Savage : 0. Zero

38.7K 3.1K 525
                                    

Hwajae High School, gedung sekolah menengah atas yang menjulang tinggi. Terletak di kawasan elite Seoul. Menjadi salah satu sekolah mewah yang menghasilkan banyak murid berkualitas.

Sebagian besar murid di sekolah itu memiliki latar belakang keluarga yang cukup terpandang. Namun beberapa ada pula yang mendapatkan beasiswa untuk mencicipi bangku sekolah yang diidam-idamkan banyak orang itu.

Setelah lulus dari sekolah elite itu, masa depan mereka sudah pasti terjamin. Banyak perguruan tinggi yang akan menarik lulusan dari sekolah itu, karena tak ada satu pun siswa yang memiliki nilai buruk.

Tapi bagi sebagian murid, sekolah itu bagaikan neraka. Mungkin bukan masalah jika mereka tak berpapasan dengan sumber neraka itu. Tapi jika sampai bertemu, mereka harus pasrah. Karena kesialan pasti akan menimpa mereka.

Pagi ini cuaca sangat cerah. Tapi mereka sadar bahwa sebentar lagi kecerahan langit itu akan berganti dengan suasana mencekam. Dan benar saja, empat mobil sport mulai memasuki kawasan parkir sekolah itu. Membuat suasana yang semula ramai, kini mulai sepi karena semua terdiam takut. Bahkan beberapa dari mereka berlari untuk cepat memasuki gedung sekolah.

Merah, biru, putih, dan hitam. Empat mobil itu berjajar dengan rapi. Sebelum akhirnya masing-masing dari pengemudi keluar dengan wajah angkuh. Tanpa senyuman sedikit pun.

Penampilan mereka begitu mencolok di sekolah itu. Mereka bahkan mengenakan pakaian sesukanya, kecuali almamater dan rok sekolah yang masih melekat. Tak ada kemeja, dasi, dan rompi yang sesuai dengan ketentuan sekolah itu. Mereka memilih mengenakan pakaian mewah untuk menggantikan rompi dan kemeja seragam sekolah.

Tak ada yang berani menegur. Tentu saja. Karena Ayah dari keempat gadis itu adalah pemilik sekaligus pimpinan yayasan Hwajae High School. Jika menegur salah satunya, mereka pasti akan mendapat petaka.

Bukk~

Seorang gadis yang sedang kesulitan membawa tumpukan buku tak sengaja menabrak salah satu di antara mereka. Buku-buku itu terjatuh, tapi sang gadis lebih takut kepada keempat saudara itu.

"Mi-Mianhae. Jeongmal mianhae, Lisa-ssi," ujar gadis bernama Lee Jira itu dengan terus membungkuk meminta maaf.

Lisa hanya diam. Tapi ketika mata itu tak sengaja menatapnya, pandangan Lisa berubah tajam. Tangannya terulur hendak mencengkram rahang gadis tak terdosa itu. Namun tangan lain dengan cepat menahannya.

"Ini masih pagi. Jangan kotori tanganmu untuk menyentuh kuman sepertinya." Kembaran Lisa berucap dengan ringan. Membuat Lisa mampu menarik tangannya kembali.

"Kajja, Lisa-ya. Unnie tidak bisa berlama-lama di dekat orang kumuh." Jennie menarik lengan Lisa untuk melangkah pergi. Disusul dengan Jisoo dibelakang mereka.

Sedangkan Rosé tertinggal disana. Dia tersenyum cerah kearah gadis Lee itu. Hal itu tentu membuat Jira ikut tersenyum karena tampaknya Rosé tak seburuk ketiga saudarinya. Tapi beberapa detik kemudian, satu botol jus buah ditumpahkan Rosé tepat pada kepala Jira.

"Mianhae. Tanganku sangat gatal." Rosé masih tersenyum, dengan menjatuhkan botol yang sudah kosong ke lantai.

Gadis berambut blonde itu menghirup udara di sekitarnya dengan rakus. Lalu mendekatkan bibirnya di samping telinga Jira.

"Jangan pernah menyentuh adikku dengan tubuh sampahmu itu, eoh? Jika kau ulangi lagi, aku akan membuatmu benar-benar menjadi debu."

Tubuh Jira yang gemetaran jatuh terduduk di lantai ketika Rosé sudah benar-benar meninggalkannya. Padahal Jira kira, dia akan aman karena bukan termasuk dalam siswa beasiswa. Namun ternyata, mereka tak memandang siapa pun di sekolah itu.

- Prologue -

Lampung, 05 Oktober 2021

Holla~ kita bertemu di lapak baru. Seperti biasa. Chapter satu akan di publish kalau ini ramai.

Silahkan berikan tanggapan mengenai awalan cerita ini hehe😀

Savage ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang