Sebelumnya maap kalo feelnya kurang dapet yaa, aku sudah berusaha kawan :"
PS: Yang ditulis miring itu flashback
#PeaceUp
-----------------------------
Kuamati dengan lekat wajah Alvaro yang sedang tertidur. Aku terkejut saat tiba-tiba saja Alvaro sudah tidak sadarkan diri di dalam pelukanku. Awalnya kupikir dia demam, ternyata hanya pingsan. Mungkin kecapekan dan terlalu banyak pikiran. Aku bisa melihatnya dengan jelas hanya dari wajahnya saja. Sebenarnya apa yang sedang ia pikirkan? Kenapa juga bisa sampai seperti ini? Apa pekerjaannya terlalu berat untuknya?
Malam ini aku akan membiarkan Alvaro tidur di kamarku. Kasihan kalau aku harus membangunkannya. Sementara aku sendiri, kemungkinan malam ini aku tidak akan tidur. Rasa kantukku sudah menguap entah kemana setelah melihat kondisi Alvaro tadi. Padahal sekarang, jam tangan yang melingkar di tangan kananku sudah menunjukan pukul 00.32 WIB.
Karena tidak tahu apa yang harus aku lakukan, akhirnya aku hanya bisa duduk di single sofa yang tak jauh dari ranjang dimana Alvaro tengah tertidur dengan lelap. Aku hanya memperhatikannya tanpa berbuat apa-apa. Aku jadi memikirkan kejadian-kejadian mengerikan yang terjadi seminggu belakangan ini. Dan puncaknya tadi siang bersama Yuuta. Ingin sekali aku menceritakan semua masalah yang sedang mengganggu pikiranku dan selalu saja berhasil membuatku takut pada Alvaro. Tapi semua cerita itu hanya tertahan di bibir tanpa berani kuungkapkan. Pada akhirnya, yang tahu hanya Yuuta dan Lucas saja.
Apa yang harus ku lakukan sekarang?
♪
Sudah lima kali berturut-turut aku mendapat paket yang sangat tidak menyenangkan. Dan hari ini adalah yang keenam kalinya. Tiba-tiba saja di depan rumah sudah ada sebuah kotak yang lumayan besar yang ditujukan padaku, karna namaku tertera jelas di sana. Tapi, tanpa membuka kotak itu pun aku sudah tahu apa isinya. Karna merasa takut dan juga ngeri melihat isinya, aku langsung membuangnya sejauh mungkin.
Kali pertama aku mendapatkan paket misterius tersebut, aku pikir hanya kerjaan orang iseng. Atau paling tidak, teman-temanku yang jahilnya sedang kumat. Dan saat aku buka tutup kotaknya, aku terkejut bahkan nyaris berteriak melihat apa isi kotak tersebut. Bangkai tikus dengan darah segar yang masih mengalir dari lehernya. Di sana juga terdapat pesan.
Selanjutnya lo yang akan berakhir seperti ini.
Pesan itu ditulis dengan darah. Tanpa nama pengirim. Jujur saja, awalnya ketakutanku hanya biasa saja. Tapi tak kusangaka, ternyata keesokan harinya aku masih mendapatkan paket yang sama. Jelas ini bukan ulah orang iseng. Ada orang yang sengaja ingin menakutiku dengan teror-terornya yang tidak jelas seperti ini. Sialnya, dia berhasil! Sekarang aku ketakutan setengah mati. Bahkan hampir seminggu ini aku tidak pernah keluar rumah sama sekali. Hanya Yuuta, Lucas, Naira dan Valeria yang main ke rumah ini.
Jovan juga sempat mengajakku keluar jalan-jalan atau sekedar makan siang. Tapi aku menolaknya dengan halus. Aku benar-benar takut untuk keluar rumah sekarang. Meskipun ada dua orang bodyguard dan juga teman-teman yang pastinya akan selalu menjagaku, aku masih saja merasa ketakutan.
Bodohnya, sekarang aku sudah berada di salah satu pusat perbelanjaan bersama Yuuta dan Lucas. Kedua orang itu memang pintar sekali untuk membujuk orang mengikuti kemauannya. Makanya aku terjebak di sini. Alasan mereka berdua mengajakku kemari ingin menghiburku. Menyenangkan diriku yang sedang dilanda galau dan ketakutan. Apalagi ditambah rasa rinduku ingin bertemu dengan Alvaro, karna sudah seminggu tidak bertemu. Aku juga tidak tahu kenapa, tapi semenjak Alvaro sibuk dengan pekerjaannya, aku merasa ada sesuatu yang hilang. Entah apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Same Feelings
Подростковая литератураKisah Alvaro Gavriel dan Revita Pradipta yang baru saja dimulai... --Sekuel The Same Things--