Menyatukan kepingan (revisi)

118 6 0
                                    

Ardhya Pov

Sore dihari rabu, kembali mengingatkan pada masa lalu.
Dimana hati kian rindu, tertatih menanggung semu.

Semua cerita yang telah berlalu, hadir kembali menyapa kalbu.
Terkadang kalbu tak sanggup pilu kian menjadi beku.

Album yang biru semakin bisu, menatap senja yang lalu.
Ribuan kicauan masih terdengar seperti dulu, pagi-sore namun dimasa lalu.

"Uppss,... Buat siapa tuh?"

Buuk..

Aku menutup buku menimbulkan sedikit bunyi yang agak keras.

"Lagian lo kenapa sih? Ngelamun-nulis ngelamun-nulis. Kenapa sih?"

"Suka-suka gue lah"

"Lagi rindu siapa emang?!" tanya Ratih, rekan baru ku yang baru sebulan dinas.

"Ngak siapa-siapa!" ketusku sambil membereskan buku dan penaku.

"Lagian lo kenapa gak jadi penulis sih? Berbakat banget kayaknya lo!"
Ucap Ratih yang masih bisa ku dengar dari jarak 10 meter.

"Lo juga kenapa gak jadi komandan upacara sih. Suara lo bagus banget buat telinga orang !" ucapku dalam hati.

Habis sudah hasratku untuk menulis. Semua rangkaian kata yang pengen lahir dari otakku kembali lenyap. Aku sedikit kesal pasalnya sikap Ratih yang suka sekali menganggu waktuku terutama saat aku menulis.

"Kenapa lagi wajahmu? Kayak wajan tau gak!"

"Apa sih bang Adri!" ucapku sambil melangkah menuju kursiku.

"Habis muka kau tu pengen kali ku buat jadi adonan!" ucap bang Charles ikut-ikutan mempojokkanku.

Aku melempar tisu dimejaku pada bang Charles. Dengan lihainya ia menghindar dan sasaranku meleset.
Aku semakin kesal dengan menghentakkan kakiku ke lantai.
.
"Hahahah, napa pula kau dek?"

"Ratih" ucapku seperti anak yang sedang mengadu karna dijahili temannya.

"Tiap hari rebut terus sama Ratih! Ucap bang Pajo yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

"Habisnya ganggu terus sih! Bikin mood aku buruk!" ucapku tetap dengan rasa kesalku.

"Ahh, kalian ini ribut teruss, sudah kayak mak-mak rempong ahh, apa-apa dipermasalahkan"

"Dia duluan baangg" ucapku kembali merajuk.

"Alah wajah kau tu tak cocoklah sudah kek rotan dibikin anyaman"

"Ihh, bang Charles ahh. Mana pula?" ucapku mengikuti logat bataknya.

Ia terkekeh geli, karna logat bahasa Batak ku yang aneh menurutnya.

"Bukan bahasa mu makanya tak bisa itu!" ucap bang Adri.

"Tak mirip!"

"Biarlah! Suka-suka!" ketusku.

"Kalian gak sekampung juga!"

"Sekampung mah!" belaku.

"Mana pula?" tanya bang Adri dengan logat batak alanya.

"Iyalah, sama-sama sumatra! Bang charles di utara aku di barat!" tandasku.

"Hahahahahahah.." ucapanku membuat orang-orang tertawa. Tak terkecuali bang Charles.

                                   ✍️

"Hahahahahah..."

Melihat Andra yang dikejar-kejar banci membuat kami tertawa. Wajahnya yang sudah memerah dan berkeringat banyak semakin membuat kami melebarkan senyuman kami padanya.

LETNAN DUA Ardhya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang