20. Revita - Beetwen Alvaro Gavriel and Jovan Ryandi

5.1K 290 14
                                    

Mungkin, setelah kalian baca part satu ini, kalian bakal nimpuk aku rame-rame. Jadi, maap aja dulu yak ._.

#PeaceUp

---------

Hari rumah keluarga Alvaro terlihat lebih ramai dari biasanya. Itu karna siang ini ada acara arisan ibu-ibu sosialita yang juga teman-teman Mama. Sudah sejak pagi, aku membantu Mama dan Bibi untuk menyiapkan berbagai macam makanan yang akan disuguhkan pada para tamu nanti. Mama juga terlihat begitu senang dan antusias sekali.

Acara arisan itu berlangsung di ruang tamu utama di rumah ini. Dan sekarang, aku sedang berada di ruang keluarga sembari membaca novel yang baru saja aku beli dua hari yang lalu bersama Naira dan Valeria. Kenapa aku bisa keluar tanpa ada Alvaro di sisiku? Karna dia sendiri sedang sibuk dengan dunia kerjanya.

Terdengar suara cekikikan khas ibu-ibu dari ruang tamu itu. Entah apa yang mereka bicarakan sekarang. Paling tidak jauh-jauh dari yang namanya gosip. Aku sama sekali tidak pernah membayangkan bagaimana nantinya kalau aku sudah menjadi ibu-ibu. Semoga aku masih bisa menjadi seperti diriku yang sekarang ini.

"Wah, ini anaknya Jeng Hera ya?" Kudengar salah satu teman Mama berbicara.

"Ganteng ya? Ini anak ke berapa?"

"Kebetulan Tante punya anak perempuan cantik, umurnya nggak beda jauh sama kamu, mau ya dijodohin sama anak Tante?"

"Eh jangan! Mendingan sama anak Tante aja. Dia model di majalah terkenal lho."

"Halah, baru jadi model majalah. Mending sama anak Tante yang model iklan."

Suara sekumpulan tante-tante itu mulai saling menyahuti. Ribut, ingin menjodohkan anak mereka dengan salah satu anak Mama yang sekarang sudah ada di depan. Entah Kak Dafa atau munkin malah Alvaro, aku tidak tahu karna aku tidak tertarik untuk mengintip. Sementara aku bisa mendengar suara Mama yang berusaha untuk menghentikan aksi teman-temannya yang sedang gencar untuk mempromosikan anak gadis mereka masing-masing.

"Vita, ayo bantuin Mama." Baru saja aku akan beranjak ke taman belakang, karna aku kehilangan konsentrasiku untuk membaca, tiba-tiba saja Mama muncul di hadapanku. Tanpa sempat bertanya, Mama langsung menarik tanganku ke ruang tamu. Aku yang bingung hanya bisa menuruti apa kata Mama.

Dahiku berkerut saat melihat sekumpulan ibu-ibu berpenampilan modis ala sosialita pada umumnya sedang mengerumuni sesuatu. Ah, lebih tepatnya seseorang. Aku menyipitkan mata agar bisa melihat dengan jelas siapa yang mereka kerumuni dari celah pada ibu-ibu tersebut. Sepertinya mereka semua tidak menyadari kehadiranku. Mereka masih saja dengan semangat mempromosikan anak gadis mereka. Duh, apa tidak capek?

"Alva, kamu kok udah pulang?" Mendengar celetukanku yang tiba-tiba, membuat semua mata yang ada di ruangan ini tertuju padaku. Alvaro langsung mengambil kesempatan itu untuk kabur ke arahku. Ia memelukku singkat namun dengan erat. Seolah ia berkata makasih-udah-selametin-aku melalui pelukannya.

"Aku mau jemput kamu, ajak makan siang bareng." Ujarnya seraya merapikan poniku yang sedikit berantakan.

"Kenapa tadi nggak telpon dulu sih?" Tanyaku.

"Ya kan mau ngasih kamu kejutan." Kata Alvaro. Sekarang ia mengalihkan perhatiannya pada Mama yang sudah menebarkan senyum penuh makna. "Ma, Varo mau langsung pergi aja sama Vita, ya?" Pamitnya.

"Iya deh, sana. Jagain baik-baik Vitanya." Sahut Mama sembari mendorong punggungku pelan.

"Siap, Ma!" Seru Alvaro dengan semangat. Ia pun meraih tanganku dan menarikku dengan lembut.

"Etapi aku belum ganti baju." Kataku cepat. Tapi Alvaro seperti tidak peduli sama sekali.

"Kamu mau pake baju apa udah cantik, Ta. Jadi, nggak usah ganti segala." Ujar Alvaro dengan santai. Tapi memberikan efek panas ke pipiku. Masalahnya, ia mengatakan kalimat norak itu di depan Mama dan teman-temannya. Kan bikin malu?! Alvaro dengan tampang tak berdosanya justru tertawa kecil melihat pipiku yang sudah memerah. Sepertinya ia puas sekali membuatku malu.

The Same FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang