Chapter 4 : Deja Vu

31 21 0
                                    

     Brakkk!! Dibantingnya pintu ruang kesehatan itu. Sir Eunwoo yang berada disana seketika terkejut.

     "Ada apa ini?" tanyanya.
     "Bantu dia, Sir." jawab Yuki.
     "Ada apa dengan dia?"
     "Aku tidak tahu, Sir. Tiba tiba dia pingsan." jawab Dongju.
     "Bawa dia kemari.."

     Dongju bersama teman temannya meletakkan Jaehee diatas kasur. Sir Eunwoo mengecek.

     "Tubuhnya panas." katanya.
     "Adalagi, Sir?" tanya Dongju.
     "Hmmm.." Sir Eunwoo mengecek punggung Jaehee. Ia terkejut.
     "Mengapa, Sir?" tanya Yuki.
     "Ini sama seperti kejadianmu, Dongju."
     "Aku?"
     "Ya, apa kau ingat disaat tiba tiba punggungmu mati rasa?"
     "Ya.. aku mengingatnya."
     "Dia juga merasakan hal yang sama."

     Dongju diam. Ia mulai berspekulasi tentang kembalinya Juyeon Lee.

-----

Esok hari

     Koridor tengah. Dongju bersama teman temannya berbincang bincang sembari menunggu mulainya Xirius Champion dan Yuki yang pergi ke kamar mandi.

     "Do mi ka do.. mi ka do.. es ka.. es ka do.. es ka do.. be yo be yo.." Hwanwoong bermain bersama Eunseong.
     "Hei, Dongju!! Sini ayo ikut!" ajak Hwanwoong.
     "Nggak lah.. Main saja kalian." jawabnya.
     "Kau kenapa? Sakit?"
     "Tidak.. aku tidak apa apa."
     "Lalu?"
     "Lalu, apa?"
     "Ya mengapa kau diam saja daritadi?"
     "Hmmmm..."
     "Ceritakan saja uneg uneg mu ke kita. Kau pasti ada sesuatu yang mengganjal." ujar Eunseong.

     Tak lama, Yuki kembali dari kamar mandi.

     "Ha.. Lama!!" kesal Hwanwoong.
     "Sabarlah.. Namanya cewek.."
     "Ha.. Sekarang kau! Ayo, ceritakan!" suruh Hwanwoong.
     "Ada apa ini? Mengapa tiba tiba cerita?" tanya Yuki yang tak paham.
     "Ok.. Kalian tau kan pasal peri tak bersayap tadi?" ucap Dongju.
     "Ya? Kenapa?" tanya Yuki.
     "Itu sama seperti kejadianku waktu itu."
     "Lalu? Kan sudah dijelaskan tadi sama Sir Eunwoo." ucap Hwanwoong.
     "Aku takut, Juyeon Lee akan kembali."
     "Apa yang kau bicarakan?" Yuki berdiri dengan amarah.
     "Tidak.. Maksudku, apa kalian tidak sadar? Disaat aku pertama kali melihat sebuah angka angka itu, tak lama punggung ku mati rasa."
     "Iya juga." ucap Eunseong.
     "Tapi... Apa Jaehee melihat angka angka?" tentang Yuki.
     "Aku tidak tahu." ucap Dongju.
     "Kan... Ok, nanti kita coba tanya dia lagi.. Apa dia melihat angka angka gajelas itu atau tidak."
     "Aku rasa tidak perlu nanti." ucap Hwanwoong.

     Jaehee berjalan sendirian menuju ke Assembled Stadium.

     "Jaehee!" panggil Dongju.
     "Oh?! Oppa."
     "Kau sudah baikan?"
     "Sudah.."
     "Mengapa kau tiba tiba pingsan? Kepalamu pusing?"
     "Tidak.."
     "Lalu?"
     "Aku melihat sebuah angka angka di dinding sekolah. Tiba tiba, punggungku mati rasa. Lalu, pingsan. Sudah."

     Dongju menatap Yuki, Hwanwoong, dan Eunseong seolah perkataan yang tadi ia ceritakan kepada mereka benar.

     "Jadi, kau melihat angka berapa?"
     "Angka itu bertuliskan 08579."
     "Itu saja?"
     "Ya.."

     Dongju diam.

     "Oppa.. Apakah oppa dulu juga mengalami ini?"

     Dongju hanya diam melamun terus menerus. Yuki memanggilnya berulang ulang tidak ada respon.

     "DONGJU!!"
     "E-e Ya?!? Apa?!" tanyanya.
     "Jaehee bertanya!"
     "Oh.. oh.. Ada apa Jaehee?"
     "Apakah oppa dulu juga mengalami hal ini?"

     Wee!! Woo!! Wee!! Woo!! Suara sirine berbunyi dan memberitahukan bahwa pertandingan akan dimulai.

     "Kau baca bukuku.. Disana aku menceritakan semua tentang diriku. Aku pergi dulu.." Dongju bergegas pergi ke Assembled Stadium.
     "Tunggu!! Dongju!! Tunggu kami!!" Yuki mengikutinya dari belakang.
     "Dasar teman tidak tahu diri, ayo Eunseong!!" susul Hwanwoong dan Eunseong.

     Jaehee diam. Memandangi mereka terbang dan pergi ke Assembled Stadium.

-----

     Ramai. Suasana di Assembled Stadium sekarang.

     "Selamat pagi, fairies!! Kita akan memulaikan pertandingan ini!!!" teriak Madam Byulyi

     Dongju bersama ketiga temannya datang dan menempati duduk mereka yang telah direservasi.

     "Siapa yang mereservasikan tempat kita?" tanya Yuki.
     "Siapa lagi kalau bukan si cebol..." jawab Eunseong.
     "Kurang baik apalagi?" ujar Hwanwoong.
     "Hmm.. Iya deh iya.. Makasih ya.." ucap Yuki.
     "Ngomong ngomong, dimana Jaehee?" tanya Hwanwoong.
     "Ya, di tempat sebelah Madam Byulyi lah. Dongju dulu juga berada disana. Gimana sih." ujar Eunseong.
     "Santai dikit coba.. Marah aja kerjaannya."
     "Lagi PMS."
     "Baru tau peri bisa PMS."
     "Haduuuhhh.. Kalian dimanapun kapanpun ribut aja. Diam boleh?" ujar Yuki.
     "Iya deh iya.." jawab Hwanwoong.
     "Tapi.. Aku tidak lihat Jaehee disana." cakap Dongju.
     "Ada.." ucap Yuki.
     "Mana?"
     "It-.. Eh iya.. Mana dia?"
     "Telat mungkin dia." ucap Eunseong.
     "Mungkin sih ya."

-----

     Pertandingan usai. Kali ini pemenang akan diumumkan nanti malam. Dongju dan Hwanwoong terbaring pulas di kamarnya.

     "Capek juga. Padahal cuman nonton." keluh Dongju.
     "Iya..." ucap Hwanwoong sama.
     "Eh.. Dari kemarin kita ga liat si Keonhee ama geng nya. Kemana ya mereka?" tanya Dongju.
     "Alah.. Biarin.. Ngapain kita ngurusin mereka."

     Tok! Tok! Suara ketukan dari jendela. Itu sebuah surat melayang. Dongju membuka jendela dan membuka surat itu.

     "Apa itu, Dongju?"
     "Tunggu."

     Dongju membaca surat tersebut.

     "Ini dari Jeyou." katanya.
     "Apa? Ada apa dengan dia?"
     "Dia hanya menulis bertemu di taman sekolah Allesabad."
     "Yang butuh siapa.. Yang disuruh kesana siapa.. Aishhh.."
     "Aduhh.. Kita pergi saja, sekarang."
     "Apa? Sekarang?!"
     "Iya.. Jeyou nulisnya sekarang."
     "Dasar penyihir.. Ayo, ah.."

Dongju Son 3 : Sayap Fylix [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang