32🌚

5.2K 395 33
                                    

Tandai kalo ada typo ya

Vote dulu udah?

_________________________________

“Gue kira, gue satu-satunya. Ternyata salah, gue salah satu nya.”
—Devano Abraham
______________________

Devano tidak henti-hentinya mengecek ponselnya. Kenapa Kanaya tidak membalas pesan nya? Kemana gadis itu. Devano meraih jaketnya, berniat untuk kerumah Kanaya.

“Mau kemana Van?” tanya Rina ketika melihat anaknya turun dengan pakaian rapih.

“Keluar bentar bund,” jawab Devano. “Sebentar doang ko,” lanjutnya.

Rina mengangguk, “Pulang nya kerumah ya, jangan ke apart!” peringat Rina.

“Iya bund,” Devano melanjutkan langkahnya ke luar rumah. Menyalakan mesin motornya dan segera menuju rumah Kanaya.

Banyak pertanyaan yang berada di pikiran Devano, apakah Kanaya sudah pulang kerumah? Kenapa tidak membaca pesannya? Dia akan mencari jawaban ketika sudah bertemu dengan gadis nya itu.

Di tempat lain, Kanaya, Ayana dan Pras menunggu dokter yang menangani Danu. Mereka sangat cemas terutama Pras, ada apa sebenarnya dengan anaknya? Pras merasa bodoh karena tidak tahu apa yang sedang di alami oleh anaknya.

Tidak lama dokter yang menangani Danu itu keluar, “Pihak keluarga?” tanya dokter itu.

“Kami keluarganya dok,” jawab Pras.

“Mari, ikut ke ruangan saya.”

Dokter itu berjalan mendahului Pras dan Ayana. Mereka mengikuti dokter itu kecuali Kanaya, dia tetap menunggu di depan kamar ICU.

Kanaya melihat suster yang baru keluar dari kamar ICU itu menghampiri nya, “Pasien sudah sadar dan terus menyebut nama Kanaya,” tutur suster membuat Kanaya menghembuskan nafas lega.

“Apa boleh saya masuk?” tanya Kanaya membuat Suster mengangguk menanggapi.

Kanaya membuka pelan knop pintu, ada sepasang mata yang memperhatikan nya. Danu, pria itu bahkan sudah tidak menunjukan rasa sakitnya. “Gue pikir, gue nggak akan lihat dunia lagi.”

Ucapan Danu itu membuat Kanaya menggeleng, “Jangan ngomong yang nggak-nggak,” Kanaya menghampiri Danu dan duduk di bangku samping brankar Danu.

“Thanks, Nay.”

Kanaya menyergit bingung, “Untuk?”

Danu terkekeh, “Karena lo gue bertahan, tapi mungkin nggak lama lagi gue—”

“Ngomong apa sih?!” Kanaya berkacak pinggang dan memasang wajah galak. “Mending lo istrihat, muka lo pucet banget.”

Danu menghembuskan nafasnya pelan. Tidak lama suara pintu terbuka menampilkan Pras dan Ayana, wajah mereka menunjukkan kesedihan. Danu tebak, pasti dokter sudah memberitahu mereka tentang penyakitnya.

“Kenapa kamu nggak pernah bilang? Ayah merasa jadi orang paling bodoh Dan,” Ujar Pras terdengar parau.

Danu tertawa remeh, “Buat apa Danu bilang? Danu nggak penting bagi Ayah.”

Pras diam, dia meruntuki dirinya sendiri. Ayah macam apa dia? Bahkan ketika saat anak nya tidak pulang 2 Minggu untuk menjalani perawatan, dia malah menuduh anaknya itu macam-macam dan sempat mengusir nya bahkan memukuli Danu.

Sementara Kanaya masih bingung, sakit apa yang diderita Danu sebenarnya? Kanaya menatap Pras dan Ayana bergantian. “Danu sakit apa, Mah? Yah?” tanyanya.

Kanaya & Devano [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang