Hallo! Akhirnya dikasih kesempatan untuk lanjut cerita ini. Semoga kalian enggak bosen ya. Akhir-akhir ini agak meresahkan untukku karena dilema dengan ending cerita ini. Mungkin beberapa part lagi akan selesai. Selamat membaca! ^^
Apakah Hanbin dan Dea bisa bahagia?
---''---
Kamu memandang kearah jendela, cuaca yang mendung sangat mendukung dengan suasana hatimu saat ini. Entah ini sudah hari keberapa, hanbin masih mendatangi kediamanmu. Kamu sudah resmi menjadi pengangguran.
Intensitasmu dengan yoyo pun semakin merenggang karena kesibukan masing-masing. Yoyo sibuk dengan karirnya, dan kamu sibuk menjauh dari keramaian. Kamu menyesap kopi hangat tanpa rasa manis. Ingin mengadu kepahitan dengan realita.
Segala akses sudah kamu blokir supaya hanbin tidak menghubungimu lagi. Sehingga, kehadirannya hanya sesaat, membiarkannya menunggu dibalik pintu tanpa kepastian apapun. Setelah dirasa-rasa sudah tidak ada, kamu memberanikan diri untuk keluar. Membeli beberapa bahan makanan seperti biasa.
"Deana." Kamu berhenti, bahkan sampai terdiam kaku.
"..."
"Kita harus bicara—"
"Aku rasa urusan kita sudah selesai, kamu enggak perlu capek-capek—"
"Please, kali ini aja." Kamu berjalan menjauh, tidak memperdulikan keberadaannya. "Ini yang terakhir. Setelah ini, aku enggak akan ganggu-ganggu kamu lagi." Kamu terdiam sejenak, lalu menoleh sebentar.
Kamu duduk berhadapan dengan hanbin, saling terdiam sejenak. Kamu menghela napas dengan tatapan malas. Hanbin berdehem, mencoba memulai pembicaraan.
"Aku denger-denger kamu resign ya? Ada apa sebenernya?" Hanbin ingin mengutuk dirinya sendiri, bukan ini yang ia maksud. Kamu memandangnya dengan tatapan tidak mengerti.
"Kenapa? Mind your business." Jawabanmu sungguh ketus.
"Aku hanya mau memastikan—bahwa kamu baik-baik aja."
"I'm totally fine. Bahkan sebelum kenal kamu pun aku baik-baik aja."
"Besok jam 2 siang dibandara."
"..."
"Aku tau ini terlalu lancang, tapi aku berharap kamu bisa menahanku untuk pergi dari sini." Kamu masih membuang pandangan. Tidak ingin terlihat lemah sejujurnya. "Deana, hari-hari bersamamu waktu itu adalah hal yang berharga buat aku."
"..."
"Jangan pernah merusak hidupmu dengan masalalu yang kelam. Kamu bisa bertahan, kamu bisa berkembang menjadi wanita yang hebat. Aku tau itu." Kamu sama sekali tidak bergeming. "Aku harus pergi ke Jepang."
"..."
"Aku selalu berharap yang terbaik untuk kamu."
"Sudah seharusnya kita kembali pada tempatnya masing-masing." Ucapmu pelan. Lalu bergegas pergi, sudah merasa cukup dengan pembicaraan ini. Kamu tidak ingin hanbin melihatmu hancur.
Kamu berjalan dengan menundukkan kepala, hingga tidak sengaja menyenggol bahu seseorang dipinggir trotoar. Lelaki itu agak tersungkur karena kehilangan keseimbangan. Sementara kamu hanya menundukkan kepala mencoba meminta maaf. Hal yang tidak pernah dengan mudah kamu lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orihime & Hikoboshi
Romance"It seems like an odd love when you put an attention to me." "Is that something wrong?" "Yes of course, sir." "Tunangan kamu bisa cium sesuatu yang amis ya disini. Have fun with your fiance, dear."