Sahabat (revisi)

220 15 0
                                    

Setelah menenguk segelas jus jeruk, aku dan Nisa ngalur ngidul ngak jelas. Dhya, itu loh mereka seperti nyariin kita" seketika mendengar itu aku langsung melihat arah jari telunjuk tepatnya dibelakangku. Aku hanya melihat sekilas dan kembali menikmati santapan siang kami. Nisa bertanya padaku, mengapa aku bisa tenang saja mendengarnya. Memang benar, ketika aku akan menjawab pertanyaan Nisa. Dia sudah berada disampingku.

"Hai.. Ternyata disini.. Boleh gabung?"  katanya tapi aku belum menjawabnya dia sudah menarik kursi dan duduk disampingku. Dan yang lain mengikuti juga, ahh apa lagi mau dia" pikirku.

Dia pun menyodorkan tangannya, aku melihatnya sekilas.

"Maaf" ucapnya.

"Untuk??" tanyaku.

"Yang kemarin, maaf sudah membuat kalian risih" ucapnya lagi dengan kepala menunduk.

"Ya, tidak apa2", balasku tanpa melihatnya.

"Ckk, konyol" katanya.

"APA?!" jawabku dengan menaikkan dua oktaf suaraku.

"Boleh kami berteman dengan kalian" tanyanya.

"Tapi..." Nisa pun bersuara, aku tahu ia tidak terbiasa dengn hal ini.

Hanya berteman.." apa tidak boleh?" tanyanya lagi.

"Oke." Jawabku.

"Kalian ngak ada maksud lain kan?"
Pertanyaan yang membuat hening menjadi beku.

"Apa kalian masih mencurigai kami?"
Berteman tidak ada salahnya, selagi masih bisa menjaga batasan. ucapnya telak.

Nisa pun berkata " oke, Teman"

Mereka tersenyum bersama, begitu pun aku dan Nisa yang menyunggingkan senyum meski sedikit ditutupi.

                                 ✍️
### terimakasih buat yang sudah membaca ceritanya aku, jangan lupa beri komen dan sarannya#

LETNAN DUA Ardhya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang