01. Hukuman pak Winto

153 75 96
                                    

"Assalamualaikum."
salam Angga menggema di depan gerbang sekolah lawan, membuat semua murid sekolah Angkasa terganggu.

"WOIIII, permisi kalian yang nantang tawuran kok gak ada muncul?" teriak Bayu menggema di penjuru sekolah Angkasa.

"Dah lah cabut aja, lawan kita pecundang semua!" ketus Regan seraya menunggu lawan yang sembunyi, dikira lagi main petak umpat panas coy bisa hitam gue.

"Terobos aja kelamaan!" ucap Angga geram berjalan menuju gerbang lawan seraya menggoyang dan menendang nedang gerbang tersebut secara bruntal, membuat gerbang sekolah Angkasa terbuka lebar dan membuat seluruh anggota geng Abstrak masuk tanpa ijin menerobos dan mem poranda kan halaman sekolah Angkasa agar lawan keluar dari persembunyian.

"WOIII, mana kalian jangan jadi pengecut!" teriak Angga lantang membuat lawan langsung keluar dari persembunyiannya,
"ini kah orangnya?" teriak Angga lantang melawan musuh nya di depan, memukul serta menendang tanpa ampun. Biarin anak orang juga, bodoamat gue.

"HP gue pecah anjirrr!"
teriak Bayu kesal menatap tajam lawan yang membanting HPnya. Dikira HP murah, asal banting aja! perlu nabung gue belinya.

"Modar lo!" teriak Angga kepada salah satu lawannya yang tergeletak tak berdaya.

"WOIII pantat monyet, sini lo maju lawan gue!" Teriak Bagas seraya berlari sambil menggenggam tangan-Nya, lalu memberi bokeman mentah kepada sang lawan.

"Wow, keren juga tangan gue? langsung tepar" sombong Angga dengan mata tajamnya menatap seluruh lawan yang di balas gidikian ngeri dari mereka.

"Uluhhhhhhh, uluh, uluh , sini lawan abang, nanti gue jadikan adonan donat" lawak Yuda di hadapan lawan, situasi gini masih bisa ngelawak dasar biawak.

Tanpa sadar Yuda, lawan sudah berada di belakang dan siap melayangkan bongeman ke arah nya.

Bugghhh........

"Maju sini lo, dasar gila?" teriak lawan yang berhasil membongkem wajah Yuda.

Yuda berlari mendekati arah lawan dengan muka dan rahang yang mengeras, menuju orang yang berani membongkem wajah tampan nya, dan memberi hadiah bogeman mentah secara beruntal sampai lawan tepar tak berdaya,"gak usah teriak, gue gak tuli."

"Wihhh, ada buaya kelas kakap nih!" Ucap salah satu lawan mengejek Bima dan di iringi dengan tawa yang lain.

"Bodoamat, kalian hiri karena gue ganteng, gak kayak kalian wajah kayak pantat kuali!" Ejek Bima dengan senyum devil nya.

"Maju lo sini kalau berani!" Teriak Bima di depan lawan dan yang langsung di serebu oleh lawan secara bergerombol, dan di lawan Bima sendirian.

"Maju lo sini!" teriak Angga lantang menggema di depan lawan nya, tak gentar sekali maju pantang mundur.

Tawuran telah selesai, pemenang nya sudah pasti geng Abstrak di bawah pimpinan Angga. barombong rombong menyusur jalanan kota Bandung yang ramai, dengan masih mengunakan seragam putih abu dan dibalutin jaket berlogo Abstrax, banyak sosok mata memandang meraka ngeri, takjub, dan juga marah dengan kelakuan mereka.

Lampu merah muncul membuat mereka semua berenti, banyak umpatan di lontarkan mereka kepada lampu merah, lampu merah sialan kenapa juga muncul, woi lama banget panas nih hitam gue nanti, dasar lengkong cowok atau cewek! umpatan itu terus berlanjut sampai lampu berubah menjadi hijau, Angga yang melihat itu hanya Menggelengkan kepalanya melihat kelakuan semua temannya.

Sesampainya di depan sekolah Semansa Angga melihat ke arah gerbang ternyata sudah tertutup rapat, itu sudah diduga oleh Angga kalau ini bakal terjadi.

Angga melirik ke arah teman nya di belakang dan di kasih anggukan antusias dari geng abstrak, Seakan-akan mereka mengerti apa maksud dari lirikan Angga tersebut.

Rombongan tersebut melanjutkan motor mereka melewati gerbang sekolah dan menuju warung pak mamat di dekat sekolah.

"Pak, nitip motor yah biasa?" Ucap Regan sambil tersenyum manis.

"Kalian bolos lagi?, bapak gak tanggung jawab yah, kalau nanti ada guru yang marah kalian yang harus tanggung jawab!"
ucap pak mamat jengkel, karena minggu kemarin dia kena marah oleh Guru Semansa, karena kelakuan geng Abstrak parkir di warungnya, dikira tukang parkir apa.

"Nanti saya tanggung jawab pak, tenang aja" ucap Yuda membanggakan dirinya.

"Mata lo tanggung jawab, dikejar bu Siska pakai penggaris besi aja lo kabur!" ucap Bayu mengejek Yuda dan di balas kekehan dari geng Abstrak.

Angga yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas melihat kelaukan temannya yang unfaedah tersebut,
"yukk, kita kebelakang!" ucap Angga menyuruh yang lain menuju jalan rahasia mereka.

"Gue dengar yahh, pak Winto sering keliling sekolah?, kalau kita ketahuan gimana?, bisa di suruh bersihin WC Semansa yang bau dan banyak tikus nya, ogah gue mah!" ucap Bima panik.

"Lebay lo, buaya Semansa kok takut tikus, seharusnya tikus yang takut sama lo!" ucap bagas mengejek dan di ikuti kekehan yang lain nya.

"Suhuttttt diam, gue jambak juga kepala kalian, nanti kita ketahuan?" ucap Angga geram, sejak tadi meraka tak berhentinya bicara.

"Mau kemana kalian?" ucap seseorang di belakang mereka.

"Mampus gue!" ucap Bima panik, dan menoleh ke belakang di ikuti dengan yang lain nya, menampakan sosok laki-laki paruh baya dengan kepala gundul yang sedang membawa sapu di tangan nya.

"Hehehe, ada bapak ternyata, sehat pak?, bapak makin ganteng deh dengan gaya rambutnya sekarang!" ucap Bima cengengesan.

Kletakk........., Bagas menjitak kepala Regan dengan keras, "sadar woi, saat gini lo masih bisa aja ngelawak, dasar memang keturunan biawak lo!" geram Bagas, punya teman kok gini amat.

"Udah bicaranya?" ucap pak Winto dengan tatapan tajamnya dan muka garang nya siap untuk meledak.

"Bismillah, mamak tolong anak mu ini?" Ucap Bayu berdoa, bersiap siap mendengar ceramah gratis dari pak Winto.

"Kemana kalian jam segini baru masuk sekolah?, lewat belakang sekolah lagi, habis ngapain kalian muka babak belur dan baju yang tak beraturan, dan ini lagi siapa suruh kalian pakai jaket gak jelas seperti ini?, lepas jaket kalian sekarang biar bapak bakar!" ucap pak Winto marah, ini bukan kali pertamanya dia marah dengan geng Abstrax.

"Maaf Pak, kalau bapak mau bakar jaket kami? lebih baik saya keluar dari sekolah ini!" tegas Angga tanpa merasa takut sama sekali.

"kami juga pak, keluar sekolah jika bapak membakar jaket kami!" ucap Bagas dan diikuti serentak dengan geng Abstrax.

Pak Winto hanya menatap tajam ke arah murid nya, bisa naik darah meladeni mereka, bukannya tidak bisa mengeluarkan mereka, tapi karena prestasi mereka yang sangat bagus di sekolah Semansa membuat para guru mempertahankan mereka, kalau gak pintar udah di keluarkan dari dulu, terkadang pak Winto heran seberapa pentingnya jaket mereka?, "kalian semua, bapak hukum!" teriak pak Winto naik darah.

Angga Dirgantara [on Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang