya sudah di pindahkan ke kamar pojok sana,” jawab suster itu seraya menunjuk Kamar yang berada paling pojok rumah sakit.

Kanaya menyerngit, kenapa di pindahkan ke ruangan pojok? Tidak mau berlama-lama Kanaya segera melangkahkan kakinya dengan terburu-buru.

Hati Kanaya merasa sakit ketika dia sampai di kamar itu. Jadi, kamar pojok yang di maksud suster itu kamar mayat? Pandangan kanaya beralih pada Ayana dan Pras yang menunduk.

“Mah?” panggil Kanaya parau.

Pras dan Ayana menoleh, menghampiri Kanaya yang berdiri kaku. Merangkul pundak Kanaya, “Mau masuk?” Pras menawarkan Kanaya untuk memasuki kamar mayat itu.

“Ada siapa di dalem?”

“Danu.”

Kanaya menatap tidak percaya, pelan-pelan dia mendekati kamar itu dan membuka pintunya, disusul oleh Pras dan Ayana di belakang nya. Air mata nya sudah tidak bisa di tahan lagi ketika melihat seorang lelaki yang terbujur kaku.

“Danu, dia—” Kanaya terisak.

“Dia udah nggak ada Nay,” Ujar Pras. Lelaki itu menangis. Putra yang dia punya satu-satunya sudah tiada.

Kaki Kanaya lemas, kenapa begitu cepat engkau mengambilnya? Bahkan dirinya belum menciptakan kenangan manis bersama Danu. Dia baru merasakan mempunyai kakak, dan itu hanya sebentar.

Kanaya menatap nanar lelaki yang terbaring di depannya ini, “Kenapa cepet banget Dan?”

“Gue bahkan belum sempet manggil lo dengan sebutan kakak,” Kanaya kembali menangis. Ayana mendekati Kanaya, merangkul gadis itu. Mereka harus mencoba ikhlas, jodoh dan kematian hanya tuhan yang tau.

“Tapi gue lega, lo pasti nggak ngerasain sakit lagi kan?” Kanaya berbicara pada wajah Danu yang sudah pucat itu. “Tenang di sana Dan, adik sayang kakak.”

Ayana dan Pras menangis terharu, rasanya benar-benar seperti mimpi. Danu yang terlihat baik-baik saja dan tidak pernah menunjukkan rasa sakitnya saat ini sudah tiada. Kanaya menutup kainnya kembali untuk menutupi wajah Danu. Mencoba untuk menghapus sisa-sisa air mata nya.

Ketika tadi Kanaya berangkat sekolah, Danu kembali merasakan sakit di dadanya dan kembali batuk sampai mengeluarkan darah. Pras dan Ayana yang baru saja datang itu kaget melihat Danu sudah terbaring lemas di atas brankar ya dengan darah yang banyak di tangan dan bajunya. Mereka langsung memanggil dokter untuk segera menangani Danu. Tetapi sayang, nyawa Danu sudah tidak bisa di selamatkan.

Kanaya & Devano [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang