Part 13: Summer Triangle

82 16 4
                                    

Hallo!! Apakabar? Seneng rasanya bisa lanjutin cerita ini. Sebelumnya aku mau minta maaf, mungkin dari segi penulisan, tutur kata, atau plotnya enggak jelas dan banyak kekurangan. Terus, beberapa hari ini sempet dilema sama cerita ini.

Aku merasa ini belum cukup, tapi dari kemarin selalu bilang ini mendekati akhir. Karena ditwitter aku sempet sharing sama kalian, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan cerita ini. Do'ain aja semoga enggak tragis nasibnya kaya 'Hug Me'. Selamat membaca! ^^

---

Hanbin menata beberapa berkas yang agak berantakan, sedari tadi ia hanya membolak-balikkan lembar demi lembar tanpa fokus. Pikirannya masih buyar mengingat pertemuan tidak terduganya semalam.

"Pak, hari ini saya-"

"Kosongkan jadwal hari ini."

"K-kenapa pak?"

"Iya, saya lagi pengen free hari ini. Batalkan semua jadwal."

"Baik pak."

Ia langsung bangkit dengan tergesa-gesa. Ketika sampai dipenghujung pintu utama gedung, ia tidak melihat bahwa oriana telah datang untuk masuk ke dalam gedung. Oriana menatap hanbin dengan tatapan penasaran.

Kamu sedang berada didalam taksi, hanya diri sendiri tanpa raka disisimu. Taksi menuju sebuah tempat dimana bety berada. Mengingat wawancaramu sempat tertunda, kali ini sebelum kembali ke negara asalmu, kamu menyempatkan diri memberi waktu luang untuk diwawancarai.

Pada dasarnya, pertanyaan yang perlu kamu jawab sangat mainstream. Memang 90% tentang karirmu, 10% menyerempet kearah ranah pribadi. Tiba-tiba kamu teringat kejadian tadi pagi.

"So, would you marry me?" Kamu memang tidak terkejut, tapi kamu benar-benar kebingungan memutuskan jawaban apa yang pantas untuk raka.

Cincin yang sudah melingkar dijari manismu terlihat mengkilap dengan hiasan Swarovski berwarna blue sapphire, terkesan elegan dan mahal. Kamu menghela napas, ketika cincin itu perlahan kamu lepas.

Raut wajah raka berubah menjadi ketakutan. Seakan kesedihan akan menimpanya. Kamu menolak lamarannya didepan public. Memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya untukmu, karena ini bukan pilihanmu juga.

"Sorry-aku gak bisa." Seketika alunan violin pun berhenti mendadak, seisi ruangan jadi tertuju kearah raka dan kamu. Raka menatap naas cincin yang sudah tergeletak ditengah meja. Penolakan yang tidak terduga.

"Dea? Are you okay?"

"Hm?" Kamu tersadar dari lamunanmu.

"Jurnalisnya nanya enggak bener ya?" Bety nampaknya curiga, setelah melihat ada yang berbeda dengan dirimu setelah diwawancara. Kamu menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum.

"Lagi marahan sama raka ya?" Kamu mengangkat alis sebelah.

"E-enggak kok."

"Soalnya tumben banget dia langsung pulang dadakan. Padahal jadwal penerbangannya sama kaya kita." Bety kebingungan.

"Mungkin ada hal urgent."

Hanbin menghentikan langkahnya, ia berhenti tepat didepan bambu yang masih tergantung beberapa tanzaku bermotif warna-warni. Hanbin mencari-cari tanzaku miliknya.

"Deana."

Hanya satu kata, sebuah nama seseorang. Tanpa harapan dan do'a yang panjang, hanbin hanya menulis kata 'Deana'. Hal yang ingin ia lakukan saat ini adalah ingin membuang tanzaku yang telah ia tulis.

Orihime & HikoboshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang