Part 4: Black Circle

92 16 0
                                    

Holla! Long time no see? Senang rasanya masih bisa semangat buat nulis cerita ini. Semoga kalian enggak bosen ya. :)

"Mau ngopi dulu gak?" Doi mukanya sumringah sekali, beda halnya sama oriana yang menatapmu dengan muka datar. Ini setelah kamu dan hanbin kembali kerutinitas masing-masing ya..

         Biarpun begitu, oriana masih mengingat dengan jelas beberapa detik terbuang percuma hanya untuk nontonin kamu dan doi kissing.

"Aku mau pulang. Entah kenapa aku jadi benci tempat ini." Hanbin sempat bingung dengan perkataan oriana. Merasa ada sesuatu yang salah.

         Baru beberapa langkah menuju pintu, oriana kembali lagi dengan wajah kesal.

"Jangan pernah kotorin bibir kamu dengan perempuan sialan itu lagi." Lalu dia pergi.

         Saat itu hanbin paham, kalau oriana tahu semuanya. Doi kaya bingung mengekspresikan perasaannya seperti apa. Oriana ini emang statusnya masih blunder, mungkin bagi beberapa orang dikantor ini tahu kalau cewek yang selalu meneriakkan si pak bos 'Bina' ini adalah tunangannya hanbin.

         Tapi enggak bagi hanbin. Emang onesided love sering berpihak pada orang-orang yang tulus. Kamu lagi duduk disamping Ara sambil beberapa kali ngurusin berkas yang 70% gak kamu paham alurnya. Tiba-tiba oriana mendekat kearahmu, dengan langkah tergesa-gesa. Dia langsung menamparmu keras.

"Brengsek." Kamu agak terkekeh miris begitu mendenger oriana berdesis dengan kasar. Agak panas sih pipi, tapi gak bikin kamu ciut. Dari kecil udah terbiasa hidup keras lurr.

"Kali ini kamu gak akan selamat."

"Percuma, Oriana. Hatinya tetep bukan buat kamu."

         Ini ngomong-ngomong orang yang lagi disamping kamu sukses terdiam. Iya, apa yang bisa ara lakuin? Disisi lain, dia juga bingung kamu sama oriana lagi bahas apa. Matanya oriana benar-benar tajam melihat kearahmu. Tapi abis itu dia pergi tanpa suara.

"Deana, ini sebenernya ada apa?" Ara baru bersuara. Kamu hanya terkekeh sinis. Atmosfer masih terasa panas.

          Kali ini kamu pergi tanpa suara. Padahal jam pulang tinggal beberapa menit lagi. Terbiasa hidup bebas sebelumnya, masih belum terbiasa dengan hidup bersosial yang baik dan benar. Pulang duluan bukannya ijin atau pamit sama rekan kamu, ini malah menghilang begitu saja.

         Turun dari lift kearah lorong yang sepi, kamu menghela napas panjang sambil sesekali menundukkan kepala. Kamu dapat merasakan ada sosok yang mengikutimu dari belakang. Kamu sedikit menarik ujung bibir, senyummu terasa mematikan.

         Serasa membawa sebuah mangsa, kamu berhenti langsung berbalik dengan satu pukulan melambung. Namun pergelanganmu tertahan dengan tanggap. Auramu langsung berubah menjadi datar.

"Good, Deana." Desisnya dengan suara yang berat.

"Lepas."

"Pipi kamu kenapa?" Kamu menepis tangannya yang semakin mendekat kearah pipimu. Iya, tamparan Oriana meninggalkan bekas merah dipipi.

"Enggak apa-apa."

"Kamu gak bisa bohongin aku, Deana."

"I'm so sorry pak, kita masih diaera kantor."

"We've kissed more than once and you still think we're just work patners?" Kamu bisa merasakan doi yang tersenyum sinis.

"You know we're just playing."

         Kamu hanya membalas dengan malas. Sementara itu, ada seseorang yang tidak sengaja mendengar percakapan kalian dari sudut tempat. Kamu pergi tanpa ragu, hanbin masih menatapmu dari belakang, diam, tanpa ekspresi apapun.

Orihime & HikoboshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang