Kenangan dan kesempatan adalah dua kata yang saling memeluk, ketika kenangan kembali mengingatkan maka ada kemungkinan kesempatan kembali datang. Maka manfaatkanlah.
Ardhya Pov
Sabtu pagi, usai lari aku menggunakan waktu untuk beres-beres rumah dan membersihkan halaman depan. Tak lupa aku memasak setelahnya, hanya menu sederhana, nasi goreng. Dengan bertoping telur rebus dan bawang goreng.
Ketika masih membersihkan dapur usai memasak. Aku mendengar suara bel, aku bergegas melangkah menuju pintu.
"Assalamualaikum Dhy" ketika wajah Nisa muncul dengan senyumannya.
"Waalaikumsalam Nis, masuk.. Masuk!" ucapku antusias.
"Aku kepagian ya kesini nya?" ucap Nisa sambil menunjuk sapu di tanganku.
"Ehh, ngak kok.. Ini aku baru masak..mau beres-beres dapur"
"Kirain.. Pantesan dari pagi aku chat ngak dibalas.. Rupanya lagi sibuk banget orangnya" ucap Nisa sambil mengikuti langkahku menuju dapur.
"Sorry Nis, aku ngak megang handphone dari pagi"
"Ngak apa-apa kok, ehh ini... Wangi banget.."
"Cobain Nis, baru aku masak lo" ucapku sambil menaruh piring di meja makan.
"Ehh iyaa, makasih .." ucap Nisa sembari meraih piring dan menyanduk nasi didepannya.
"Udah jago masak kamu yaa, bisa ngalahin aku nih"
"Ehh, enggaklah.. Biasa aja itu mah.." balasku.
"Masa' sih? Ini enak banget lohh!"
"Hahaa, makasih" ucapku.
"Jadi, kamu ngak daftar karna ngak di izinin, Dhya?"
"Iyaa, gitulah Nis.. Disuruh kuliah aku mah" tegasku.
"Oo, sabar Dhy" ucap Nisa sambil mengenggam tanganku.
"Kamu, ngak ada kabar sama sekali lagi! Aku mau curhat sama siapa?"
"Maaf Dhya, aku sibuk pendidikan bintara. Tau lah, aku waktu sekolah ngak suka olahraga. Aku cuma persiapan fisik beberapa bulan sebelum masuk. Alhamdulillah sih aku lulus, tapi pas pendidikan aku jadi susah, pas latihan fisik apalagi. Calon kowal disana, fisiknya kuat Dhy. Tapi Alhamdulillah aku bisa lewati itu semua"
"Yaa, Alhamdulillah.. Aku senang kamu bisa jadi bagian dari melati pagar bangsa"
"Yaa, Dhy.. Aku bersyukur sekali, tapi ada kok penerimaan jalur Perwira PK. Kamu kan udah S1 nih, kamu daftar aja lagian penerimaannya sesuai keahlian kok.. Mantap lah pokoknya!"
"Mm, aku belum tau sih Nis.. Papa izinin atau ngak.."
"Coba aja Dhya, mana tau kan rezeki kamu!!"
"Iya Dhy, aku coba deh" ucapku dengan senyum.
"Gitu dong, Semangat!!"
Aku tersenyum, seperti mimpi yang seakan kembali terbit. Aku berharap Yang Kuasa meridhoi langkahku.
Aku kembali tertawa bersama Nisa, banyak sekali cerita-cerita yang terlontar dari mulut kami. Seakan sudah lama menunggu waktu untuk menyampaikan keluh kesah yang tersimpan bertahun-tahun.
Puas dengan waktu yang kembali datang, aku dan Nisa memutuskan untuk mengunjungi sebuah tempat berkesan bagi kami.
Menembus jalanan selama tiga puluh menit menghantarkan kami pada masa sebelumnya dimana gelak tawa masih terasa sempurna di masa putih abu-abu seperti kisah lain.Ketika kaki sukses berpijak pada halaman depan sekolah, air mata terasa hangat dimataku. Namun, ku hapus cepat supaya tak jatuh berserakan.
Kami masih sama, masih hanyut dengan berbagai film dokumenter yang terputar begitu jelas di pikiran masing-masing. Kaki masih setia melangkah bersama dengan cerita berbeda. Semua masih sama, apalagi sebuah ruangan dari tiga ruangan di ujung sekolah.
Ruangan 'XII SBF' adalah tempat paling berkesan bagi kami. Sebuah tempat yang mengandung tawa tangis. Kami saling menatap, mengerti satu sama lain. Benar, kaki kami melangkah pada tujuan yang sama, melihat beberapa siswa dengan seksama memperhatikan penjelasan guru didepannya.
Semua semakin nyata, dengan segala kenangan utuh melekat pada bukti-bukti yang tak kan pernah hilang. Satu dua kali guru dan siswa saling tanya jawab. Menambah pemahaman siswa lainnya. Kami kembali melangkah menuju dua ruangan, yang terpisah dari ruangan lainnya, ya itulah ruangan yang pernah kami tempati juga, disebelahnya berdiri kokoh sebuah ruangan bertuliskan 'Labor' khusus jurusan SBF.
Jam di pergelangan tanganku menunjukan pukul 11:00 WIB, kami berbalik arah menuju gerbang sekolah. Disana kami masih menjumpai bapak penjaga sekolah yang masih sama ketika kami masih menempuh pendidikan di sini.
Tawa hangat kembali muncul di wajah kami, berbicara dengan Pak Aji memang tak pernah berubah. Beliau sama, begitu ramah pada siswa-siswa disini.Usai pamit dengan Pak Aji, aku dan Nisa beriringan menuju parkiran. Kembali beradu sesak dengan pengguna jalan lainnya, membuatku sedikit bosan mengibas-ngibaskan tangan mengusir panas yang menjalari tubuhku.
Cukup empat puluh menit, kami sudah kembali berada dirumahku.
Kami bersantai menikmati waktu menjelang zhuhur."Dhya, jadi kamu udah kepikiran mau masuk matra mana?"
"Mm, ngak tau deh..belum tuh. Aku mah ditempati di matra mana saja juga bersyukur sekali." jawabku mantap.
"Matra laut yuk, syukur-syukur barengan kita"
"Mm, ntar deh aku pikirin"
"Matra laut lagi buka pendaftaran Perwira PK sesuai keahlian. Kan biar sama dinas di DISPEN AL."
"Boleh juga tuh.."
"Yaa, makanya daftar sana!" .
"Siap bu Sersan" jawabku dengan menempelkan tangan dipelipis mata.
"Ehh, ntar kamu jadi atasan aku Dhya, Letnan" jawab Nisa menggodaku.
"Mmm, iya deh"
"Bukan iya deh, tapi memang iya, Letda Ardhya" ucap Nisa sambil tertawa padaku.
Aku melemparkan bantal kewajahnya. "Ngak asih ahh" malah membuat Nisa semakin ketawa padaku.
✍️
KAMU SEDANG MEMBACA
LETNAN DUA Ardhya
Historia Corta" Ardhya Aisha, gadis biasa yang harus menjalani liku-liku hidup yang seakan tak berpihak padanya. Hingga suatu hari, segala kesedihan itu pun berganti dengan istana kebahagian dan mahkota harapan yang datang menghampiri. -Pejuang sejati tidak berj...