Holaaaa Revita kembalii. Semoga suka sama part ini yaa:3
Aku mau tanya deh, kok kalian benci banget sih sama Jovan? Dia cowok baik kok, cuma agak labil aja:"
#PeaceUp
-----------------------
Kuhempaskan tubuhku di atas sofa empuk di ruang keluarga milik Alvaro. Kuletakkan smartphone yang tadi kugunakan untuk telepon dengan Bunda di atas meja. Baru saja Bunda meneleponku, menanyakan bagaimana kabarku. Maklum saja, baru kali ini aku liburan tidak bertemu dengan Ayah ataupun Bunda. Mungkin beliau masih merasa sedikit khawatir, sekalipun mereka berdua menitipkanku pada teman baik Ayah, alias Ayah Alvaro.
Aku sangat merindukan kedua orangtuaku. Ingin sekali aku menarik Alvaro dengan paksa pulang ke Bangkok. Tapi tidak mungkin juga. Aku sangat tahu betul kalau ia menikmati liburannya di sini. Selain itu, Ayah dan Bunda juga sedang tidak ada di rumah mereka. Karena urusan pekerjaan, Ayah harus terbang ke Jerman. Tentu saja mengajak Bunda turut serta. Mana mungkin Ayah tega meninggalkan Bunda sendirian di Bangkok. Mungkin akan beda ceritanya kalau aku sekarang liburan di ibu kota Thailand itu.
Hari ini hari Kamis dan aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan seharian ini. Masalahnya, aku bingung mau main kemana. Sepertinya hampir semua tempat sudah aku kunjungi bersama Alvaro. Apalagi minggu ini Valeria dan Naira sedang ujian semester. Tidak mungkin juga aku mengajak main mereka bukan?
Ngomong-ngomong tentang Naira, aku jadi teringat kejadian tempo hari. Saat dimana aku dan Alvaro bertengkar dalam kurun waktu yang lumayan lama. Dua hari lebih. Sebelumnya mana pernah kami bertengkar selama itu. Ya, aku akui kalau kata-kataku saat itu memang agak kasar. Mau bagaimana lagi, namanya juga orang lagi emosi. Tapi ya sudahlah, yang lalu biarlah berlalu. Lagi pula, aku sudah berbaikan dengan Alvaro.
Aku merasakan seseorang duduk di sebelahku. Saat aku menolehkan kepala, ternyata ada Alvaro yang langsung meraih remote televisi dan mulai mencari acara menarik untuk ditonton. Karena merasa diperhatikan, ia pun mengalihkan perhatiannya padaku.
"Kenapa?" Tanyanya yang langsung membuatku tersadar. Aku langsung gelagapan dan tidak tahu harus menjawab apa. Aku sendiri tidak sadar kalau sejak tadi terus memperhatikan Alvaro. Ia mengerutkan dahi bingung, menanti jawabanku.
Duh, kenapa mendadak grogi sih? Aku pun menghirup napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, "Nggak. Nggak ada apa-apa." Ujarku sembari mengalihkan pandanganku yang tadinya tertuju pada Alvaro menjadi ke layar televisi di depan.
"Kamu aneh." Celetuknya tiba-tiba.
"Masa sih? Biasa aja tuh." Kataku tanpa mengalihkan perhatianku. Meskipun rasanya leher ini gatal sekali untuk kembali memandang Alvaro. Tapi aku berusaha mati-matian untuk menahannya.
"Terserah deh." Ujarnya pasrah.
Setelah itu baik aku maupun Alvaro, sama-sama tidak mengeluarkan suara. Perhatian kami terpaku pada acara telivisi dari channel luar negeri yang sekarang sedang mempertontonkan film terkeren sepanjang sejarah aku nonton film hollywood. Kisah petualangan Harry Potter dengan kedua sahabat baiknya, Ron Weasley dan Harmonie Granger, dalam film Harry Potter and The Half-Blood Prince.
"Lho, kalian berdua nggak keluar?" Sebuah suara menginterupsi perhatianku dari layar televisi. Aku dan Alvaro langsung menoleh ke asal suara. Ternyata Mama Alvaro sudah berpenampilan rapi sekali dan tak lupa menjinjing tas bermerk yang kelihatannya sangat mahal.
"Nggak, Ma. Udah nggak ada tujuan." Jawab Alvaro mewakili kami berdua. Aku hanya mengangguk mengiyakan.
"Oh yaudah, kalo gitu Vita, ayo ikut Mama aja nengok resto!" Ajak Mama kemudian. "Dari pada kamu bengong nggak jelas di rumah." Tambahnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Same Feelings
Dla nastolatkówKisah Alvaro Gavriel dan Revita Pradipta yang baru saja dimulai... --Sekuel The Same Things--