Jawaban (revisi)

85 6 0
                                    

Berhari-hari sudah Reyhan dan temannya menyelidiki terkait siapa yang menyerang di malam kelulusan mereka.
Namun belum juga mereka menemukan siapa dibalik peristiwa itu. Sudah empat hari mereka membuang waktu hanya untuk menyelidiki namun usaha belum menunjukan hasil yang pasti.

Reyhan Pov

Bermalam-malam sudah aku tidak tidur, mataku tak mau terpejam. Hanya karna memikirkan kejadian itu, susah sekali menemukan karna tak ada petunjuk yang tepat. Aku merutuki sendiri diriku menyesali saran Nisa yang aku setujui.

04:49 WIB, aku bangkit dari tidurku dan mengambil wudhu untuk melaksanakan Shalat Shubuh.
Selesai Shalat, aku membuat secangkir teh hangat lalu meminumnya, kemudian langsung lari pagi.

Ketika lari, aku masih memikirkan cara untuk menemukan orang dibalik kejadian dimalam kelulusanku.
Karna terlalu memikirkan, hingga aku tak sadar telah menubruk sesuatu didepanku. Dia pun bersungut-sungut kesal padaku.

"Ihh mas, hati-hati dong!di pake matanya!! Gimana sih! " ucap perempuan itu.

"Maaf mbak, saya tidak sengaja" jawabku.

"Makanya kalo lari kok melamun, pikiranmu ikut lari juga mas!! Ucapnya sarkas, lalu pergi begitu saja.

Kemudian, aku kembali melanjutkan lari yang tinggal dua putaran.
Aku juga kembali memikirkan masalahku. Terlintas dipikiran, ucapan Ardhya dan Nisa bahwa mungkin yang menyerangku adalah orang yang mengenali aku dan temanku. Dari itulah, aku menyimpulkan bahwa ucapan Ardhya dan Nisa mungkin benar.

Usai berlari, aku kembali ke kost an ku dan bersih-bersih.
Aku memutuskan untuk kerumah Andra membahas masalah ini kembali, berhubung waktu kami tinggal dua hari.

Sampai dirumah Andra aku disambut adiknya yang ketika aku masuk sedang duduk diruang tamu bersama temannya.

"Assalamualaikum" ucapku.

"Waalaikumsalam" terdengar jawaban serentak dari dalam.

"Ehh, kak Rey, mau ketemu kak Andra ya kak?" ucapnya.

"Iya, ada?" tanyaku.

"Ada kok, langsung ke atas saja kak. Kak andra dikamarnya" jawabnya yang ku respon dengan anggukan.

Kemudian, aku menaiki tangga ke lantai dua. Setelah melihat pintu sedikit terbuka, langsung saja aku masuk. Ku dapati Andra tengah menonton serial kartun. Aku ambil remote tv dan kupencet tombol off.
Seketika tv itu mati, Andra terkejut dan memutar mata mencari sosok yang membuatnya kesal. Ketika tatapan kesalnya berhenti pada ku yang duduk santai di salah satu kursi sambil mencomot stik kentangnya.

"Apaan sih lo Rey, datang-datang ganggu saja" ucapnya.

Aku tak memedulikannya hingga ia menarik kursi yang ada disebelahku.

"Kenapa?" tanyanya.

Aku masih asyik melahap stik kentang, membuatnya semakin kesal. Ia pun kemudian menarik piring yang berisikan stik kentang itu dan kembali bertanya.

"Kenapa sih lo?" tanyanya lagi.

"Inget ngak lo, ucapan Nisa dan Ardhya waktu di taman?" tanyaku.

"Yang mana?"

"Soal kejadian pas malam kelulusan kita" jawabku.

"Yang suruh nyelidiki itu? Kan sudah kita coba" balasnya.

"BUKAN, yang dibilang mungkin bisa jadi orang dekat atau yang tau kita" ucapku.

"Ohh yang itu? Kenapa emang?" tanya Andra.

"Sepertinya benar" jawabku.

"Benar?" tanyanya.

"Kita sudah cari tau dari bukti-bukti tapi tidak ada yang menunjukan jejak" Ucapku.

LETNAN DUA Ardhya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang