Part 11

68 10 0
                                    

Sebulan setelah acara diesnatalies berlalu, entah mengapa Edzard Elvano jadi lebih sering mengajak Aileen bertemu.

Sore ini mereka pergi bersama untuk membeli makan disebuah restoran.

"Aileen,kamu jangan berdiri disitu,panas. Sini duduk disamping aku"ujarnya pada Aileen  yang sedang kebingungan mencari tempat makan lain karena restoran yang mereka tuju penuh.

Saat Aileen duduk disamping El,betapa terkejutnya dia ketika tiba-tiba El mencium pipinya tanpa berkata apapun terlebih dahulu.

"Muka kamu merah,panas ya?"

Aileen terpaku dan merasa lidahnya membeku seketika.

"Kamu kok diem aja, marah ya karena aku cium kamu?"

"Hah? ehhmm"

"Maaf ya aku gak sopan"

Sebenarnya bukan itu yang  Aileen pikirkan,justru ia bingung pada sikap El yang kian hari semakin memperlakukannya seolah-olah mereka benar-benar berpacaran. Status yang tidak jelas membuat Aileen merasa dipermainkan, kadang ia berpikir apakah El melakukan ini pada setiap wanita yang ia dekati juga. Apakah dia seperti juga pada Delia?

Esok harinya El menghampiri Aileen yang sedang berjalan menuju kelasnya

"Pulang dari kampus, aku jemput ke kost an kamu ya. Aku pengen ngajak ke café yang baru buka dicinere"

"Oh oke"

Sepulangnya dari kampus,sesuai janjinya El datang menjemput Aileen,

"Eh iya aku lupa bawa dompet,aku ambil kost duluya"ucap El

"Yaudah kalau gitu,aku ikut aja. Biar nanti langsung berangkat dari kost kamu"

Setibanya dikamar kost El menyuruh Aileen untuk menunggunya meminum obat karena ia merasa sedikit pusing. Alih-alih berangkat El justru malah tidur dipangkuan Aileen

"Cafenya buka nya jam 5, karena ini masih jam 4 kita disini dulu ya. Aku mau tidur sebentar,soalnya obatnya bikin ngantuk"

"Hmm tapi kan disana ada bantal"

"Mata kamu berbinar,kayak bintang. Kamu tahu gak, kalau bintang itu selalu ada meskipun tanpa gelapnya malam. Walau gak terlihat tapi kita bisa merasakan kehadirannya"

"Bintang  terlihat karena adanya gelap. Tanpa melihatnya,kita tak akan bisa merasakan kehadirannya. Ia tidak seperti angin,yang selalu kita rasakan kehadirannya tanpa melihatnya" jawab Aileen pada El yang rupanya sudah terlelap

Setelah hampir satu jam tidur,tiba-tiba El memanggil nama "El" sambil tersenyum. Rupanya dia sedang menginggau. Mengapa dia memanggil namanya sendiri,apa dia sedang memimpikan dirinya sendiri.

"Eh Leen, maaf aku kelamaan ya tidurnya?kamu pegel ya?"

"Enggak kok,kamu juga tidurnya belum berapa lama. Yaudah cuci muka gih,kita berangkat ke cafenya" jawab Aileen yang sebenarnya sudah merasa kesemutan sejak tadi

Mereka pun berangkat ke café yang dituju,namun kali ini El meminta Aileen menyetir untuknya. Katanya dia ingin menyandarkan kepalanya dibahu Aileen sepanjang perjalanan ini. Awalnya Aileen pikir ini adalah hal yang romantis,namun setelah lama terjebak dalam kemacetan  ia baru sadar kalau inilah alasan El yang sebenarnya.

"Kamu lucu kalau lagi kesel,kayaknya stress banget"

"Ya gimana nggak stress kamu liat dong macetnya"

"Sini aku gantiin,tadi aku ngerjain kamu aja biar kamu kesel"

"Kok kita belok sini?" tanya Aileen yang telah berganti  posisi dengan El

"Ini jalan pintas terus juga nggak bakal macet kalau lewat sini,sebenarnya dari tadi udah bisa belok sih"

Jadi dari tadi El membiarkan Aileen terjebak dalam macet,padahal dia tahu jalan pintas supaya tidak kena macet. Sepertinya El hanya ingin melihat ekspresi kekesalan dari Aileen


I love You, ElTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang