Katakan aku gila karena mencium Revita di depan Mamaku saat akan berangkat ke kantor. Tapi, aku tak bisa menahannya. Itu secara reflek terjadi. Siapa suruh dia sangat manis pagi ini? Apalagi saat membetulkan bentuk dasiku tadi. Kami terlihat seperti suami istri, bukan? Membuatku tanpa sadar tersenyum. Aku harap aku akan menjadi suaminya dan dia akan memasangkan dasi di setiap pagi.
“Hentikan khayalan konyol lo, little brother. You look so stupid”
“Susah emang ngomong sama orang yang nggak punya hati”
“Sialan!” umpat kak Dafa sambil melemparkan sebuah proposal di hadapanku
“Itu keinginan direktur Porsche di Jerman”
“Lo gila? Porsche? Jerman? Gue baru amatiran, Kak” seruku terkejut. Oke, Gimana mau nggak kaget? Tiba-tiba disuruh bikin design salah satu mobil sport terkenal dan nggak murah?
“Gue harus menangin tender ini, dan gue tau kemampuan lo. Itulah kenapa gue nggak mau ngasih kerjaan ini ke karyawan gue. Kemarin gue maunya bikin design-nya sendiri, tapi begitu lo bilang mau kerja di kantor gue, gue alihin ke lo. Kalo tender ini berhasil, Porsche akan memilih perusahaan Kakak jadi showroom penjualan resmi mobil-mobilnya di Indonesia”
Gila! Aku masih amatiran di sini. Aku pikir akan disuruh buat beberapa design mobil yang menarik pasaran. Ternyata? Aku disuruh men-design salah satu perusahaan mobil mewah di dunia. Oh, dimana otak cerdas kak Dafa? Kenapa dia melimpahkan pekerjaan yang sangat besar ini kepadaku? Untung saja dia kakakku, kalau bukan sih udah dari tadi aku menghajarnya.
Kak Dafa langsung keluar gitu aja dari ruanganku. Di kantor ini, para designer mobil mempunyai satu ruangan pribadi masing-masing. Menurut kak Dafa, menggambar membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan itu sangat tidak mungkin ditemukan jika bergabung dengan para karyawan lainnya. Aku mulai memikirkan beberapa design yang ada di kepalaku sambil bolak balik membaca apa saja yang diinginkan direktur mobil tersebut. Aku juga memikirkan bahan apa saja yang cocok untuk mobil ini. Well, meskipun aku anak IPS dan kuliahku jurusan bisnis manajemen, aku tetap mengerti bahan-bahan apa saja yang digunakan untuk badan mobil.
Musik dari beberapa penyanyi favoritku mengalun lembut dari speaker kecil di mejaku, membuatku sangat bersemangat untuk menggambar. Menggamba bagiku adalah sebuah hobi, tapi kata guru SD-ku itu adalah sebuah kemampuan. Tak semua orang bisa menggambar begitulah kata guruku dulu.
Satu design sudah jadi, tapi hanya bagian luarnya saja. Belum bagian dalam dari mobil itu. Porsche adalah sebuah mobil mewah, aku ingin membuat gambaran yang dari jauh nampak seperti mobil sedan yang bagian luarnya orang biasa menilai sederhana, namun untuk kalangan jetset bagian luarnya terlihat mewah, dengan interior mobil yang mewah dan sangat nyaman. Tak lupa kecepatan mobilnya yang aku buat untuk ukuran mobil sport pada umumnya.
Menggambar sketsa kedua dari bagian luar mobil tersebut. Kali ini aku membuat dengan kesan mobil mahal, yang mana orang akan tergiur ketika melihat mobil ini dan rela mengeluarkan berapapun banyaknya uang hanya demi memiliki mobil ini. Kesan selanjutnya dari mobil ini adalah sangat cocok sekali untuk kalangan anak muda borjuis dan para pengusaha muda seperti kakakku. Mungkin aku dapat menambahkan bagian luar mobil ini adalah tipe mobil penghancur.
Mengetukkan pensil ke dagu. Aku hanya dapat memikirkan bagian luarnya saja, bagian dalam mobil ini belu sama sekali kepikiran di otakku. Mewah, nyaman, dan aman. Itu yang aku pilih untuk bagian interior mobilnya, namun untuk bayangan bagaimana keadaan dalamnya aku masih belum mendapatkan pikiran apapun.
Melirik Swiss Army di tangan kiriku. Sudah waktunya makan siang? Oke, lebih baik aku keluar dan menuju BitterSweet. Baru saja aku ingin beranjak dari tempatku, kak Dafa dengan seenaknya sendiri masuk ke ruanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Same Feelings
Teen FictionKisah Alvaro Gavriel dan Revita Pradipta yang baru saja dimulai... --Sekuel The Same Things--