Part 9: Jane Doe

78 14 3
                                    

Holla! Senang rasanya bisa update lagi disini. Semoga kalian enggak bosen ya. Selamat membaca! ^^

09.34 AM

          Ara menatapmu dengan tatapan heran. Sebuah amplop putih berada ditengah meja, memisahkan jarak antara kamu dengan ara. Ara hanya melipat kedua tangannya didada.

"Ini apa?"

"Menurut kamu?"

"Saya tau kamu gak suka sama saya, tapi enggak gini caranya." Kamu membuang pandangan. Rasanya memang terlalu terburu-buru untuk memutuskan keputusan ini. "Apa karena kamu udah enggak punya motivasi untuk kerja disini lagi? Karena Pak Hanbin?" Kamu memutar kedua bola matamu.

"Sepertinya saya enggak perlu jelasin lagi ke kamu."

"Saya kasih waktu 3 hari sebelum surat ini sampai ke HRD. Kamu pikirin lagi baik-baik." Kamu pun kembali kemejamu, dengan perasaan yang sulit dijelaskan.

          Sementara itu, hanbin sedang berada diruangannya. Tepatnya diruangan baru, tercium bau ruangan yang khas dan sunyi. Tidak ada siapapun selain dirinya diruangan ini. Lagi-lagi ia termenung, mengingat ucapan papanya.

"Jangan pernah menaruh perasaan pada wanita itu."

"..."

"Jangan sampai kamu dibodohi oleh anak dari seorang pembunuh."Hanbin menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Apa bedanya dengan papa?Pembunuh?"Terkesan meremehkan, papanya tidak bisa menahan emosinya. Tongkat baseball sebagai property pun diraihnya lalu ia tebas tepat dikepalanya hanbin. Terasa pening, bahkan darah mulai mengucur dari pelipisnya. "JAGA UCAPAN KAMU!!"

"Aku berharap itu hanya mimpi. Sayangnya—itu benar-benar terjadi. Seorang suami, tega membunuh istrinya sendiri didepan—"

"Mama kamu terbunuh oleh seseorang."

            Ucapan yang semulanya belum selesai tiba-tiba terhenti dengan selaan papanya. Detak jantungnya tidak beraturan, tidak menyangka dengan apa yang sedang ia dengar.

"Kesalahan papa yang mungkin tidak akan dimaafkan Tuhan adalah—membiarkan mamamu menangis dalam diam hanya karena wanita itu."Hanbin mengepal kedua tangannya dengan erat. "Wanita itu telah membodohi papa, papa terlalu percaya dengan mulut busuknya. Yang kamu lihat waktu itu hanya sepersekian dari fakta yang ada. Papa enggak nyangka kamu cepat menyimpulkan semuanya."

"Pembohong." Desis hanbin pelan.

"Melinda. Orang yang harus membayar semuanya."

"Bukannya menyelamatkan mama, papa hanya berbalik dengan dingin. 'Bereskan semua' LAKI-LAKI MANA YANG TEGA NINGGALIN ISTRINYA SEDANG SEKARAT DENGAN WAJAH TIDAK BERDOSA? Papa pikir aku percaya semudah itu? Come on, Orang pertama yang enggak bakal aku percaya adalah papa."

           Suara dentuman benda terdengar keras karena tongkat baseball yang dihempaskan oleh papanya. Hanbin hanya tersenyum sinis memandang ruangannya sudah hancur berantakan.

"Jaga ucapan kamu."

"Deana? Tchh—Papa enggak mau kamu jatuh kedalam lubang yang sama kaya papa."Papanya menatap wajahnya hanbin dengan wajah datar. "Jangan pernah jatuh pada satu pohon yang sama."

           Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari balik pintu, ketika hanbin mempersilahkan untuk masuk. Hanbin berjalan dengan tangan disaku celana. Seseorang dengan wajah datar mendekat.

"Ada info terbaru?"

"Saya sudah menjelajah wilayah itu, tampaknya wanita bernama melinda memang sudah tiada." Hanbin hanya menghela napas berat. "Wanita itu meninggalkan seorang anak perempuan, Anak itu sudah lama menghilang." Serasa napas tertahan dikerongkongannya.

Orihime & HikoboshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang