Sejujurnya enggak expect bakal bikin versi wattpadnya dari cerita ini, karena cerita ini belum totally completely end di twitter. Problematika sesungguhnya adalah ketika makin kesini makin menggantung.
Semoga dengan adanya cerita ini disini, bisa selesai sampai akhir. Happy Reading! ^^
"Gak bisa ya mas?" Kamu berkali-kali mengeluarkan beberapa kartu didalam dompetnya.
"Sudah saya coba, ditolak terus mbak." Kamu mengerutkan dahi tipis, sebatas garis pandanganmu turun kearah dompet dimana kamu mencoba mencari celah atas semua ini. Kamu sebenernya tahu pasti isi didalam dompetmu.
"Pake ini aja mas." Tiba-tiba ada seorang cowok yang ngasih kartunya secara cuma-cuma. Tanpa tegur sapa atau melirikmu dan transaksi akhirnya berhasil. Ada jeda dimana kamu sadar betapa langkanya menemukan sosok cowok dijaman seperti ini. Setelah dirasa transaksi selesai, cowok itu tersenyum sekilas kearahmu.
"I'll pay later. Please save my number." Kamu masukin secarik kertas berisi no. telp kamu ke kantongnya. Kamu sedikit menundukkan kepala tanda pamit untuk pergi. Sementara cowok itu melihatmu yang semakin menjauh.
Jujur kamu tipikal orang yang gak mau kenal secara gampangan kaya gini, tapi entah kenapa nalurimu mengarahkanmu untuk bisa secara mudah bisa mengenalnya. Kejadian kaya gini enggak sekali dua kali, to be honest ini udah kesekian kalinya kamu bertemu dengan cowok itu. Tapi baru kali ini, ada sesuatu hal yang menarikmu untuk penasaran.
Tapi sebagai cewek stronger yang udah hidup 29 tahun tanpa manja-manjaan, tanpa kasih sayang keluarga, agaknya sangat malas untuk meladeni percintaan-percintaan konyol seorang anak kecil. Kamu menyadari pastinya ia lebih muda daripada usiamu.
Rasanya terima kasih aja gak cukup. Iyakan? - Deana.
Itu kalimat yang kamu tulis setelah nomor ponselmu. Beberapa hari gak ada panggilan apapun diponsel kamu. Hal yang sebenarnya enggak kamu sangka-sangka bakal diabaikan sama cowok itu. Btw, kamu ini sebenernya punya kebiasaan nocturnal.
Punya aktivitas dimalam hari dan istirahat paginya. Itulah dunia malam, dunia orang-orang dengan sisi gelapnya. Hidup berdampingan dengan sisi gelap, apa rasanya? Malu sampe gak bisa rasain apa-apa lagi, cuma dampingin orang-orang brengsek dengan segala dompet tebelnya, hanya semalam. Tanpa sentuhan, ciuman, dan kehangatan.
"I'll give special present for you. You should close ur eyes, baby." Baru memejamkan mata secara perlahan, tiba-tiba kamu langsung menonjok mukanya tanpa ragu. Tepat ketika tangannya mulai meraba-raba perutmu yang rata sampai dimana tangannya turun perlahan kebawah.
"Brengsek—" Pria berumur itu mengumpat.
"No touch, here are the rules bitch." Gak terima diperlakukan kaya gitu, kamu langsung ditampar dengan kasar. Seisi ruangan yang dipenuhi hiruk pikuk, suara music yang menggema kalah dengan kerasnya tamparanmu. Kamu tersungkur kelantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orihime & Hikoboshi
Romance"It seems like an odd love when you put an attention to me." "Is that something wrong?" "Yes of course, sir." "Tunangan kamu bisa cium sesuatu yang amis ya disini. Have fun with your fiance, dear."