The Same Feelings

10. Revita - Him

“Aku punya kabar baik dan  kabar buruk buat kamu. Jadi, mau denger yang mana dulu?” Lucas mulai membuka topik pembicaraan serius, setelah sejak tadi kami tidak ada hentinya untuk bercanda. Baik aku maupun Yuuta memandang lurus Lucas.

Di sore hari yang lumayan cerah ini, aku langsung diculik paksa oleh mereka berdua dari rumah Alvaro. Aku masih ingat betul bagaimana betenya tampang Alvaro saat kedua laki-laki ini melarangnya untuk ikut. Tapi akhirnya ia menyerah juga, setelah Yuuta dan Lucas berjanji akan menjagaku dan mengantarku pulang dalam keadaan utuh. Dengan tidak ikhlas ia membiarkanku pergi.

Kami bertiga sedang berada di BitterSweet. Lucas terlihat begitu takjub saat menginjakan kaki di BitterSweet untuk pertama kalinya. Dia juga berkata, kenapa tidak menemukan kafe dengan suasana nyaman seperti ini sejak dulu sana. Kalau menurutku itu salahnya sendiri yang tidak suka keliling dari satu kafe ke kafe lain. Sedangkan aku sendiri bisa menemukan BitterSweet juga karena aku suka mencoba setiap kafe yang ada di kota ini. Ketika menemukan BitterSweet barulah aku tidak pernah ke kafe-kafe yang lain lagi.

Kusandarkan punggungku pada sandaran kursi, mencoba merilekskan tubuh sebisaku. Sama sekali tak pernah kusangka kalau aku bisa mendapatkan hasilnya secepat ini dari Lucas. Mungkin aku bisa meminta salah satu anak buah Lucas untuk menjadi bawahanku. “Good news, please.” Putusku kemudian.

Lucas tersenyum miring, sepertinya ia sudah menebak apa pilihanku sejak tadi, dan ternyata tebakannya benar. “So, the good news is.... we found it!” Seru Lucas dengan semangat.

Kedua bola mataku terbelalak seketika, “Serius?!” Pekikku tak percaya.

“Serius! Ciri-cirinya kayak yang kamu minta. Baleno hitam keluaran tahun dua ribu dan bodi bagian kirinya ringsek parah.” Sahut Lucas. “Ketemunya di bengkel ketok magic di daerah jalanan mau ke Pelabuhan Ratu. ”

“Jauh amat?!” Sekali lagi aku memekik kaget. Bagaimana tidak? Jarak dari lokasi aku kecelakaan dan Pelabuhan Ratu itu seperti dari ujung ke ujung. Jadi bisa dibayangkan bagaimana jauhnya.

“Terus, kabar buruknya?” Akhirnya Yuuta mulai ikut angkat suara. Aku memandang ke arah sepupuku itu. Dari gerak-geriknya yang sejak tadi duduk dengan tidak tenang serta bola mata yang selalu saja bergerak ke kanan dan ke kiri, sepertinya ia sedang gelisah.

“Kabar buruknya... Pegawai di bengkel itu nggak ada yang tau siapa pemilik dari mobil ini. Salah satunya cerita, kalau mobil itu udah ada di sana gitu aja. Dengan selembar catatan, pernyataan kalau mobil itu silahkan diperbaiki dan digunakan sesukanya. Maksud yang aku tangkep di sini, si doi ngasih secara Cuma-cuma mobil itu ke siapapun yang nemu pertama kali.” Jelas Lucas dengan panjang lebar.  

Aku termenung mendengar penuturan dari Lucas, “Kenapa harus ngasih secara sukarela gitu?” Tanyaku pada akhirnya.

“Nggak tau juga. Yang aku tau, karna asal-usul mobilnya nggak jelas, akhirnya ya nggak ada yag berani apa-apain tuh mobil.” Jawab Lucas dengan mengendikan bahu. “Dan kamu tau info apa yang lebih mengejutkan lagi?”

Kedua mataku lurus memandang Lucas dengan pandangan seolah mengatakan ‘apa?’ padanya. Lucas terkekeh sebentar, sepertinya ia senang karna sudah berhasil membuatku penasaran setengah mati.

“Waktu diselidiki lebih lanjut, ternyata itu mobil curian. Seminggu yang lalu.” Bukan hanya aku saja yang terkejut mendengar pernyataan Lucas. Yuuta yang sedari tadi sibuk mengamati keadaan sekitar juga terkejut. Bahkan tanpa sadar kedua matanya sudah terbelalak dengan lebar.

“Jodan desho?!—Bercanda kan?!” Hardik Yuuta sembari menggebrak meja. Hampir saja aku terjatuh saking terkejutnya.

Lucas menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Sori, tapi gue nggak bercanda, Yuuta.” Timpalnya. “Dan satu hal yang harus kita inget baik-baik, apalagi kamu Revita, siapapun orang yang lagi kita selidiki ini, sebaiknya kita harus hati-hati. Kelihatan banget kalo dia pinter, kerjanya juga licin, tipe orang yang patut diwaspadai deh pokoknya. Ngerti?”