30🌚

5.8K 379 27
                                    

Siapa yang nunggu Kanaya & Devano update?

Vote dulu udah?

_________________________________

“Kadang suka mikir pengen jadi bagian bintang-bintang dilangit, biar di lihat banyak orang.”

Kanaya Putri Maulin

______________

Seperti tadi yang Devano bilang, dia akan mengajak Kanaya kerumahnya saat pulang sekolah. Sebelum itu Kanaya sudah meminta izin pada Papa nya.

Mereka sampai, Kanaya menatap kagum rumah di depannya ini. Bahkan rumah Devano 2x lipat lebih besar dari rumahnya. Devano menggandeng tangan Kanaya untuk mengajaknya masuk kedalam.

“Aku deg-degan,” lirih Kanaya.

Devano terkekeh, “Tenang aja bunda nggak gigit.”

Kanaya menghembuskan nafasnya pasrah, kenapa ia sangat gugup sekali? Mungkin karena ini pertama kali Kanaya mengunjungi rumah kekasihnya. Dulu Kanaya tidak pernah berminat untuk mempunyai pacar. Bahkan di sekolahnya dulu para lelaki itu tidak berani mendekatinya.

Devano membuka pintu rumah yang tidak dikunci itu, “BUNDAA! VANO PULANG BAWA CALON MANTU BUNDA!!” Teriak Devano membuat Kanaya memelototkan matanya.

Kanaya menggerutu dalam hati.

“Nggak usah teriak-teriak Vano!—eh ini siapa? Cantik banget,” Rina—bunda Devano itu baru saja keluar dari dapur.  Pandangan nya langsung menuju gadis yang ada di samping anaknya. “Pacar Vano ya?” Tanya Rina membuat Kanaya mengangguk canggung.

“I-iya Tante,” Jawab Kanaya gugup.

Rina tersenyum ramah, “Ayo sini, panggil bunda aja ya jangan Tante,” ucapan Rina membuat hati Kanaya menghangat, dia jadi merasakan mempunyai ibu lagi.

“Iya tan—eh bunda,” Kanaya tersenyum manis. Lalu mengikuti bunda Devano masuk kedalam rumah besarnya. Bahkan ruangannya sangat luas.

Devano mendengus sebal. Kenapa malah ia di tinggal? Bundanya ini memang benar-benar melupakan anaknya sendiri.

“Duduk dulu ya, kebetulan bunda tadi habis bikin kue,” titah Rina pada Kanaya. Lalu bangkit menuju ke dapur.

Kanaya menoleh pada Devano yang baru saja duduk di samping nya itu, “Luka kamu nggak mau di obatin?” tanyanya.

“Mau, tapi sama kamu,” ujar Devano tenang.

Kanaya terkekeh, “Modus banget sih,” seraya mencubit tangan Devano. Devano meringis, kenapa perempuan kalo ketawa selalu main tangan?!

“BUNDAA!! ABANG UDAH DATENG YA? DI DEPAN ADA MOT—Eh kak,” Dia Dinda—anak itu baru saja pulang dari les di sekolahnya. Menghampiri Kanaya dan Devano yang sedang duduk itu, menyalimi tangan keduanya.

“Berisik bocil! Jangan teriak-teriak!” ketus Devano membuat Dinda mengerucut kan bibirnya.

“Kenalin kak aku Dinda, adik nya bang Vano yang paling cantik hehe,” Ujar Dinda memperkenalkan diri pada Kanaya. “Nama kakak siapa?” tanyanya.

Kanaya terkekeh, sifat Dinda sangat bertolak belakang dari Devano. Jika Devano dingin dan selalu menjaga image, maka Dinda itu Bar-bar dan tidak tau malu. “Nama kakak Kanaya, kamu panggil kak Naya aja ya cantik,” ujar Kanaya membuat Dinda mengangguk senang.

Tidak lama Rina datang membawa kue yang tadi ia buat di tangannya, “Dinda, kamu ganti baju dulu!” titah Rina pada Dinda yang masih memakai baju sekolah itu.

Kanaya & Devano [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang